19

1.7K 111 7
                                    

hi readers...

maafkan author yang baru sempat up. jika ada yang membalas dengan ramah ia adalah kekasih hati author.

kalau ada yang lupa alur cerita silahkan dibaca dari awal lagi ya..

hehe 

thanks.



 Bella hari ini akan disibukkan dengan hasil meeting tempo hari dan akan menugaskan beberapa personil untuk bergabung dalam penelitian Lembaga Masyarakat.

Eza hadir untuk mewakili RS Sanglah yang hingga kini dikelola oleh ayah Bella. Dan Eza memanfaatkan kondisi ini untuk terus mendekati Bella.

Bagaimana pun juga Bella akan bergantung pada Eza karena penelitian ini sangat penting. Walaupun Bella ada keinginan untuk pergi melakukan peninjauan namun ia tidak akan bisa pergi begitu saja meninggalkan tanggung jawabnya di RS.

"Hi sayang..." Eza menyapa Bella usai pertemuan dan Bella sudah memberikan ultimatum berupa diam dan menghindarinya

Bella tak bergeming berlalu melewati Eza.

Bella mengenakan heels hitam dan celana formal dengan jas ciri khas yang sudah tidak diragukan profesinya. Name tag di dada kiri Bella terjatuh saat menghindari Eza. Dan mau tidak mau ia harus berhenti untuk mengambilnya.

Namun dengan cepat Eza mengambil terlebih dahulu untuk Bella.

"ini kesempatan kamu untuk mengambilnya dariku Bell..." Eza tersenyum penuh kemenangan

"biarkan kita tetap bersama sayang, dan aku tidak akan membuat kamu kecewa lagi" Eza memegang tangan Bella dan hanya diam

"dan sudah pasti ini tidak akan mengecewakan kedua orang tua kamu sayang"

Eza kembali mengoceh. Kata-kata yang terakhir membuat sorot mata Bella berubah tajam dan hanya mampu menghembuskan nafas dengan kasar dan pergi dari Eza secepatnya.

++++++++++++

Terlihat sayup karena penerangan cahaya lampu yang menyala hanya di ruang kerja. Narra tengah sibuk dengan editing foto yang besok harus update untuk segera di publish. Sementara ia memutuskan untuk tinggal di rumahnya sendiri karena Bella masih berlaku diam terhadapnya.

Narra bukan orang yang tangguh jika harus memendam rasa sakit yang dideritanya sendirian.

Ia chating melalui massanger dengan Nadia. Karena selain Silla, Nadia lah yang tahu jika Narra hanya tertarik pada Bella.

"kak Narra lebih baik tinggalkan dia, karena aku rasa dia tidak bersikap baik dengan kakak."

"menurutmu seperti itu? Tapi aku sangat mencintainya"

"jika memang dia mencintai kakak, kenapa kak Narra selalu menangis dan aku tidak suka jika kak Narra selalu bersedih"

"aku hanya ingin merasa tenang dengan bercerita Nad,maaf jika membuatmu tidak nyaman. Dan kenapa kamu begitu sulit untuk menerima hubungan ku dengan Bella"

Narra menulis kata-kata itu sambil meneteskan air mata, sedih dengan sikap Nadia dan sedih dengan Bella yang sampai hari ini Narra tidak mengerti kenapa Bella berbeda.

Narra bersandar dikursi ruang kerjanya. Ia menatap foto yang ia abadikan saat di Bali bersama Bella.

Menatap nanar dan kembali teringat saat ia di Bali. Walaupun sesaat namun mampu membuat Narra begitu kagum pada Bella.

Narra tiba-tiba teringat sesuatu yang membuat ia sadar bahwa Bella tidak akan bersikap seperti ini terhadapnya. Narra mengambil benda pipih diatas meja dan menghubungi orang yang menurutnya dapat membantu masalahnya.

Without LimitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang