3. Surat Hari Jum'at

17K 1.4K 30
                                    

Masih disini menantimu
Berharap kau akan memikirkanku
Masih disini menunggumu
Menanti jawaban atas cintaku

🎵 Disini Untukmu - Ungu 🎵

***

Mishall merutuk dalam hati. Ia menatap gerbang tinggi berwarna hitam itu sudah tertutup. Padahal Mishall hanya telat 5 menit, dan gerbang sudah tertutup dengan rapat. Tidak hanya Mishall sih, ada 1 orang lagi.

"Pak! Biarin masuk dong, cuma telat 5 menit doang, belajar juga belum mulai pasti sekarang lagi baca Al-Qur'an," ucap Mishall pada satpam yang berdiri tak jauh dari pagar.

Sekolah Mishall itu masuk pukul 06.45, 15 menit sebelum bel berbunyi itu kegiatan literasi, dan 15 menit sesudah bel masuk itu membaca kitab suci Al-Qur'an.

"Maaf ya Neng, udah kebijakan dari sekolah ga boleh masuk. Nanti sebentar lagi Pak Jono dateng kok," ucap Satpam itu.

Mishall menghela nafas lalu menyandarkan punggung nya ke tembok. Saat sedang memperhatikan jalanan, sebuah motor besar berwarna hitam berhenti di depan gerbang.

Eh ini Kenzie bukan sih ?

Cowok itu membuka kaca helm fullface nya.

"Pak! Buka dong!"

"Ga bisa! Kan telat."

"Ya elah si bapak, saya kasih duit rokok deh."

"Ngga ngga!"

Cowok itu melepas helm nya. Mishall menahan nafas.

Itu Kenzie! Allahuakbar! Ganteng banget!

"Pak Iman, siapa aja yang telat ?"

"Sedikit Pak, cuma 3 orang."

Mishall menoleh. Disana ada Pak Jono.

"Suruh masuk, langsung ke meja piket!"

Satpam itu langsung membuka pagar dan yang pertama masuk adalah motor milik Kenzie. Cowok itu memarkirkan motor nya di tempat yang kosong lalu segera menuju meja piket di loby utama.

"Kenapa kalian telat ?" tanya Pak Jono.

"Tadi macet Pak, rumah saya jauh," kata si cowok yang entah siapa nama nya.

"Kamu ?" tanya Pak Jono pada Mishall.

"Saya.. bangun kesiangan."

"Kamu ? Ah saya ga usah nanya kamu, jawaban kamu pasti sama," ucap Pak Jono pada Kenzie.

"Apa coba jawaban saya ?"

"Bangun kesiangan kan ?"

"Salah, di rumah saya ga ada air tadi."

"Terus kamu ga mandi ?"

"Ya mandi lah Pak, saya ikut mandi di rumah tetangga. Anak nya 4, mau sekolah semua. Saya nungguin mereka, makanya saya telat," jelas Kenzie.

Pak Jono menghela nafas. "Ada aja ya alesan kamu."

"Iyalah pak, saya mah 1001 alasan." Kenzie terkekeh.

Pak Jono mendengus lalu mengambil buku catatan pelanggaran.

"Nama kamu siapa ?" tanya Pak Jono pada cowok tadi.

"Imam Malik pak, kelas 10 IPA 3."

"Kamu ?"

"Mishall Aletha, kelas 11 IPS 2."

"Mishall apa ?"

"Aletha."

"Susah kali lah nama kau nih."

"Saya Ken--"

"Saya sudah tahu."

Mishall mengulum bibir bawah nya sambil meremas rok Pramuka nya. Gadis itu merasa gugup semenjak Kenzie berdiri disamping nya. Memang tidak terlalu dekat, tapi ini lebih dekat dari pada saat di parkiran waktu itu.

"Kalian tunggu disini sampai bel jam pelajaran kedua berbunyi, jangan kabur," ucap Pak Jono lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

Mishall duduk di kursi loby. Ia memilih untuk duduk di ujung, lalu cowok bernama Imam itu duduk di tengah dah Kenzie duduk di ujung.

Setelah beberapa menit duduk, cowok bernama Imam itu berdiri.

"Kak."

Mishall mendongak. Imam menatap nya.

"Saya mau ke toilet dulu, kalau Pak Jono nyari tolong bilangin ya," ucap Imam. Cowok itu pergi tanpa persetujuan dari Mishall.

Alhasil kini hanya Mishall dan Kenzie yang berada di loby. Mereka sama-sama duduk di ujung. Mungkin bagi Kenzie itu biasa saja, tapi bagi Mishall ini hal yang luar biasa. Dia tidak pernah membayangkan ini sebelum nya.

Mishall melirik Kenzie lewat ekor mata nya. Cowok itu meletakkan satu kaki nya di atas paha ala laki-laki dan badan nya condong ke depan. Tangan nya memegang handphone.

Yang kayak gini ga sehat buat jantung gue.

***

"Tumben banget lo telat."

Mishall menyuap sesendok nasi goreng lalu mengunyah nya.

"Gue nonton film semalem, beres jam 12 terus gue tidur. Eh gue bangun kesiangan," jelas Mishall.

"Tapi telat lo itu lucky, lo bisa ketemu gebetan," ucap Bella.

Mishall mengangguk antusias. "Tapi gue deg-degan banget tadi."

"Ya nama nya juga deket gebetan, gue juga kayak gitu kali."

"Eh hari ini lo udah ngirim surat ?" tanya Bella.

Mishall menggeleng. "Abis ini gue mau ke loker, lo mau ikut ?"

"Boleh, gue penasaran gimana rasanya naro surat di loker orang."

Mishall terkekeh.

"Sampe kapan lo mau ngirim surat ?" tanya Bella.

Mishall terdiam. Dia tidak tahu sampai kapan. Mungkin sampai dia lelah sendiri dan memilih untuk mundur ?

"Lo cantik Shall, banyak yang mau sama lo. Buktinya di kelas kita aja udah ada 5 orang yang deketin lo, kalo gue boleh ngomong sih ya lo tuh bodoh udah nyia-nyiain mereka. Mereka udah pasti, tapi lo malah ngejar yang ga pasti," jelas Bella.

"Lo boleh suka sama siapapun, jadi pengagum rahasia siapapun. Tapi lo harus sadar, hidup lo bukan cuma buat dia aja, lo harus pikirin masa depan lo. Lo mau sampe kapan ngejar dia ? Dia ga pasti, bahkan gue ga yakin kalau dia tahu lo atau baca surat dari lo."

"Gue ga memutuskan harapan lo, tapi gue bilang ini supaya lo sadar. Supaya lo ga terus berharap dan buang tenaga lo demi dia yang ga tau kapan bakalan peka."

"Intinya, dia ga pasti buat lo."

Mishall mencerna semua ucapan dari Bella. Mishall memang selalu berfikir seperti itu, tapi rasanya sulit untuk menghentikan itu semua. Hal itu sudah menjadi kebiasaan nya.

Apa Mishall harus menyerah ?

Apa Mishall harus berhenti untuk mengagumi Kenzie ?

Memikirkan itu semua tidak akan ada habis nya. Ketika Mishall berfikir A, maka B, C, D akan bermunculan membuat nya pusing.

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang