Penasaran sebenarnya apa rencana Izzil? Wanita berkaca mata minus itu tak pernah bisa diduga apa yang ada di otaknya. Untung istriku tidak secerdik dia. Kalau iya, bisa mampus. Kemarin, aku sudah memberikan data-data Mayang padanya. Tapi sampai detik ini ia tak menghubungi. Ditelpon tidak aktif. Sebenarnya apa rencana yang dia punya?Sungguh bosan beberapa hari di rumah. Tak ada kegiatan yang berarti. Pikiran selalu ingat kejadian di kafe itu. Anton yang bersekongkol mengincar kedudukanku. Pak Sigit yang ingin menyingkirkan diri ini. Dan Mayang merendahkan keperkasaan yang sempat ia puja. Sakit. Mereka harus dapat balasannya.
Untung di rumah ada Aya, jadi aku bisa menghilangkan jenuh, dengan bermain-main bersamanya. Main masak-masakkan, boneka, kadang didandani juga, pokoknya mainan anak perempuanlah. Hadeh ... tapi tidak apalah, hitung-hitung membahagiakan anak. Jadi Hot Papa. Waks ...
Dita sekarang semakin banyak kegiatan. Ini yang aku khawatirkan kalau dia pegang android. Dia menjadi wanita gaul yang lupa akan tugasnya. Lebih sibuk dengan dunia maya dan kawan-kawan sosialitanya. Apalagi setelah dia bergabung ke pusat kebugaran si Tino Saurus. Kerjaannya tiap hari cuma senam, yoga, bercermin dan naik turun timbangan. Dan satu lagi yang membuat aku sangat sebal, dia berselfi terus tanpa aku.
"Waaa...." suara Dita terdengar melengking. Ada apa lagi itu? Kenapa si Gagak teriak-teriak menganggu acara tidur siangku saja. Jarang-jarang bisa tidur siang.
"Mas... Mas..." panggilnya dari luar. Aku menggeliat. Mencoba membuka mata yang baru saja terpejam.
"Tau nggak aku udah turun lima kilo, lo?" ucapnya dengan riang sambil membanting pantatnya di bibir dipan.
"Oh..." sahutku pendek.
"Keliatan nggak?" tanyanya membuatku tak mengerti. Apa maksudnya yang terlihat? Badannya? Ya jelas terlihatlah, sebesar itu.
"Kelihatan," jawabku sekenanya.
"Oya, bagian mana yang kelihatan?" tanya Dita semakin histeris. Dia menatapku dengan antusias. Mata gagak itu berbinar-binar.
"Semua," sahutku asal. Lalu beringsut menyandarkan tubuhku ke sandaran tempat tidur.
"Yeess!!! Alhamdulillah!!" Dita terlihat bahagia dengan menangkupkan kedua tangan, lalu mengusap wajahnya. Ha... ha... perempuan
"Emang hantu, nggak kelihatan!" ucapku sambil mengangkat ujung bibir. Meledek.
"Maksudnya perubahannya??? Kesel ih."
Dita merajuk, dia mendengus kasar, menyambar hape yang tergeletak di meja riasnya dan pergi ke ruang tengah dengan kesal. Sebentar, kemudian sudah ber-haha hihi, membuatku jengah. Sebenarnya, penasaran dengan siapa dia ber-chat ria. Kelihatan asyik. Si Tino Sauruskah? Wah, bahaya ini. Harus segera dilakukan upaya pengamanan.
Aku beranjak dari kasur, menyusulnya ke ruang tengah dan langsung merebut hape ditangannya. Dita terkejut tidak menyangka.
"Apaan sih, Mas?" ucapnya kesal berusaha merebut hapenya dari tanganku.
"Apa password fesbuknya? tanyaku menyelidik. Mengangkat hapenya tinggi-tinggi. Dia melompat-lompat berusaha meraihnya. Bodoh ... tubuhnya tak setinggi aku. Mana mungkin bisa.
"Ih ... ini privasi aku!"
"Apa?" tanyaku setengah membentak
"Nggak tau!"Semakin dia mengelak, aku tambah penasaran. Apa yang dia sembunyikan? Emosiku tersulut. Dia sudah berani melawan. Tapi saat ini Aya sedang ada di rumah. Aku tak mau dia melihat ataupun mendengar perdebatan kami.
"Terserah kau saja." Kulempar benda pipih itu ke sofa dengan kasar. Dita merengut. Bibirnya manyun persis seperti paruh gagak.
Aku kembali masuk ke kamar, mengambil hape juga. Mencoba menenangkan diri. Rasanya sudah lama tidak berselancar di dunia maya. Padahal belum sampe dua puluh empat jam yang off. Jari-jariku gatal melihat foto-foto hot para wanita-wanita cantik yang terpajang di fesbuk. Lumayan, mengobati kekeringan hasratku.
"Mas, maaf aku nggak tau paswordnya. Kan, Izzil yang buat," ucap Dita yang tiba-tiba masuk kamar, membuatku sedikit terkejut. Tapi aku tetap pura-pura cool dulu. Sambil hati-hati, segera keluar dari akun fesbuk wanita yang diintip tadi. He... he..
"Beneran?" tanyaku memastikan, sambil meletakkan hapeku di tempat yang sulit dijangkaunya. Dia mengangguk mantap. Sinar matanya itu menyiratkan sebuah kejujuran.
Aku menyentuh pipi tembam itu. Mata gagak yang sayu itu menggugah hasrat yang sudah lama tak tersalurkan. Kucecap bibir manisnya yang sudah lama tak tersentuh. Tapi ....
"Mama ... mama ... Aya mau makan, ayam kriuknya habis," suara anak gadisku membahana di seluruh ruangan. Ahh ... shitt!!! Baru saja gagaknya jinak. Ada gangguan. Aya... Papamu ini bisa ubanan Nak, lama-lama puasa. Ya Allah kuatkanlah hambamu.
Dita tersenyum, mengedikkan bahu kemudian keluar dari kamar. Aku harus bersabar lagi. Si gagak meletakkan hapenya begitu saja, di ruang tengah. Sekarang dia sibuk di dapur menyiapkan makanan pesanan Aya. Ini saatnya.
Dari kemarin diri ini penasaran pada hapenya, dia chat sama siapa? Langsung kubawa hape Dita ke kamar. Mau menyadap aplikasi WA-nya. He... he... Andre gitu, lo.
Sebelumnya aku sudah mempersiapkan aplikasi penyadapan WA dari hape pintarku. Kemudian langkah kedua, membuka aplikasi WA Dita, memilih menu setelan lalu whatsapp web tunggu sampai keluar kode batang. Setelah itu, pindai menggunakan hape penyadap dan selesai. Setiap ada pesan masuk ke WA Dita, maka akan masuk juga ke hapeku. Begitu pula jika dia berkirim pesan, maka di hapeku juga akan tertera. Aman!!!
Kukembalikan hape Dita pada posisi semula, lalu mencoba melanjutkan tidur siang yang sempat terganggu. Suara berisik televisi di ruang tengah, membuatku tak bisa tidur, apalagi barusan sudah sempat terlelap. Jadi susah memejamkan mata kembali. Ditambah lagi hasrat yang tak tersalurkan, dan pikiran yang ke mana-mana. Semakin membuat rasa kantukku sirna.
Kuambil lagi gawai canggihku. Mencoba menghubungi Si Kancil anak nakal yang suka mencuri timun. Eh ... bukan, maksudnya Izzil. Nomernya tetap tidak bisa di hubungi. Sebenarnya kemana ya, anak ini?
Rasa ingin tauku sudah tak bisa ditahan lagi, terpaksa menghubungi nomor Gusti. Hal yang jarang aku lakukan, tapi ini benar-benar urgent. Tersambung. Namun tak segera diterima.
"Assalamualaikum, Mas," sapa si penerima di seberang.
"Waalaikumsalam, Izzil kemana ya? Kok, nomernya nggak bisa dihubungi. Pesan WA juga nggak dibaca?" Aku langsung to the point, tak perlu bertele-tele.
"Oh ... hape Adek, emang nggak diaktifkan, Mas. Hemat baterai," jelasnya singkat. Tumben Izzil mematikan hape. Biasanya tangannya tidak bisa diam mengutak-atik smartphone-nya.
"Emang kamu di mana?" tanyaku penasaran.
"Saya dalam perjalanan pulang, Mas."
"Dari mana?"
"Smartvillage,"
"Izzil?"
"Ini tidur. Udah dulu ya, Mas. Jalanan ramai. Bahaya. Nanti saya bilang Adek, buat hubungi Mas, ya," ucap Gusti mengakhiri percakapan.
Smartvillage adalah nama sebuah kampung di kaki gunung Raung. Ngapain dia jauh-jauh ke sana?
Belum habis rasa penasaran karena si Kancil menghilang, tiba-tiba hapeku bergetar. Ada pesan WA masuk. Tapi bukan ke WA-ku, melainkan ke aplikasi penyadapan. Pesan itu berisi kata-kata mesra. Geram. Siapa ini? Pikiranku langsung tertuju pada seseorang. Siluman Gagak kamu jangan macam-macam, ya!
Next.
Nb. Nggak terima kurang panjang, kependekan, sedikit, next, lanjut, berikutnya, nyimak, apose-apose, woyo-woyo. Dan sejenisnya. Tegangan tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikmatnya Bercinta Dengan Sekretarisku?
Romance@cover by Badriklisiansyah Hmmm... aku heran orang-orang menganggapku pendiam. Mungkin karena tak banyak bicara. Sesungguhnya aku hanya belum menemukan lawan bicara yang pas termasuk istriku, walaupun beratus hari sudah kulewati dengannya. Dia sama...