Masih Diam

13.7K 355 23
                                    

Vote and comment di tunggu, kalau udah ada komen 10 org bakal di lanjut janji! Biar gw juga semangat !!

Lana Pov

Setelah kejadian dua minggu itu, aku bersikap lebih pendiam.

Memang aku memiliki sifat cuek, tapi setelah menikah sama Zion sifatku berubah.

Tapi sekarang? Sifat itu harus muncul kembali karena kejadian itu.

Sifat itu muncul, bentuk pertahanan diriku.

Aku sungguh masih tak menyangka Zion bisa mengatakan itu kepadaku.

Kalau memang dia cemburu, bukannya dari awal dia tau sedekat apa aku dengan Varo?

Kedekatanku sama Varo sebatas kakak adek. Dan itu dia juga paham!

Saat aku bertemu Varo waktu itu, aku tak berbohong ke Zion kalau aku sedang berbelanja.

Aku bertemu dengan Varo Atas ketidak sengajaan!

Waktu itu, istri Varo ngidam ingin bertemu denganku. Dan Varo memelukku itu hanya sebatas rasa terima kasih! Aku ke apartemennya bukan seperti yang di pikirkan oleh Zion! Tidak!

Tapi percuma menjelaskan kalau pada intinya Zion tak percaya.

Aku bertahan hanya untuk anakku, setelah kemarin Zion ingin aku dan dia berbaikan. Aku masih ingin mempertimbangkan.

*****

Aku meendengar suara derap langkah mendekat ke arahku.

Aku menoleh dan sama sekali tak menyambutnya dengan senyuman.

Ya memang beginilah aku menunjukkan sikapku terhadapnya. Dengan diam!

Zion mendekat dan duduk di sampingku.

Dia membuka jas dokternya sambil menghela nafas lelah.

Aku beranjak berdiri tapi di cekal olehnya.

"Mau kemana?"
Tanyanya dingin.

"Buat teh"
Ujarku singkat dan melepaskan cekalannya.

"Buatin air anget jahe aja"
Mintanya

"Hmm"
Aku hanya berdehem dan berlalu.

Tak ada kenyamanan seperti harapanku hidup akhir-akhir ini.

Sebagai istri aku hanya melayani dia dalam bentuk jasmani walaupun aku juga tak pernah menolak kalau Zion ingin di penuhi kebutuhan biologisnya.

Hidup satu atap dengan orang yang kita cintai sekaligus orang yang telah menyakitiku, bagaikan hidup di neraka!

**
Aku kembali ke ruang tamu dan membawa cangkir yang berisi air jahe hangat untuk Zion.

Kulihat dia berbaring di sofa dengan lengannya menutup matanya dan dengan juga sepatu tetap tak terlepas dari kakinya.

Ku letakkan cangkir itu di atas meja.

Tanpa membangunkannya, ku lepas sepatu dan kaos kakinya yang melekat di kakinya.

Setelahnya aku beranjak pergi tak peduli.

Saat aku akan pergi, Zion terbangun.

'Aku pikir tidur'
ucapku dalam hati

Aku tetap berlalu dan acuh kepadanya.

Zion menyesap minuman yang kubuatkan.

Tak ada yang mau memulai pembicaran, setiap Zion akan berbica aku selalu menghindar.

Aku takut bila bicara dengannya akan menambah luka di hatiku.

Lebih baik begini.

***

Tukang Pijatku • 2✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang