Catatan Pria 4

81.9K 679 16
                                    

Aku mulai mengetikkan pesan, tapi urung dikirim. Bagaimanapun sebagai atasan harus jaga image, dong. Aku hanya membuka profilnya. Melihat apa saja yang ia posting di sana. Ada banyak foto dengan berbagai pose yang menantang bagi kaum adam. Dan kebanyakan yang komen dia adalah laki-laki. Jadi illfeel.

Setelah beberapa saat, aku mulai bosan. Dan disana akun Mayang masih online. Masa' iya sudah selarut ini dia masih belum tidur? Ah sudahlah, aku tutup aplikasi fesbuk. Beralih ke dunia biru.

Sudah jadi kebiasaanku jika tidak bisa tidur aku akan menonton film biru, sekedar untuk membuat ngantuk atau belajar hal-hal baru, atau juga menikmati pemandangan yang asik. He..he.. walaupun untuk menjangkau situs itu butuh perjuangan. Karena pemerintah memblok portal-portal pornografi yang ecek-ecek. Tapi yang bonafit, sih gak. Buktinya aku bisa.

Pagi yang dingin. Aku dan Aya segera bersiap, jika tidak si 'Siluman Gagak' akan memberikan ceramah panjang lebar dengan melebihi kecepatan cahaya.

Sesampai di pelataran kantor, aku melihat Mayang di antar oleh seorang laki-laki. Menggunakan motor masa kini, kayak di tivi itu. Coba bayangkan, bonceng motor pake rok mini. Ya ampun, apa gak sepanjang perjalanan menarik perhatian pengguna jalan. Aku saja pengen ketawa lihat posisinya. Nungging.

Aku tidak segera masuk ke dalam kantor, agar Mayang masuk duluan. Dan aku bisa berjalan di belakangnya tanpa dia sadari. Lumayan pagi-pagi. Sepanjang koridor kantor, banyak mata memandang padanya apalagi kaum adam. Tapi seketika mereka tergagap dan kembali pura-pura sibuk, setelah aku muncul di belakangnya.

Sekarang aku jadi berpikir jangan-jangan dia memang sengaja memakai perhatian seperti itu untuk menarik perhatian dari kaumku. Ah... jadi semakin illfeel. Tak berselera buat dekat-dekat. Kalau cuma buat cuci mata, lumayan lah.

Mayang memasuki ruanganku. Sambil membawa tumpukan berkas yang harus  ditandatangi. Seperti biasa aku membacanya sekilas, dan Mayang duduk menunggu di hadapanku. Tanpa sadar aku melihat ke arah paha mulus dan belahan dada yang menggoda seperti biasa. Dia meras risih, berusaha menutup paha dengan kedua tangannya.

"Lain kali, pakai yang lebih sopan," ucapku dingin. Terpaksa aku harus mengatakannya.

"Bukannya Bapak suka?" tanyanya genit. Ia berjalan mendekat mengalungkan tangan ke leherku dari belakang. Darahku berdesir. Dia orang yang agresif rupanya. Dan refleks aku juga menarik tangannya hingga duduk di pangkuanku. Wajah kami begitu dekat. Tidak tau siapa yang memulai aku menikmatinya. Kali ini baru bibirnya yang aku dapatkan. Semakin penasaran.

Aku bukan anak kemarin sore, aku harus berhati-hati menghadapi dia. Jika tidak keluarga dan karirku bisa hancur. Tapi apa salahnya mencoba, toh dia yang menawarkan diri.

-------

Seperti biasa malam ini Dita masih saja sibuk dengan pekerjaannya sendiri, menghitung pembukuan toko.

"Mie habis, roti juga, beras juga hafus nambah, telur.." lamat-lamat kudengar dia sedang membaca catatan yang harus ia kerjakan besok. Aku mendekat dan duduk disampingnya. Bau asam peluhnya seketika memenuhi rongga hidungku.

"Ma ...." aku memulai pembicaraan.

"Hmmm..." sahutnya sekenanya.

"Kenapa sih mesti buka toko sembako. Gak butik aja. Biar tetep modis dan wangi."

"Duh... kalau buka butik atau toko baju, uangnya lama muternya. Lagian aku juga ga begitu tau tentang gituan,"

"Kenapa ga pake karyawan aja?"

"Sayang uangnya."

"Sayang uang, ga sayang suami. Emang uang yang aku kasih kurang?"

"Ga ada cukupnya Mas, kalau namanya uang ya kurang terus. Mumpung masih muda. Buat bekal di hari tua," jelasnya seperti biasa. Masih asik dengan catatan dan kalkulatornya.

Aku mendengus kesal. Kuraih hapeku ada pesan WA masuk dari Mayang. Lumayan dari pada nganggur.

Next

Nikmatnya Bercinta Dengan Sekretarisku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang