F I F T E E N

683 67 18
                                    

Disebuah lapangan rumput yang luas, yang ada diarea University of California, Los Angeles, semua mahasiswa yang telah selesai di wisuda berkumpul di lapangan itu bersama dengan orang-orang terdekat mereka sambil bercengkrama. Dan Kendall yang memang sudah janji untuk datang keacara wisudanya Dylan ini, tampak melangkahkan kakinya disana dengan se-bouquet bunga ditangannya sambil mencari-cari keberadaan Dylan. Keberadaannya disana membuat Kendall langsung menjadi pusat perhatian banyak pasang mata. Dan ada begitu banyak pertanyaan yang muncul dengan kedatangannya ini.

Setelah mencari-cari akhirnya Kendall menemukan keberadaan seseorang yang dia cari itu. Dylan, yang saat ini sedang mengobrol dengan beberapa temannya kontan menoleh ketika melihat Kendall yang sedang berjalan kearahnya. Dan senyuman mulai tersunging dibibirnya ketika melihat seseorang yang sejak tadi dia tunggu kedatangannya.

"Congratulation, Mr. Minnette." Ucap Kendall, seraya menyerahkan bunga yang ada di tangannya kepada Dylan. Dan ketercengangan langsung terlihat pada semua ekspresi yang ada disana. Jawaban dari semua pertanyaan yang tadi sempat muncul akhirnya terjawab dengan pemandangan ini.

"Thanks, Ken." Ucap Dylan, dan menerima bunga pemberian Kendall itu. Dan saat itu juga beberapa teman Dylan bersorak kearahnya.

**

"Maafkan ulah teman-temanku tadi. Terkadang mereka memang suka berlebihan." Ucap Dylan, membuat Kendall sedikit terkekeh.

"Tidak masalah. Menurutku mereka orang-orang yang menyenangkan." Balas Kendall, yang kemudian membuat Dylan terkekeh. Dan saat ini mereka berdua sedang berada di sebuah restoran Italy untuk makan siang bersama.

Menyuapkan sesendok chicken salad fusilli kedalam mulutnya, Kendall tampak berpirkir sesaat sambil menatap kearah Dylan yang juga sedang melahap menu yang sama dengan Kendall. "Ohya, kau kan lulusan Matematika. Berarti setelah ini kau akan melanjutkan kemana?"

"Kebetulan aku sudah dapat tawaran disalah satu perusahaan asuransi. Tapi untuk sementara aku masih ingin melanjutkan pekerjaanku di toko buku dulu."

"Tapi bukannya lebih baik kau cepat-cepat terima tawaran itu? Ini kesempatan bagus untukmu."

"Ya aku tau. Tapi masa kerjaku di toko buku itu masih belum selesai, hanya tinggal sebulan lagi."

"Tapi Dylan, lebih baik kau cepat-cepat terima tawaran itu. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada." Mendengar ucapan Kendall itu, membuat Dylan seditiki terkekeh.

"Baiklah, baiklah. Aku akan segera menerima tawaran itu." Ujar Dylan, dan senyuman pun tersungging di bibir Kendall dengan cukup lebar. Dan entah kenapa hal itu membuat Dylan tertawa.

Kendall pun mengernyit bingung. "Kenapa kau tertawa?"

"Tidak apa-apa. Memangnya aku tidak boleh tertawa?" Balas Dylan, dan Kendall hanya sedikit berdesis sambil memutar matanya itu.

Sementara Kendall dan Dylan melanjutkan makan siang mereka—masih didalam ruangan yang sama hanya berbeda tempat duduk, seseorang tampak terus menatap kearah mereka berdua dengan penuh rasa keiingin tahuan. Berbeda dengan beberapa orang disekitar yang sesekali tampak menatap kearah Kendall dan juga Dylan, seseorang ini fokusnya benar-benar teralihkan begitu melihat mereka berdua masuk tadi. Dan sampai saat ini dia masih tidak bisa berhenti menatap kearah mereka.

Dua. Ya, dia baru saja sampai di LA pagi tadi, dan kedatangannya ini sama sekali tidak diketahui oleh siapapun, termasuk Harry. Dua datang ke LA karena tidak bisa lagi menahan dirinya dari rasa khawatir. Apalagi setelah dia melihat tentang berita pertemuan Kendall dan Harry yang langsung menyebar dengan cepat diberbagai media online, membuat rasa khawatir akan kembalinya hubungan Harry dan Kendall semakin mengambil alih dirinya, dan akhirnya dia memutuskan untuk segera berangkat menuju ke LA kemarin malam. Dua juga tidak yakin dengan tujuan dia datang ke LA selain karena rasa khawatirnya itu.

Dan saat ini dia yang tidak sengaja mendapati kedekatan antara Kendall dengan Dylan membuat rasa khawatirnya itu sedikit berkurang karena sudah melihat langsung Kendall yang tampaknya sudah bisa melupakan Harry. Tapi ya, hal itu hanya berkurang sedikit karena Dua yang masih memikirkan akan perasaan Harry yang masih belum bisa melupakan Kendall.

Seperti yang kalian tau, awalanya Dua tidak masalah jika memang seandainya Harry dan Kendall kembali lagi seperti dulu. Tapi karena rasa khawatir didalam hatinya yang akhir-akhir ini terlalu menghantui dirinya dan juga soal perasaannya kepada Harry, membuatnya menjadi tidak rela jika seandainya mereka berdua kembali  berhubungan seperti dulu.

Memusatkan pandangannya hanya kepada Kendall, secara perlahan telapak tangannya itu mulai mengepal cukup kuat. "Kendall Nicole Jenner. Entah apa yang akan terjadi kepadamu nanti, tapi aku pastikan kau akan menjauh dari Harry."

**

Sampai tepat di depan rumahnya, Dylan pun mulai beranjak untuk turun dari mobil Kendall. "Bye, Ken. See you soon."

"See you soon, Dylan." Balas Kendall, dan Dylan mulai melangkah untuk menuju ke rumahnya. Tapi baru beberapa langkah Kendall kembali memanggilnya, "Dylan?"

Dylan pun berhenti, membalik tubuhnya untuk menatap kearah Kendall yang ada didalam mobil. "Ya?"

"Jangan lupa kabari aku jika kau sudah diterima nanti. Ok?" Ucap Kendall, membuat Dylan terkekeh sambil mengarahkan jari-jarinya yang membentuk tanda 'ok'.

"Bye, Dylan." Ucapnya lagi sambil melambaikan tangannya sesaat kearah Dylan, baru setelah itu Kendall mulai melajukan mobilnya pergi.

Tersenyum sambil terus menatap kearah kepergian mobil Kendall yang terus menjauh, setelah itu dengan menghela sedikit nafasnya Dylan kembali melangkah untuk memasuki rumahnya.

Dan tanpa sepengetahuan Kendall maupun Dylan, dari kejauhan Dua—yang memang sudah mengikuti mereka sejak dari restoran tadi, tampak mengawasi mereka dari dalam taksi yang dia tumpangi. Dan semenjak mobil Kendall pergi menjauh, fokus Dua benar-benar hanya terarah pada Dylan yang saat ini sudah memasuki rumahnya.

"Dylan Christopher Minnette. You will be my first target." Gumamnya didalam hati, dengan pikirannya yang mulai berkelana memikirkan akan banyak rencana. Dan dirinya bukan lagi menjadi Dua yang dulu, melainkan Dua yang didalam dirinya mulai penuh dengan rencana jahat.

***

Short edition for this part. Hehe...#peace

Vomments nya jangan lupa yaa...

ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang