Hai smart readers
Maaf ya lama up nya.
Untuk Chloe maaf sudah membuat lama menunggu.
Happy reading..Intermezzo
Dor!
Tembakan pertama mengenai dada seorang wanita cantik sekitar umur 28th. Dan dengan cepat ada yang berlari menuruni tangga melihat darah yang sudah mengalir dilantai, menangis dan bersimpuh memeluk nya.
“kakak!!!!! Huhuhuu...” menangis histeris mengguncang tubuh sang kakak yang sudah tergeletak lemas karena tembakan tepat di dada kirinya
“apa yang kamu lakukan!!!kamu brengsek!!!!“ sambil melotot pada laki-laki yang terus menodongkan pistol karah mereka.
Seketika anak sekitar 16thn itu meraih guci disampingnya.
“dor!” terdengar guci terjatuh bersamaan dengan anak tersebut.
Laki-laki tersebut gemetar dan menodongkan pistol pada pelipisnya sendiri untuk mengakhiri hidupnya.
“Kakak!!!!!!!”
Wanita itu terbangun dari mimpi buruknya. Melihat sekeliling dan ia tersadar bahwa itu mimpi yang setiap malam selalu menghantuinya.
Ia duduk melipat lututnya dan menahan air matanya yang akhirnya mengalir tanpa diharap, ia menahan tangisnya agar tak bersuara. Karena baginya menangis dengan mengeluarkan suara tak akan ada yang akan mendengarnya dan itu tidak akan membantu untuk membuat dirinya tenang. Ia menenggelamkan kepalanya diantara lutut dan menggigit bibir bawahnya.
Baginya mimpi ini sungguh menyiksanya membuat luka itu semakin dalam dan sakit. Ia selalu berharap bahwa itu semua dihapus dalam ingattannya saja karena berat baginya untuk melalui malam dengan mimpi yang sama dan berulang-ulang.
......................................
“Selamat pagi kak..”sapa nadia pada Narra.
“nyenyak tidurnya semalam? Kakak kayaknya terbiasa ya tinggal di hotel ini, cerah banget wajahnya?” nadia pagi-pagi bersemngat melihat Narra yang mengenakan celana kain biru muda dan kemeja putih longgar memakai sendal hotel menuju restaurant untuk sarapan pagi bersama rekan2 kerjanya.
“ga juga Nad pernah seminggu disini jadi seperti terbiasa aja sama tempatnya.” Narra tersenyum dan melanjutkan ke area restaurant yang sudah ada pram dan sherly menunggu untuk sarapan pagi dan briefing.Narra dan Nadia mengambil secangkir matcha latte dan roti sandwich. Dan duduk di meja yang sudah disiapkan.
Narra tidak suka formal untuk membahas soal kerjaan, karena baginya yang terpenting teamnya nyaman dan hasilnya memuaskan. Karena pagi ini mereka sudah di Bali dan siap untuk mempersiapkan pameran seni yang akan digelar 2hari lagi.
“sher, pram untuk lokasi dan bahan sudah berada dilokasi? Dan sudah steril untuk persiapan kita nanti?” narra memulai pembicaraan.
“sudah kak.., hanya saja kurang foto yang kak narra bawa aja..” sherly menjawab
“sebenarnya kejutan apa sih yang kamu persiapkan sampai2 kita-kita ga di tunjukin hasilnya?’ pram menyahut karena pram merupakan rekan kerja Narra dan seangkatan waktu kuliah dulu.
“hahah pram namanya bukan kejutan donk kalau dikasih tau.” Nadia mulai berbicara.
“dih, Nad kamu ini kalau sama Narra aja panggilnya kakak giliran sama aku panggil nama.” Protes pram
“eh odong-odong lagian selisih setahun doank masak iya aku harus panggil kmu kakak!” Nadia tak kalah protes.
“hhahaha..” Narra dan Sherly tertawa.
“baru kali ini aku lihat kalian itu berantem biasanya juga yang ada sherly sama kamu pram yang berantem” narra heran karena baru kali ini mereka berselisih pendapat hal sepele.
“udah gini aja kamu nad, panggil aja pram kakak daripada nanti dia merengek kayak anak kecil..hahaha”
“itukan sekali-kali kan brantemnya sama kak nadia biar ga sama sherly mulu” sherly terkekeh
“kak nanti mau di display disebelah mana?” sherly menunjukan denah pameran yang akan berlangsung selama 3 hari kedepan.
“sini aja sher sisi kiri ruangan sesudah ruang utama” narra menunjuk gambar denah yang akan dipakai nanti
“ok kak jadi tepatnya diruang tengah ya kak.”
“pram sisanya kamu atur aja, yang penting looknya bagus dan terdisplay dengan rapi dan sesuai artikelnya” narra mempercayakan pada pram karena memang untuk urusan itu pram sudah terlatih dan terbiasa dengan mengatur posisi yang bagus dan strategis.
“untuk nadia sudah menyiapkan yang saya pesan kemarin?”
Nadia mengangguk tanda sudah terselesaikan.
................................
“akhirnya ketemu lagi..” wanita itu tersenyum.
“untuk kali ini aku ga membuat kamu repot kok, nih..” menyodorkan potongan kertas bertuliskan ticket sambil tersenyum. Dan senyuman itu sama saat pertama kali bertemu.
“kok 3 sih? “Mengerutkakan kening dalam.
‘kamu kan kesini ga sendiri? Ini sampingmu ga kamu ajak?” mengangkat dagu mengarah pada laki-laki disamping wanita itu.
“dan yang satu lagi?” seoalah ada kontak batin wanita itu tersenyum simpul.
..........................................
“dr. Bella....!” laki-laki itu setengah berlari sambil memanggil dan meraih tangan kanan dr.bella dengan tangan kirinya.
“ah maaf..” dr. Eza melepaskan tangannya dari lengan dr. Bella setelah bella menatap lengannya.
“ada apa dr. Eza?” bella heran menatap dr. Eza yang biasanya melakukan perbincangan selain masalah kantor ataupun pasien.
“bisa kita makan siang bersama, ada hal penting yang saya mau bicarakan.” Dr. Eza terlihat serius
“baiklah kita kerestoran sebelah RS saja ya, soalnya ga bisa berlama-lama karena ada beberapa pasien partus hari ini” bella sambil melihat jam tangan.Jam menunjukan pukul 12.05 siang
.................................
Restaurant terlihat tak begitu ramai hari ini, jadi tidak terlalu bising walau jam sudah menunjukan jam makan siang. Dr.Bella dan dr.eza memilih duduk di sofa tengah dan memilih menu makanan yang akan dipesannya. dr. Bella memesan lime squas dan spagetti bolognise dengan taburan keju mozarella. Sebenarnya bella ingin makan ayam betutu hanya saja terlalu lama jika memesannya karena dia tidak bisa berlama-lama. Dr. Eza menikmati secangkir american cofe dan small pizza margarita.
“tadi kamu mau bicara soal apa?” Bella memulai pembicaraan. Karena jika diluar rumah sakit bella tidak pernah memanggil dengan embel-embel dokter.
“ uhuk!” eza tersedak dan minum air mineral yang memang disediakan di restaurant ini. Dan baru kali ini laki-laki ini terlihat gugup dan tidak percaya diri. Karena Eza adalah laki-laki tampan dan seorang dokter yang tidak sedikit penggemar bahkan pasien yang rela sakit untuk bertemu dokter Eza. Terdengar berlebihan, hanya saja ia merupakan sosok laki-laki yang gagah dan ramah pada siapapun.
“kamu ga papa kan, maaf mengagetkanmu” Bella
“oh gapapa, ehem! Mungkin ini kurang tepat dan tidak romantis, tapi maukah kamu menjadi pendampingku dan calon ibu bagi anak-anakku nantinya?”eza meraih tangan kiri bella dan menatap bella lekat tepat dibola matanya, memastikan tidak ada penolakan atas apa yang akan iya lakukan, tidak adanya jawaban, eza merogoh saku kirinya mengeluarkan benda kotak kecil.
Ya sebuah cincin permata emas putih yang manis terpasang pada jari manis tangan kiri bella. Bagai disambar petir bella diam saja dan menyadari saat ini dijari manisnya ada sebuah cincin sebagai tanda sebuah ikatan dan bahkan dirinya sendiri tak mengucapakan sepatah katapun saat itu.
Bella duduk diruangannya sambil memutar-mutar cincin itu dijarinya sambil menatapnya. Bukan ia kagum bukan juga ia tidak suka, namun ada hal lain yang ia pikirkan.
Tok tok tok
“masuk!” Bella tersadar dan mempersilahkan masuk
“hai cantik...!! wow sepertinya ada hal yang dipikirkan nih, melihat meja kerjamu kosong” stella duduk tanpa di persilahkan terlebih dahulu
“sepertinya hari ini ada banyak kejutan ya? Angin apa yang membawa mu kemari stell?” bella tau betul karena stella bisa dihitung dengan jari kekantor bella. Dan kali ini tanpa memberi kabar.
“hah? Kejutan? Memng hari ini kamu sudah berapa kali terkejut bell?.” Stella terkekeh dengan ucapannya sendiri
Bella mengankat telapak tangan kirinya dan menunjukkan pada Stella dan membolak-balikkan telapak tangannya bak putri indonesia. Bedanya ini tanpa tersenyum.
“wow kamu beli cincin baru bell?!” Stella pura-pura tidak paham. Karena ia tau itu cincin terpasang pada tangan kiri jari manisnya dan bella berada di rumah sakit dan saat jam kerja. Karena bagi seorang dokter saat tindakan harus sterril dari apapun saat menangani pasien.
“eh bodoh! Aku tau kamu pura-pura ga tau.”bella cemberut
“serius aku kesini bukan mau bahas cincin barumu, nih aku kasih..” stella menyodorkan secarik kertas ticket
“siapa tau kamu menyukainya. Oh ya aku ga bisa berlama-lama edwin udah nunggu diluar tuh, bey bell!” stella bringsut keluar dari ruangan bella
“eh!” belum sempat bicara stella sudah berlalu. Bella memperhatikan nama yang berada di secarik kertas tersebut
“edda keinarra?14 maret? Besok?” bella bergumam sambil melihat kalender
***********************
Terdengar alunan lagu klasik samar-samar namun masih dapat terdengar dengan jelas mengiringi langkah kaki pengunjung di Bentara Budaya Bali. Terdiri dari beberapa ruangan tak berpintu dan hanya bersekatkakn dinding untuk menghubungkan ruangan satu dengan yang lainnya. Lantai keramik cream dan pencahayannan yang soft menambah suasana masing-masing ruangan seoalah syahdu dan lembut. Terpampang beberapa hasil karya potret seorang ibu muda yang sedang menjahit sebuah karpet dan sambil menidurkan anaknya dilantai,pemandangan air terjun yang diambil dari ketinggian dan nampak airnya yang hijau, suasana keramaian dipasar dan juga seorang pemulung yang sedang mengais bekas botol minuman di sungai. Menuju ruang tengah sebuah foto ukuran besar yang terpampang jelas terlihat sederhana namun terkandung makna yang dalam, seorang wanita muda yang tengah asik memainkan gramofon tua berbalutkan dress putih tulang modern dengan suasana sekaliling yang calsssic dan sangat kental dengan warna kayu tua yang terkena siluet cahaya sore terlihat menyatu. Terlihat artistik dan memiliki histori menarik dari gramofon yang merupakan bawaan dari Belanda dan Denmark itu. Potret tersebut menyita bnyak perhatian banyak pengunjung karena bagi para pecinta seni tak jarang mampu menampilkan karya sederhana namun instan dan begitu menyatu.
Seorang wanita dengan laki-laki berdiri cukup lama memperhatikan potret tersebut.
Dan membaca memo dibawah potret tersebut yang bertuliskan.
“I Choose to love you in silence, for in silence i find no rejection. Everyone says love hurt, but that is not true. Loneliness hurt. Rejection hurt. Losing someone hurt. Envy hurt. Everyone gets these things confused with love, but in reality love is the only thing in this world that covers up all pain and makes some one fell wonderfull again. Love is the only thing in this world that does not hurt and WITHOUT LIMITS”
Suasana menjadi teduh karena back sound music untuk mengiringi seluruh ruangan seolah-olah hanya tertuju pada potret tersebut karena lagu tersebut diputar melalui gramofon tua tang terletak diujung central ruangan yang saling terhubung. Suara yang indah itu bukan terletak pada piringan hitam namun dari suara murni dan kualitas suara seorang penyanyi yang bagus, begitupun sebaliknya. Pengunjung asik mengamati potret tersebut dan menikmati alunan lagu dari sebuah kotak berukuran sedang yang ditengahnya terdapat sebuah peringin hitam yang merupakan alat pemutar music pertama di dunia.To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Limits
RandomSemua ini masih tentang kamu... Iya kamu yang selalu jadi kemungkinan.... Mungkin kamu tidak menyadari besarnya rasa ini, rasa yang tidak dapat terucap karena aku seorang introvert. Mungkin kamu mengira aku orang yang frontal dan cara bicara yang ke...