22

3.3K 140 8
                                    

Terimakasih untuk pembaca setia WL, 

Ditunggu komen positif dan negatifnya.

Happy Reading.

+++++++++++++

Pagi yang cukup mendung saat itu suasana pukul delapan pagi seperti suasana saat subuh. Langit yang diselimuti kepulan asap perkotaan membuat matahari bersembunyi dibalik polusi udara yang sudah melebur manjadi satu dengan gumpalan-gumpalan mendung pagi itu.

Tak menyurutkan semangat seorang wanita yang begitu nampak strata sosialnya berbeda dengan orang - orang yang ia jumpai disekitar apartment. Ia begitu anggun menggunakan dress peach selutut, dengan blazer khas warna putih, ia menyandangkan blazernya dilengan kirinya dengan tote bag di tangan kanannya.

Ia melangkah kan kakinya dengan suara khas heels yang mengetuk menimbukan suara pada lantai area bestment apartment. Menyapa setiap orang yang ia jumpai, karena begitulah Bella selalu ramah terhadap siapapun. Tak heran jika semua mata tertuju padanya hanya karena ingin mendapatkan senyuman dari Bella.

"Abell...." suara lembut itu terdengar di telinga Bella yang hendak merogoh kunci dari tote bag nya.

Seketika ia mendongak kearah suara tersebut.

Hanya ada satu orang yang menggunakan huruf abjad A awalan dalam namanya. Ada rasa berdesir dalam rongga dadanya, suara yang ia rindukan namun suara yang ia hindari selama ini.

Bella menyusuri dengan matanya dari ujung kaki hingga saat ini tepat diwajah Narra dengan rambut terurai bergelombang warna coklat tak luput dari pandangan Bella. Ia tidak bermaksud untuk melihatnya seperti itu namun memang kondisi Bella yang memungkinkan untuk melihat ke arahnya dalam posisi tersebut.

Ia terpaku menatap Narra yang berdiri mengenakan sepatu kulit warna coklat, jeans warna hitam dan jaket hodie senada dengan warna dress Bella. Narra memberikan senyuman terbaiknya untuk Bella.

"Ra...kamu?" Bella merasa kaget sekaligus bahagia

Hanya saja Bella menarik diri untuk tidak menunjukkan raut wajahnya jika ia bahagia.

"aku sengaja menemuimu karena aku tidak bisa menghubungimu" kesedihan saat mengatakan kalimat tersebut terlihat dari perubahan air muka Narra.

Bella teriris sedih. Nmun ia tetap berusaha menahannya.

"aku merindukanmu" nyaris tak bersuara. Tapi Bella bisa mendengarnya.

"aku diam bukan berarti tidak ingin menjumpaimu, namun aku tidak ingin mengganggu kalian" Narra memalingkan wajahnya menahan kesedihannya

"jika ini sebuah perpisahan aku hanya ingin kita tetap baik-baik saja" Narra kembali menatap mata Bella

"sebagai seorang teman" Narra berkata naif

Narra merasa Bella benar-benar tak bergeming. Membuat hati Narra hancur berantakan. Ia tidak ingin menjadi seorang penjudi yang mempertaruhkan keberuntungannya. Ia hanya ingin perasaan Bella sepenuhnya karena cinta.

Ia belum putus asa namun ia belum sepenuhnya memahami Bella, dan Narra menahan egonya.

"maaf jika kehadiranku hanya membuatmu rumit"

Narra meninggalkan Bella yang sampai detik ini pun masih diam.

"kamu brengsek!!" Bella meneriaki Narra yang sudah memunggunginya.

"kamu tidak membiarkan ku berbicara. Bagaimana bisa kamu pergi begitu saja"

Perkataan Bella sontak membuat Narra berhenti seketika. Dan berbalik arah menghadap Bella.

Without LimitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang