Dua minggu kemudian Mishall baru bisa bersekolah. Ia lupa bahwa sekarang ia bersekolah di Bali dan saat kecelakaan terjadi, Mishall sedang berlibur di Jakarta. Beberapa ingatan yang dulu sedikit terlupakan, tapi itu hal yang wajar karena kepala Mishall mengalami benturan. Seiring berjalan nya waktu, ingatan itu akan kembali lagi.
"Ayo cepet! Telat loh nanti," ucap Mama yang berdiri disamping Mishall yang sedang mengikat tali sepatunya.
"Iya bentar."
Setelah selesai, Mishall berdiri lalu menyalami Mama nya. Setelah itu ia berlari keluar dan masuk ke dalam mobil. Papa nya sudah ada dibalik kemudi, juga ada Wira disana. Satu perbedaan lagi, jika dimimpinya Wira sudah bekerja, maka di dunia nyata Wira masih kuliah.
"Udah siap ?" tanya Papa.
"Udah," jawab Wira dan Mishall bersamaan.
Setelah itu mobil melaju.
"Kamu ga lupa gimana caranya belajar kan ?" canda Papa nya.
"Ya ngga lah Pa," jawab Mishall sambil tertawa kecil.
"Takut nya lupa," kata Papa.
Mishall tersenyum lalu melirik dashboard mobil. Disana terdapat foto sekeluarga. Masih lengkap, adik nya masih ada.
"Pa, aku kangen Gilang. Bisa kita ke makam nya ?" tanya Mishall.
Papa nya melirik Mishall lewat kaca kecil di atas.
"Boleh, besok kita kesana ya," ucap Papa.
Mishall mengangguk. Satu perbedaan lagi, didalam mimpinya Mishall trauma pulang ke Bali, tapi nyatanya justru ia lebih ingin tinggal di Bali. Bersama keluarga dan kenangan lama yang menjadi teman sehari-hari nya.
"Mobil yang di Jakarta udah beres, Wir ?" tanya Papa.
"Udah katanya Pa, nanti dikirim kesini."
Mishall tahu, mobil yang dimaksud adalah mobil yang dikendarai Mishall saat mengalami kecelakaan. Mishall menabrak pembatas jalan lalu mobil nya terjun ke dalam jurang. Beruntung ia cepat ditolong oleh warga dan langsung membawa nya ke rumah sakit. Mobil mengalami kerusakan cukup parah di bagian depan saking keras nya benturan.
"Kalau mau pulang, telepon Mama ya Shall," ucap Papa.
"Iya, Pa."
Setelah itu mobil berhenti di depan gerbang Sekolah. Mishall menyalami Papa dan Wira lalu segera turun. Ia menarik nafas nya sebelum masuk ke dalam sekolah. Ketika hati nya sudah mantap, Mishall berjalan masuk. Dia tidak lupa dimana letak kelas nya.
Mishall tiba di dalam kelas dan hal itu membuat semua nya terdiam. Lalu dua detik kemudian mereka histeris dan langsung memeluk Mishall bersama-sama. Bahkan cowok-cowok pun ikutan modus.
"Our friend is back!"
"Kangen banget!"
"I Miss you!"
Dan beberapa ocehan lainnya. Mishall tersenyum. Ia tidak menyangka kehadiran nya mendapat antusias . Perlahan semua nya melepaskan pelukan nya, namun masih tetap mengerubungi Mishall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Teen FictionSebut saja aku pengecut. Aku tidak pernah berani untuk mengatakan perasaan ku secara langsung pada dia. Yang aku lakukan hanya mengirim nya surat setiap hari, mengungkapkan isi hati ku, dan betapa aku mengagumi nya. Tapi aku percaya, bahwa suatu har...