d u a l i m a

2.6K 516 38
                                    

Jangan lupa votment! ;)

Windy senyum-senyum sendiri di kelas, Delan yang memperhatikannya dari tadi pun di buat merinding karena kadang gadis di sampingnya itu cekikikan tak jelas, melamun tak jelas dan juga memukuli lengan Delan sesekali.

"Yais! Lo cari mati sama gue?"

Windy tak menggubris, ia masih tersenyum memegangi kedua pipinya yang panas.

"gila kali nih ya cewek!" pasrah Delan. Kalau saja dia bukan teman Lia, sudah dari tadi Delan menggantung cewek ini di samping kerangka tengkorak di samping papan tulis.

Dari luar terdengar suara tak asing yang akan masuk ke dalam kelas, Windy sangat yakin itu Aska.

aduh gimana nih, gue malu!

Windy panik dan langsung pura-pura tidur menghadap ke kiri agar Aska tak melihat wajahnya.

"Nih bocah kenapa sih" bingung Delan, kemudian ia melihat Aska dan Julian masuk. Delan langsung paham dengan tingkah aneh Windy.

Terbesit dalam otaknya untuk mengerjai Windy,

siapa suruh lo gebukin gue hah! Mampus gue tinggal berdua sama Aska.
Seringai Delan ke arah Windy yang masih memejamkan mata.

Ia bangkit dan menarik Julian, "temenin gue ke kantin!"

"E-eh gue barusan dari kantin!" ucap Julian tak mau ikut, lalu Delan melotot kan matanya, "temenin gak!"

"Iyadeh iya!"

"Oh Yaudah, gue juga ikut aja" ucap Aska karena di tarik oleh Julian.

"Yaudah ayok!"

Sebelum Delan keluar, ia sempat berbisik pada Aska agar ia tetap di dalam kelas tanpa sepengetahuan Windy. Akhirnya yang pergi ke kantin hanya Delan dan Julian. Tapi Windy tahunya, Aska juga pergi.

Windy yang merasa kelas sudah sunyi, hendak memeriksanya dengan masih berpura-pura tidur namun menoleh ke kanan, "ehmm.." igaunya.

Mata kanannya pelan-pelan terbuka. Seketika ia terlonjak kaget ketika melihat wajah Aska yang jaraknya begitu dekat.

Cowok itu tersenyum, "akting lo jelek tau," ucap Aska sengaja meledek Windy yang masih shok.

"Ih siapa yang akting sih, lo pikir cewek lain kalo liat lo sedeket itu nggak kaget?"

"Semalem lo akting gak?"

"Ma-maksud lo?"

Maksud Aska apa sih? Nggak mungkin juga kan dia tau apa yang semalem terjadi?
Apa dia nguntit ke kamar gue?
Atau..
Dia pasang penyadap? Ah gak mungkin.

"Semalem lo nggak tau ya kalo lo curhat sama gue?" Aska bertopang dagu, terlihat lucu menatap Windy lekat-lekat.

Tatapan itulah yang mampu membuat Windy luluh dan tak bisa move on.

"Curhat? Sama lo?" Windy mencoba mengingat kejadian semalam.

Bukannya...

FLASHBACK

Aska masih tak percaya dengan apa yang di katakan Tirta, jelas-jelas Windy itu terang-terangan menyukai Tirta dan kadang memberi harapan padanya juga.

"Seharusnya cowok yang mainin cewek! Bukan sebaliknya! Aghh!"

Setelah melihat Windy yang memeluk Tirta erat di halaman belakang sekolah, Aska makin yakin kalau Windy hanya ingin mempermainkan dirinya.

Namun sebelum ia meninggalkan parkiran, Tirta menghampirinya dan mengatakan hal yang membingungkan.

"Kalo lo masih nyakitin dia kek gini, gue benar-benar akan merebutnya dari lo"

"Lo gak tau? Betapa sesaknya gue kalo dia selalu curhat tentang lo ke gue? Kadang dia bilang lo jahat, tapi menit berikutnya dia bilang kalo dia nggak bisa ngendaliin perasaannya sampai-sampai dia mukulin dirinya sendiri karena nggak mau jatuh cinta sama lo.
Yaa tapi mau gimana lagi... Dia terlanjur sayang sama lo."

"Tapi kalo lo mau, gue bisa bikin dia melupakan lo, dan gue lebih bisa membahagiakan dia dari pada lo"

Itulah kata-kata Tirta sebelum benar-benar menghilang dari pelupuk mata Aska. Ia mematung tak tahu maksud perkataan Tirta.

Ia menyeret sepedanya keluar gerbang lalu memasukkannya ke dalam mobil yang ia parkir di luar sekolah.

Malam pun tiba, ia masih ingin jawaban yang jelas dari Tirta, dengan ragu ia mengambil ponselnya berniat menanyakannya pada Windy langsung.

Cukup lama ia menatap ponselnya, rasa gengsinya kini menguasai dirinya.

"Aghh! Kok malah gue yang gerogi sih!"

Tiba-tiba, Tringgggg!

Aska kaget sampai hampir menjatuhkan ponselnya, semua itu karena sebuah panggilan whatsapp dari Windy.

"Loh, apa dia tau? Gue mau nelfon dia?"

Malam itulah Aska mempercayai semua perkataan Tirta, ia tersenyum sambil mendengar celotehan Windy. Meski gadis itu menangis di seberang sana, Aska malah senyam-senyum mendengarnya. Sampai akhirnya suara Windy tak terdengar lagi, ia masih tak bisa tidur mengingat setiap kekesalan Windy yang menurutnya lucu.

°°°

"Lo... mau kan jadi...."

"jadi apa?" tanya Windy pelan.

"...pembantu gue?" canda Aska sambil tersenyum menggoda.

"Ish!" Windy langsung mendelik tajam ke arah Aska.

"Mending gue cari cogan lain di warnet, dari pada harus jadi pembantu lo!" ucap Windy bangkit dari kursinya, namun lengannya langsung di tahan oleh Aska.

"Ish baperan banget sih jadi cewek, yaudah lo maunya jadi apa?"

"What? Lo suruh gue milih?" Windy makin kesal.

"Kalo gak ikhlas nembak yaudah gak usah!!" Jawab Windy menghempaskan pegangan Aska lalu hendak keluar dari kelas.

"Pacar!! Jangan ngambek dong!" teriak Aska.

Langkah Windy terhenti, senyumnya melebar tanpa di suruh, mungkin pipinya sekarang sudah berubah merah. Ia tak mau memperlihatkannya ke Aska nanti cowok itu bisa GR.

Karena malu, ia pun melangkah cepat menuju keluar kelas,

"Kalo lo nggak berenti, kita putus!"

Windy melotot dan langsung berbalik.
Ishh nyebelin banget sih!

"Oke! terserah! Gue mau cari cogan!! Yang lebih ganteng dari lo!" sebal Windy.

"Emang ada?" ledek Aska.

"Ada!" Windy melipat kedua lengannya sambil tersenyum.

"Kak Tirta! Wlee!" balas Windy sambil memeletkan lidahnya.

"Woi jangan Tirta!"

"Windy!!"

"Awas ya kalo sampe lo ke kelasnya!!" teriak Aska mengejar Windy yang sudah lari duluan. Aska paling tidak suka Windy dekat-dekat dengan Tirta karena ia tahu, Tirta pasti makin merasa di beri peluang.

°°°

"Terus kapan lo sadar dan kena hidayah? Lo gak liat, cuma lo cowok yang ngga tau diri?!" gertak Sasa pada Devan yang sedang ongkang kaki di atas meja sambil bersender di kursi dengan mata tertutup.

"Udahlah Sa, ngapain juga sih pacaran, nanti penggemar gue pada lari kalau tau kita pacaran"

"Ohhh jadi itu alasannya? Inget ya Dev, kalau lo gak nembak gue hari ini! Gue bakal bikin lo nyesel seumur hidup!!"

Geplak! Tas Sasa mendarat mulus di wajah Devan.

"Allahuakbar! Lo bawa batu ya ke sekolah?!"

"Inget ya! Inget!!" ucap Sasa sambil menghadapkan dua jarinya ke arah Devan seperti psikopat dan dengan pelan keluar kelas.

Tbc.

VOTEEEEEEE⭐
ALARM VOTE!

CRAZY GROUP [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang