N I N E

683 77 22
                                    

Setelah hari itu Kendall berubah menjadi sosok yang pendiam dan tak bersemangat. Perubahan sikapnya ini membuat khawatir banyak orang, terutama keluarga dan para sahabatnya. Hal ini pun juga berdampak kepada pekerjaannya, karena mood nya yang kurang bagus ini banyak tawaran pemotretan yang ditolaknya.

Sudah seminggu berlalu, dan Kendall sudah berada di LA. Saat ini diapartment nya, Kendall sedang duduk termenung dibalkon kamarnya, pada sebuah bangku santai. Sambil duduk termenung, otaknya mulai memutar kembali segala memorinya saat bersama dengan Harry dulu. Dan terkadang senyumannya itu sampai mengembang ketika dia mengingat beberapa hal lucu yang dialaminya dengan Harry. Tapi setelah mengingat hal lucu itu, senyumannya seketika menghilang ketika mengingat fakta yang terjadi kepadanya saat ini.

Sebenarnya Kendall sudah berusaha untuk menerima kenyataan bahwa dia harus berpisah dengan Harry, dan saat ini memang sudah berpisah dengannya, tapi entah kenapa dilubuk hatinya yang paling dalam masih belum bisa menerima fakta itu. Oleh karena itu, sampai saat ini rasa sakit masih terus menusuknya dengan begitu dalam, yang mana jadi berpengaruh pada perubahan sikapnya itu.

Drrtt...drrtt...drrtt...

Suara getaran dari ponselnya yang berada di sampingnya, membuat Kendall segera tersadar dari lamunannya. Meraih ponselnya, Kendall menghela nafasnya itu ketika melihat nama Gigi pada layar ponselnya.

"Halo Gigi, ada apa?"

"Apa kau sudah siap?"

"Siap untuk apa?" Mendengar pertanyaan itu, membuat Gigi menghela nafasnya disebrang sana.

"Kau lupa? Cara sampai siang ini di airport, jelas kita harus menjemputnya." Balas Gigi, dan kali ini Kendall yang menghela nafasnya setelah mendengar kalimat yang dikatakan Gigi.

"Kau pergi saja sendiri atau kau pergilah bersama dengan Niall atau Kylie. Aku sedang tidak ingin pergi kemanapun saat ini."

"Oh, ayolah Kenny, jangan karena sakit hati kau jadi tidak bersemangat melakukan kativitas apapun. Kau tau, tidak baik jika kau terus-menerus mengurung diri diapartment mu itu, yang ada secara perlahan kau akan menjadi orang gila. Dan setelah itu kau akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh keluargamu. Kau mau masuk ke rumah sakit jiwa? Tidak kan? Jadi ayolah, sekarang saatnya kau keluar dari tempat persembunyiannmu, merefreshkan dirimu, dan lupakan segala masalah yang ada." Ujar Gigi panjang lebar seraya sedikit mensehati Kendall. Kendall pun terdiam dan mulai memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh Gigi.

Menghela nafasnya, Kendall sedikit menganggukkan kepalanya itu. "Baiklah, iya aku ikut." Ucap Kendall, dan Gigi pun tersenyum lebar di sebrang sana.

"Ok. Segeralah bersiap, aku akan datang menjemputmu."

"Hmm."

"Bye. See you in a few minutes." Dan sambungan diantara merekapun terputus.

Menghela nafasnya berat, mau tidak mau Kendall bangkit dari duduk santainya dan masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap.

**

Berdiri menunggu diluar pagar pembatas, Kendall dan Gigi tampak sama-sama menggunakan kaca mata hitam untuk menutupi setengah wajah mereka dari kilatan flash kamera dari para paparazzi yang berada diluar, yang sengaja dihalangi oleh para pihak keamanan bandara agar tidak masuk ke dalam demi keamanan Kendall dan juga Gigi.

Menyilangkan kedua tangannya didada, lalu Kendall menghela nafasnya panjang. Sedangkan Gigi sedari tadi tampak tidak bisa diam menatap semua penumpang pesawat yang baru saja keluar.

"Gigi, kenapa dia tidak datang-datang juga? Sudah 1 jam kita menunggu di sini?" Ucap Kendall yang mulai merasa jenuh sekaligus risih dengan tatapan beberapa orang yang berada disekitarnya saat ini.

ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang