4

4.6K 243 9
                                    

Selamat pagi readers....
Maaf yang udah nungguin critanya berlanjut​ kemarin lagi sibuk, haha( sok sibuk )

Selamat membaca...
Abaikan typo!!

____________________________________

Sorry Stella, besok jadwalku cukup padat jadi ga bisa nemenin Narra.

Bella mengetik pesan singkat, ia tidak bermaksud untuk menghindari ataupun tidak ingin menemui Narra, tapi ia benar-benar sibuk. Ia juga ingin menetralkan semua yang ia rasakan, merasa tidak normal. Perasaan yang beberapa hari ini mambuat Bella berfikir keras. Ia merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Berusaha menepisnya dan meyakinkan diri bahwa perasaannya itu hanyalah sementara. Bella hanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memperdulikan perasaannya. Perasaan apapun itu ia biarkan saja dan tidak berusaha menghapusnya ataupun berniat memupuknya. Ia hanya akan membiarkannya.

__________________________________

"Hi Narra how was your day with Bella?" Sapa Stella yang sudah bertemu Narra di cafe hotel tempat Narra menginap. Stella merasa bersalah karena ia merasa Bella sudah banyak membantu dan Stella tau jika Bella sibuk. Hanya Stella ingin Bella juga meluangkan waktunya untuk sedikit menikmati waktunya untuk bersantai.

"Iya, baik-baik saja, tapi sepertinya aku harus kembali ke Jakarta secepatnya Stella."
Sambil tertunduk lesu.

"Hei ada apa? Bukannya masih seminggu lagi disini? Apa ini soal pekerjaanmu..." Sambil meminum macchiato yang ia pesan.

"Ada yang harus kuselesaikan di Jakarta, dan sepertinya liburanku ini makin buat aku ga bisa santai." Menatap kosong kearah jendela kaca yang cukup besar karena Cafe ini menggunakan sebagian dindingnya menggunakan kaca agar dapat melihat suasana diluar. Sambil mengaduk matcha latte kesukaannya dan sesekali meneguk ringan.

"Okay... Kalau kamu butuh bantuan hubungi saja aku" sambil tersenyum tulus menunjukkan deretan gigi manisnya.
"Jangan segan-segan untuk sekedar bercerita apapun itu Ra, karena saat pertama kali melihatmu sepertinya kamu liburan kesini hanya untuk menghindar." Lanjut Stella hati-hati

"Apakah terlihat mengenaskan wajahkah ku ini? Sedikit memaksakan senyumnya

"Hahaha... semua orang juga bisa membaca tulisan diseluruh wajahmu kalau kamu sedang tidak ingin menderita..." Sambil manunjuk dengan kedua tangannya bergerak mengikuti garis bentuk wajah Narra.

Narra manepuk kadua sisi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan berlajut menopangnya.

"Kalau begitu biar nanti kuhapus..." Sambil tersenyum tulus Narra pada Stella.
Beruntung sekali dia bertemu dengan Stella

_________________________________

"Bella sayang lusa kamu mewakili Rumah sakit menggantikan papa untuk pertemuan dengan Mitra Kalbe Farma bapak Boenjamin S. di Jakarta.." orang tua paruh baya itu nampak masih sangat gagah dan tampan walau rambutnya sudah memutih.

"Baik pa, papa sibuk kah sampai saya yang harus pergi?" Ucap Bella sambil bergelayut manja dilengan kanan papanya.

"Aduh sayang...ingat umur kenapa kamu masih saja manja dengan papa, malu Don udah 25tahun masih begini?" Pura-pura menggoda putri kesayangannya

"Ih pa, dengan anak sendiri begitu, papa sih sayangnya dengan kak Joe" sambil mengerucutkan bibir pura-pura ngambek.

"Sudah-sudah iya, pulang sana kasihan mama sendirian dirumah" mengelus pucuk kepala Bella

Papa Bella adalah sosok ayah yang sangat ideal, baik, dermawan dan sosok pemimpin yang bertanggung jawab. Hidungnya yang mancung seperti diphoto copy diwajah ke3 anaknya. Sayang terhadap keluarganya dan selalu romantis pada istrinya mama Bella. Tak segan-segan menunjukkan pada khalayak ramai hingga menimbulkan rasa kagum dan iri dengan sikap papa Bella pada mama nya. Berdansa di tempat pesta, menggandeng istrinya, dan kadang bersikap romantis dengan perhatian kecil pada istrinya. Sungguh pasangan yang bisa dibilang goal relationship sejati.

Bella memang sangat anggun dan berwibawa seperti mamanya.Siapapun yang melihatnya tersenyum menawan senantiasa seraya terhipnotis ikut tersenyum Namun ia seorang yang manja jika bersama keluarganya. Terutama pada papanya, waluapun ia sering berkelahi hal kecil dengan kakak laki-lakinya namun mereka sangat dekat karena umur mereka hanya selisih 3 tahun. Mama Bella adalah sosok yang sangat anggun dan berwibawa, beliau adalah Kepala Bidang di sebuah instansi masyarakat. Sedangkan ayah Bella pemilik Rumah Sakit terbesar di Bali. RSUP Sanglah Denpasar Bali tempat Bella bekerja.
dr.Abel Agueda Sp.OG menempuh pendidikan 9 semester di salah satu Universitas terkenal di Indonesia  dan sekaligus Direktur Rumah Sakit Sanglah. Dan ia berencana untuk melanjutkan Kuliahnya di Luar Negeri. Kehidupan Bella yang sempurna namun tetap sederhana. Karena sang mama mengajarkan Bella until tetap menjadi orang yang rendah hati.

_________________________________

"Aku harap liburanmu menyenangkan" ucap wanita yang bertubuh mungil rambut sebahu sambil membuka bagasi belakang Mobil dan meletakkan travel bag kedalamnya.

"Dasar nenek lampir, sepertinya kamu bahagia sekali aku datang lebih awal, pertanyanmu sungguh menyinggungku."
Narra pura-pura sedih

"Hei..! Cantik, imut, dan sexy begini kamu bilang apa hah!?" Sambil menyibakkan rambut sebahunya dan berdecak pinggang.

"Hahahaha iya deh yang imut dan sexy tapi tetep aja kayak nenek lampir kalo lagi bawel." Narra tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan sahabatnya Silla. Silla pun bersungut dan bergegas memasuki Mobil mini Cooper biru tua milik Narra.

--------------

"Hei...pekerjaan menanti Ra, mau sampai kapan kamu bermalas-malasan begini." Ucap Silla lembut sambil mengunyah keripik diruang kerjanya. Terlihat luas walau sebenarnya sederhana karena dibuat dengan sekat-sekat kaca yang cukup besar.
"Apa yang kamuperoleh selama di Bali ?" Tetap mengunyah sambil menatap layar Mac Booknya.

"Tenanglah nek, aku udah dapat isnpirasi untuk proyek pameran kita minggu depan, tapi jangan sampai ayah tau, akan akan tetap menjaga sahamnya stabil, tenang saja." Duduk di sofa ruang kerja Silla sambil memilih foto-foto dikamera DSLRnya.

"Kali ini aku tidak akan menganiaya kamu karena panggil aku nenek, dan aku harap hasilnya memuaskan. Dan untuk ayah kamu sejauh ini kamu aman. Untuk hasil yang kamu peroleh aku percaya itu, tapi jika mengecewakan....." Silla memotong kata-katanya.

"Jika apa? Kamu mau menhukumku seperti dulu?! Hah!?" Ucap Narra sarkas memotong kalimat Silla

Silla terdiam mengingat kejadian Dua tahun lalu.
Diantara dua Nisan yang nampak masih segar karena gundukan tanah yang masih baru dengan taburan bunga-bunga diatasnya. Terlihat wanita muda jongkok diantaranya dan tertunduk. Hanya mampu menatap punggung sahabatnya dari kejauhan. Ia kembali membayangkan kejadian sebelum dipemakaman. Terlihat frustasi dengan mata sembab dan raut wajah penuh kepedihan. Namun masih mampu berdiri walaupun hatinya hancur berkeping-keping. Jika dibiarkan sendiri bisa jadi seseorang yang kehilangan akal sehatnya. Beruntung masih bisa berdiri. Kadang kala diuji dengan sehebat-hebat ujian. Fisiknya lemah tapi batinnya sangat kuat. Itulah anugrah Tuhan. Terlihat tenang namun menyimpan rasa pedih yang mendalam. Ia berdiri dan perlahan melangkah menjauh meninggalkan serpihan luka dari tempat itu.

"Ehem! Kenapa bengong!?" Dehem Narra menyadarkan Silla yang nampaknya sudah berhenti beraktifitas mulai tersadar.

"Aku menyayangimu Narra..." Ucap Silla lembut dan tulus

"Ya aku tau itu.."

To be continue

Chloe jangan marah lagi ya,
Buru-buru mau kerja nih.

Without LimitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang