Aku terpaksa berangkat dengan membawa kedua kotak makanan itu. Persis seperti anak TK. Apa kata dunia nanti, seorang Andre yang perlente pergi ke kantor membawa bekal? Apalagi uang di dompet hanya cukup untuk beli keripik dan air mineral. Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam?Sesampai di kantor, aku tinggal begitu saja kotak makanan di mobil. Malu. Harga diriku masih terlalu tinggi. Tapi karena perut terasa lapar, terpaksa kembali ke mobil dan mengambil satu kotak makanan lalu diselipkan dengan paksa ke dalam tas kerjaku.
Buru-buru segera aku masuki ruangan kantor. Agar tidak ada yang melihat kalau tas kerja yang aku bawa menggunduk aneh. Namun, terlihat sudah ada seseorang yang menduduki kursi kerjaku dengan posisi membelakangi meja. Mendengar bunyi sepatu yang mendekat ke arah meja, orang itu berbalik dengan cepat. Dia adalah Mayang.
"Mas, kenapa telpon Mas sibuk terus, sih? Di WA juga tidak di baca?" tanyanya sambil menggelayut manja. Membuatku jijik.
Jelas saja sibuk terus. La, wong nomernya sudah diblokir dari perangkat teleponku. Ditelepon sampai jari keritingpun tidak akan pernah tersambung. Bagi penelpon, nada sambung yang terdengar, seperti nomer yang dituju sedang menerima panggilan lain. Begitu pula dengan fasilitas SMS dan WA. Di hape pengirim pesan, terdapat laporan terkirim. Padahal di hape penerima tidak pernah ada notifikasi ada pesan baru masuk. Kecuali dia ganti nomor baru bisa tersambung.
"Ini kantor," ucapku datar sambil melepaskan tangannya dengan kasar.
"Mas, kamu masih marah, ya?" Mayang malah melingkarkan tangannya di leherku. Benar-benar tidak tau malu.
"Enggak," jawabku sambil melempar pandangan ke arah lain. Risih dengan sikapnya.
"Lalu kenapa nyuekin aku?" tanyanya lagi seolah tak berdosa.
"Semuanya sudah selesai. Hentikan!" Aku melepaskan pelukannya dan mendorong tubuhnya dengan kasar. Ia terseok.
"Mas, aku hamil," ucapnya dengan wajah memelas. Tapi kali ini aku tak akan tertipu lagi.
"Apa urusanku?" tanyaku sinis.
"Ini anak kamu!" sahutnya sengit.
"Oya? Berapa laki-laki yang sudah menidurimu?" tanyaku dengan senyum mencibir. "Lagi pula, hubungan kita tak lebih dari transaksi jual beli. Aku selalu membayar atas apa yang telah kau berikan padaku. Jadi impas, kan?" ujarku tanpa rasa kasihan sedikitpun.
"Mas, kau tega sekali," ucapnya sambil menahan tangis.
Tega? Pada istri saja aku tega, apalagi cuma sama kamu Mayang. Ini dosa terbodoh yang pernah aku lakukan. Menuruti nafsu sesaat. Tapi terlanjur ya, mau bagaimana lagi. Toh, sama-sama menikmati. Dia ingin uang, aku perlu pelayanan. Sekarang, sudah tidak butuh, buang saja. Cari yang lain. Tapi kalau modalnya cuma dua puluh ribu, dapat apa? Dapat siluman gagak. Hufftt....
"Nggak usah berakting di depanku, cepat keluar atau aku panggilkan satpam!" perintahku padanya
"Sekarang kau boleh menang, Pak Andre. Tapi aku punya bukti," tandasnya setengah mengancam sambil tersenyum getir. Kemudian dia meninggalkanku sendiri.
Jujur, ancamannya membuat diri ini menjadi was-was. Bukti apa yang dia punya? Tapi aku kan juga punya bukti, screenshot percakapan Mayang dengan orang-orang yang 'memesannya'. Semoga Dita belum menghapusnya.
Beruntung bukti itu masih ada. Segera kupindahkan data itu ke laptop. Untuk berjaga-jaga, aku juga memback up data itu ke google drive. Jadi jika sewaktu-waktu ada masalah dengan perangkat laptop atau hape, foto itu masih ada. Tinggal mengunduh saja. Aman.
Masalah dompet? Ini sangat tidak aman. Harus segera diatasi. Solusinya mencari pinjaman uang cash. Tapi pada siapa? Seorang Andre pinjam duit, cash lagi. Membayangkan saja, sudah malu. Tapi sudahlah, untuk saat ini saja. Dita benar-benar keterlaluan.
Kubuka kontak di hape, melihat-lihat nama teman. Sambil berpikir siapa kira-kira yang bisa dipinjami uang dan tidak nyinyir. Kalau bisa bukan teman yang masuk grup 'istikomah' yaitu ikatan suami takut istri kalau di rumah. Karena biasanya, mereka selalu dikendalikan istri. Tidak asik.
Pilihanku jatuh pada Anton, dia kan masih single. Segera aku ketik pesan buat basa-basi. Sebelum sempat aku kirim. Ternyata dia sudah mengirim pesan WA duluan.
[Bro], tulis Anton di pesan itu.[Iya, Bro], balasku cepat. Berharap setelah ini bisa meminjam uang darinya.
[Goyangan sekretaris lo, mantap jiwa], Ya Tuhan... satu lagi bukti kudapat. Dan akurat pasti.
[Gila, lo Bro. Kalah start gue.], balasku pura-pura.
Dia hanya membalas dengan emot tertawa.Aku tak membalasnya lagi. Semakin malas berinteraksi dengan Mayang dalam bentuk apapun. Kuurungkan niat untuk meminjam uang pada Anton. Ilfil.
Setelah berpikir keras sambil mondar-mandir sendiri, aku teringat seseorang. Ya, Izzil. Dia pasti bisa membantu. Langsung aku telepon dia. Tak segera diangkat.
"Apa Mas?" jawabnya di seberang. Kebiasaan! Harusnya salam dulu, basa-basi atau bagaimanalah. Bagaimanapun aku kakaknya.
"Dek, kamu punya uang?" tanyaku to the point.
"Gak, makanya sini aku minta," jawabnya sambil terkekeh.
"Dek... aku serius," sahutku meninggikan nada suara agar ia tidak menertawakanku lagi.
"Iya, iya... emang ada apa sih, tumben?
"Mas pinjem uang kamu dulu," ucapku getir menahan malu. Izzil tak menjawab. Dia hanya terbahak sampai terbatuk-batuk.
"Dek, dengerin kenapa kalau Mas lagi ngomong," ucapku geram.
"Iya, iya Mas. Kalau cuma seratus atau dua ratus ribu sih, ada," jawabnya masih terdengar cekikikan.
"Lima ratus ribu?"
"Gak ada Mas.... tanggal tua,"
"Ya udah adanya aja," ucapku pasrah.
"Oke nanti aku transfer. Kirimin no rekeningnya yang mana?"
"Aku butuhnya uang cash,"tukasku cepat.
"Apa? Ha... ha...." Dia tertawa sekali lagi. Benar-benar pelecehan.
"Ish... nggak usah ketawa! Cepat anterin ke kantor!" perintahku sewot.
"Udah pinjem! Minta dianterin, marah-marah lagi. Ya, udah satu jam lagi," umpatnya di seberang. Lalu sambungan telepon terputus. Tidak sopan!!
Setengah jam kemudian ada beberapa pesan masuk. Pemberitahuan dari bank bahwa saldo tabungan berkurang. Dari pesan yang terbaca, ada tiga kali penarikan dalam kurun waktu yang berdekatan dengan jumlah besar. Hanya saja pesan pemberitahuannya datangnya bersamaan. Shit!!! Aku memutar bola mata kesal. Ini pasti kerjaan Dita.
Ini tidak bisa dibiarkan. Siluman gagak juga harus kuberi pelajaran. Menghukum sih, menghukum tapi tidak seperti ini juga. Aku yang kerja, kok.
Segera kusiapkan KTP dan no rekening. Lalu menelpon customer service, untuk memblokir sementara kartu ATM dan kartu kreditku. Ha... ha... Mampus kau!!!
Next
![](https://img.wattpad.com/cover/130563355-288-k800236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikmatnya Bercinta Dengan Sekretarisku?
Romantik@cover by Badriklisiansyah Hmmm... aku heran orang-orang menganggapku pendiam. Mungkin karena tak banyak bicara. Sesungguhnya aku hanya belum menemukan lawan bicara yang pas termasuk istriku, walaupun beratus hari sudah kulewati dengannya. Dia sama...