E L E V E N

669 83 14
                                    

London.

Hari sudah mulai gelap, dan beberapa orang sudah mengakhiri aktivitasnya dikantor untuk kembali ke rumah ataupun apartment masing-masing untuk beristirahat agar bisa kembali melakukan aktivitas diesok hari. Tapi tampaknya hal itu tidak berlaku untuk CEO dari The Styles Hotel of UK. Saat ini Harry masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya, dan masih belum ada tanda-tanda kalau dia akan segera pulang.

Meletakkan satu buah laporan lagi keatas tumpukkan laporan yang sudah selesai dia periksa, Harry kembali mengambil satu buah laporan lagi yang harus dia periksa dan untungnya ini adalah laporan yang terakhir.

Drrtt...drrtt...drrtt...

Fokus Harry seketika buyar ketika didengarnya suara dari getaran ponselnya itu. Menghembuskan nafasnya, Harry pun mengambil ponselnya yang masih terus bergertar dan langsung mengernyitkan dahi ketika melihat Dad nya menelfon. Dan tanpa berpikir panjang Harry mengangkat panggilan itu.

"Halo, Dad." Ucapnya, seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya.

"Halo Harry, apa kau masih dikantor?" Ucap Des, dengan sedikit berbasabasi.

Mendengar pertanyaan itu, Harry pun menghela nafasnya panjang. "Ya, aku masih dikantor. Hmm...ada apa Dad?"

"Begini nak, Dad ingin kau pantau perkembangan hotel kita yang ada di LA. Karena Dad lihat minat orang-orang untuk menginap dihotel kita yang ada di LA itu menuru, dan karena kau berhasil menangani masalah yang sama sebelumnya pada hotel kita yang ada di London ini, jadi Dad ingin kau menangani masalah itu."

Mendengarnya membuat Harry lagi-lagi menghela nafasnya panjang. "Tapi, masih ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan disini."

"Tenang nak, Dad juga tidak mememintamu untuk terburu-buru pergi ke LA untuk menangani masalah itu. Jadi, selesaikan dulu semua pekerjaanmu yang ada disini baru setelah itu kau tangani masalah yang ada disana. Mengerti?"

"Baiklah."

"Alright. Ya sudah kalau begitu, maaf karena sudah mengganggu waktu kerjamu, nak. Sampai jumpa lagi."

"Ya." Dan sambungan diantara mereka pun terputus.

Harry meletakkan ponselnya kembali ke atas meja, lalu dia tampak mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya. Menghembuskan nafasnya perlahan, Harry berusaha untuk kembali fokus pada pekerjaannya dan tidak mau terlalu ambil pusing akan permintaan Des.

Bisa dibilang hubungan Harry dengan Des saat ini sedikit merenggang, alasannya apalagi kalau bukan karena perjodohan itu. Kedekatan mereka saat ini benar-benar hanya karena urusan pekerjaan, jika bukan membahas soal pekerjaan, Harry tidak akan bicara dengan Des. Bahkan setelah hari pernikahannya-karena saat ini dia dan Dua tinggal di rumah mereka sendiri-Harry belum lagi bertemu dengan orang tuanya.

Sebenarnya Harry menyesal telah melakukan perjodohan ini dan tidak mengiyakan saran Dua waktu itu kepadanya. Tapi karena dia tau Des tidak akan pernah merubah perkataan yang sudah dia katakan, maka dengan terpaksa dia melakukannya.

Asal kalian tau, Harry masih sangat mencintai dan teramat sangat merindukan Kendall, dan hal itu cukup menyiksa dirinya karena setiap kali sedang berada di rumah, walaupun saat itu dia sedang bersama dengan Dua, pasti yang selalu ada dimatanya serta suara samar yang dia dengar itu adalah wajah dan juga suara Kendall. Rasanya Harry tidak akan bisa menggantikan posisi Kendall didalam hatinya dengan orang lain. Dia tidak akan mau untuk melakukan hal itu.

**

Kemunculan matahari pagi ini menandakan sudah dimulainya hari baru untuk melaksanakan setiap rutinitas hari ini. Beberapa orang sudah mulai sibuk berbenah untuk menyiapkan sarapan maupun membersihkan diri, dan bahkan sudah ada yang berada dijalan untuk menuju tempat kerja masing-masing.

ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang