enem.

4.9K 891 191
                                    

Hei kamu. Iya kamu.

Gue sumpahin glow up.

Kalo vote ama komen.

[Si polos Alan(a) ada di mulmed]

Windy masih memikirkan dua orang yang ia kira hanya satu itu, sambil melamun ia berjalan menuju tempat ia memarkirkan sepedanya.

"E eh" Windy menangkap basah seseorang yang mengutak-atik sepedanya,

Cewek itu mendongak.

"Alan?" tegur Windy agak kaget, untuk apa dia mengutak-atik sepeda milik Windy.

"So-sorry, gue nggak ngapa-ngapain kok! Gue nggak mau nyuri stiker sepeda lo! Suwer deh!"

Sekarang Windy tahu kalau Alan ingin mengambil stiker sepedanya, ia menggeleng menghelah napas, "hmmfyuuh...."

"Lo gak boleh nuduh gituh dong! Lo nggak punya bukti apapun," ucap Alan ngegas, Windy sampai tersentak dibuatnya. Padahal ia belum mengatakan apapun.

"Buk-"

"Apa?! Lo mau ngaduin gue ke guru?" lanjut Alan terlihat gemetaran namun masih mengekspresikan wajah galaknya.

"Gue mo ngomong dulu sarwendah!" geram Windy.

"Gue nggak nuduh lo, gue bahkan nggak tau kalau lo mau ngambil stiker gue. Ngerti?" jelas Windy.

"Oohh," Alan berusaha tetap tenang dan cuek.

Windy terkekeh, "oiya lo liat Lia, gak?" tanyanya pada Alan.

"Lia siapa?"

"Loh, temen sekelas lo"

"Gue gak kenal! Gak usah nanya-nanya!!" bentak Alan.

Idih gila.

Windy gemas, bukan artian baik. Ia dibuat emosi

"ughhh!" tangan Windy sudah benar-benar sudah gatal ingin mencakar Alan.

"Eh haiii gaisss!" Lia datang sambil menepuk bahu Windy.

"Mun, dia nuduh gue nyuri sepeda dia!!" tunjuk Alan ke Windy.

"Loh.. enggak kok!" sangkal Windy menggeleng.

Lia menepuk jidatnya lalu tersenyum terpaksa, "gue mau pulang dulu deh" ucapnya sambil menyeret sepeda nya.

"Lia! Tungguin!" Windy segera menaiki sepedanya menyusul Lia.

"Ihh dasar, orang-orang jahat!" Gumam Alan kesal.


****

Esoknya Windy legah ia tak terlambat lagi, abangnya yang usil lah jawaban mengapa dia selalu terlambat.

Kadang-kadang abangnya sengaja mematikan alarm milik Windy kalau dirinya melakukan kesalahan apalagi kalau ia tak sengaja merusak barang abangnya, Juno maksudnya.

Koridor masih sepi, suasananya sangat tenang dan damai, namun lama-lama Windy takut mendengar suara langkah kakinya yang menggemah.

Ia sempat berhenti untuk memastikan kalau itu benar-benar suara langkah kakinya sendiri, namun saat ia berhenti melangkah, suara langkah itu masih berbunyi.

"mampus," gumam Windy, jantungnya kini berdetak lebih kencang, bahkan lebih kencang dari saat ia di mabuk Aska.

Ia mempercepat langkahnya karena sepertinya lututnya mulai gemetar tak karuan, tangannya mulai dingin, dan karena sudah sangat takut, ia mengambil ancang-ancang akan berlari.

CRAZY GROUP [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang