E I G H T

707 76 17
                                    

Six month later.

Didalam sebuah mobil yang sedang melaju dengan kecepatan normal menyusuri jalan raya pusat kota London, Niall, Cara, dan Kendall tampak hanya terdiam satu sama lain sejak mereka pergi meninggalkan hotel tempat Kendall menginap. Suasana didalam mobil saat ini begitu hening, dan hal seperti ini tidak biasanya terjadi diantar mereka bertiga. Entah karena mereka bertiga yang sedang tidak ingin mengobrol atau mungkin karena hari ini adalah hari yang tidak begitu mengenakkan untuk mereka bertiga. Terutama untuk Kendall.

Niall yang duduk dibalik kemudi tampak sesekali menatap kearah spion tengah untuk melihat kearah Kendall, begitupun dengan Cara yang saat ini duduk dibangku penumpang bagian depan, sesekali dia juga sedikit menoleh kearah belakang untuk melihat Kendall.

Menghentikan laju mobilnya karena lampu merah, secara bersamaan Niall dan Cara sedikit menoleh kearah belakang dimana Kendall duduk, lalu mereka berdua saling tatap sambil menghembuskan nafas.

"Hmm...Ken, kau yakin ingin tetap pergi?" Tanya Niall, seraya kembali menoleh kearah Kendall.

Mengalihkan pandangannya dari arah jalan kearah Niall, Kendall tampak tersenyum tipis. "Iya Niall. Lagi pula, ini kan acara teman kita, tidak mungkin kita tidak datang." Balas Kendall, yang kemudian kembali mengarahkan pandangannya kearah jalan.

"Tapi Ken, kau yakin tidak akan apa-apa nanti selama disana?" Giliran Cara yang bertanya.

Dan kali ini Kendall terkekeh lalu kembali mengalihkan pandangannya untuk menatap Cara. "Tenanglah, aku tidak akan apa-apa selama disana nanti." Ucapnya, dan saat ini Cara dan juga Niall tampak menatapnya sendu sekaligus ada rasa keraguan dikedua mata mereka. "Oh guys, jangan menatapku seperti itu. Sudah aku bilang, aku akan baik-baik saja. Dan kalaupun aku pingsan pada saat disana nanti, akan ada banyak orang yang menolongku, bukan?" Ucap Kendall lagi yang berusaha sedikit menambahkan nada humor dalam kalimatnya.

"Bukan itu masalahnya, Ken. Kami hanya takut kau akan merasa-"

"Sudahlah Cara, Niall, lebih baik kita lanjutkan saja perjalanan kita. Jangan sampai kita terlambat." Ucapnya seraya kembali mengalihkan pandangannya kearah jalan. Cara dan Niall pun hanya bisa saling tatap, dan Niall kembali melajukan mobilnya ketika lampu lalu lintas sudah berubah hijau.

**

Melangkahkan kaki mereka turun dari mobil, mereka bertiga secara bersamaan mulai berjalan menuju sebuah taman kecil yang sudah disulap menjadi tempat resepsi sekaligus prosesi pernikahan.

Berjalan disebelah Cara, Kendall tampak menatap berkeliling area taman dengan dekorasi serba putih itu. Dan wajah Kendall saat ini memang kelihatan tenang dan biasa-biasa saja, tapi tidak ada yang tau dengan perasaannya. Rasa gugup sekaligus suatu perasaan yang menusuk mulai menyerangnya. Tapi Kendall tidak mau menunjukkan perasaan itu, dia berusaha untuk mengendalikan perasaannya itu agar dirinya tetap tenang.

Masih terus berjalan, dengan Niall yang berjalan di depan Cara dan Kendall, Niall membawa mereka menuju deretan bangku yang disusun menjadi dua bagian, yang memang disediakan untuk para tamu duduk ketika prosesi pernikahan nanti. Dan mereka bertiga pun duduk pada deretan bangku dibarisan keempat, yang lebih tepatnya berada ditengah-tengah.

Suasana saat ini sudah cukup ramai, dan para tamu undangan sudah menempati setiap bangku yang tersedia karena memang acara akan segera dimulai. Perasaan gugup semakin melanda Kendall, membuatnya menggenggam erat-erat clutch bag miliknya sambil sesekali dia juga menghembuskan nafasnya secara perlahan berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.

Cara yang sadar dengan kegugupan Kendall, mulai meletakkan sebelah tangannya diatas tangan Kendall dengan sedikit menggenggamnya. Merasakan sentuhan itu, Kendall pun menoleh.

"Kau yakin ingin tetap disini?" Tanya Cara kepada Kendall, yang kemudian hanya direspon dengan anggukkan dan senyuman tipis oleh Kendall. Dan Cara pun hanya menghela nafasnya itu ketika mendapati respon Kendall barusan.

Dan tak lama prosesi pernikahan pun dimulai, dimana calon mempelai penganti pria mulai berjalan menuju altar. Harry terlihat begitu tampan dengan tuxedo putih yang dilengkapi dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam, serta rambutnya yang tertata begitu rapih. Kendall yang melihat sosoknya itu tanpa sadar mengembangkan senyuman kecil.

Menghentikkan langkahnya didepan altar, lalu Harry membalik badannya untuk menghadap kearah para tamu undangan. Dan ketika dia sedang mengarahkan bola matanya untuk menatap para tamu yang hadir, secara tiba-tiba pandangan matanya bertemu dengan mata Kendall. Tubuh Harry pun seketika menegang ketika melihat Kendall ada diacara pernikahannya ini. Kendall yang melihat Harry menatapnya pun juga merasakan hal yang sama, dan buru-buru dia mengalihkan pandangannya itu kearah lain.

Selang beberapa detik kemudian, calon mempelai pengantin wanita mulai berjalan menuju altar. Dengan didampingi oleh sang Ayah, Dua kelihatan begitu cantik dengan balutan gaun pengantin putihnya. Dan lagi-lagi Kendall tampak mengulas senyuman kecil ketika melihatnya, namu kali ini tanpa diduga sebulir air mata juga ikut menyertai senyumannya itu.

Sesampainya tepat didekat Harry, dan Harry yang masih fokus pada Kendall, mau tidak mau harus mengalihkan fokusnya itu dan meraih tangan Dua yang diberikan oleh Dukagjin kearahnya. Dan setelah itu prosesipun dimulai.

Selama prosesi pernikahan berlangsung Kendall berusaha mati-matian untuk menenangkan dirinya itu dan juga melawan rasa sakit yang menyerangnya agar air matanya yang sudah terbendung dipelupuk matanya tidak kembali meluncur turun.

Setelah janji sudah terucap dan cincin sudah tersemat dijari manis kedua mempelai, Harry dan Dua akhirnya sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Dan ketika pendeta memperbolehkan pengantin pria mencium pengantin wanita, rasa sakit yang dirasakan Kendall semkin menusuknya, dan secara refleks dia menunduk berbarengan dengan sebulir air mata yang akhirnya menetes juga.

Harry sebagai pengantin pria saat ini masih terdiam dan dia tampak sedikit melirik kearah Kendall yang saat ini sedang menunduk. Rasanya dia enggan untuk melakukan hal ini, tapi karena semua pandangan sedang tertuju padanya saat ini, mau tidak mau, dengan menghela nafas berat Harry memajukan wajahnya, yang mana membuat Dua mulai memejamkan matanya. Dan Harry pun memilih untuk mengecup dahi Dua singkat. Setelahnya tepuk tangan mulai bergema disekeliling mereka.

Mendengar banyaknya suara tepuk tangan, membuat buliran air mata Kendall semakin banyak keluar dari dalam kelenjar air matanya. Mendengar samar-samar suara isak tangis yang tertahan ditengah suara tepuk tangan, dengan segera Cara menoleh kearah Kendall.

"Ken..." ucapnya, sambil memegang kedua bahu Kendall.

"Bisakah kita pergi?" Ucap Kendall dengan terisak seraya menatap wajah Cara. Melihat wajah Kendall yang sudah penuh dengan air mata, Cara pun langsung mengangguk dan dia membantu Kendall untuk berdiri.

Niall yang menyadari Cara bangkit dari duduknya membuatnya menoleh dan mencekal tangan Cara. "Cara?"

"Aku ingin mengantarkan Kendall pulang. Kau disini saja, aku akan naik taksi." Ucap Cara dengan dengan berbisik dan juga sedikit cepat.

"Ya sudah, hati-hati. Kabari aku jika ada apa-apa." Balas Niall, dan Cara mengangguk cepat seraya mulai melangkah pergi menyusul Kendall yang sudah berjalan lebih dulu didepannya.

Harry yang masih berdiri berhadapan dengan Dua mulai menoleh ketika dia menyadari ada dua orang yang bangkit dari duduk mereka dan melangkah pergi. Melihat Kendall yang ternyata sedang berjalan dengan sedikit terburu-buru meninggalkan tempatnya disusul dengan Cara yang berjalan dibelakangnya membuat tubuh Harry refleks ingin mengejarnya, tapi...

"Dan sekarang kita lanjutkan ke prosesi selanjutnya..." pendeta kembali berucap untuk melanjutkan keprosesi selanjutnya, yang akhirnya Harry mengurungkan niatnya itu.

Dua yang menyadari ada sesuatu pada diri Harry, tampak juga ikut mengarahkan pandangannya kearah yang sama lalu dia kembali mengarahkan pandangannya kearah Harry. Meraih sebelah tangan Harry, yang membuat Harry langsung menatapnya, Dua pun memberikan isyarat kepadanya untuk mengejar Kendall. Tapi Harry hanya tampak tersenyum tipis.

***

Thank you so much for reading. Sorry for any typos.

See you in the next chapter :)

ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang