3. Patah Hati

140 21 0
                                    


Hari minggu ini terasa membosankan sekali, semua keluarga pada jalan semua. Ayah dan bunda beserta kak karin sekeluarga pergi berakhir pekan ke daerah lembang. Aku sempat di ajak serta ikut, berhubung mereka besok pulang dan besok hari senin tugas pertama ku berjaga sebagai anggota PMR.

Aku mengurungkan niat untuk ikut, memilih tinggal di rumah bersama bang yogi. Ternyata oh ternyata abang ku yang satu ini memakai alasannya hanya untuk supaya bisa jalan - jalan dengan pacarnya itu.

Pagi tadi setelah rombongan ayah berangkat, bang yogi langsung masuk ke dalam kamarnya dan begitu keluar sudah memakai pakaian rapi. Dan yang membuat aku kesal adalah bang yogi memilih pacarnya ketimbang adek sendiri.

Aku berjalan kearah ruang keluarga, duduk di sofa panjang depan tv. Berharap mood ku kembali, setelah aku memonton acara tv pagi ini yang menyuguhkan kartun kesukaan ku Doraemon kartun dari masa ke masa.

Ternyata mood ku kembali hanya saat kartun kesukaan ku itu berlangsung, ketika kartun habis mood ku kembali rusak. Rumah yang mendadak jadi lebih sepi.

Akhirnya aku lebih memilih keluar rumah mencari makanan, biasanya jam segini tukang ketoprak lewat depan rumah. Dengan hanya menggunakan celana selutut yang sudah lumayan kucel senada dengan baju.

Rambut yang ku ikat asal - asalan dan memakai sandal jepit bergambarkan mickey mouse, menutup dan mengunci pintu dan pagar rumah. Berjalan pelan sekali bisa di bilang kalau ada angin besar menerpa tubuh aku langsung jatuh tersungkur, begitulah keadaan ku saat ini yang sedikit absurd karena mood hancur.

Baru beberapa meter aku menjauh dri rumah, saat mata ku tertuju pada sekumpulan anak yang sedang bermain lempar sandal di sekitaran komplek. Mereka saling tertawa dan berinteraksi satu sama lain, miris sekali kalau mengingat kids jaman now yang sekarang memilih berdiam diri di rumah sambil memainkan gedget.

Aku dengan semangat mendekat ke arah mereka. Mmh mungkin faktor mood ku yang sedikit membaik, aku menghampiri mereka yang sedang asyik tertawa.

"Dek, kakak boleh nggak ikutan?" tanya ku pada salah satu anak yang ada di dekat ku,
"Boleh kak, mau pakai sendal sendiri atau minjam?" Jawab anak tadi dengan ramah
"pakai sendal kakak sendiri aja deh dek"
"Ok giliran tapi ya kak," jawab anak yang lainnya.

Aku memperhatikan mereka yang sedang bercanda dan tertawa pada temannya yang akan melempar sandal agar fokusnya terpecah, salah satu cara yang terlicik yang pernah ku temui.

Tibalah giliran ku sekarang, buru - buru saja ku lepas sebelah sendal jepitku, ku pegang, kemudian ku bidik setumpuk sandal di ujung sana jaraknya sekitar 2 atau 3 meter. Baru saja mau ku lempar seseorang membunyikan klakson di belakang ku. Nyaring sekali

Tiiiiiiddddddiiiiiiiiiiiidd. Aku sampai terlonjak.
"Jiaaahh bocah!! Lagi ngapain lu" tanya orang itu.
Aku memakai kembali sendal jepit itu.
"Main lempar sandal," jawabku spontan. Rasa kesal ku hilang, sekarang jadi sumringah tiada tara. Bang Kevin...

"Jalan - jalan yuk?" tawarnya.
"Boleh," terima ku, lalu langsung nemplok di jok belakangnya.
Kali ini aku tanpa ragu melingkarkan sebelah tangan ku di perutnya. Agar tidak jatuh nantinya.
"Mau kemana?" tanya ku.

"Terserah" jawabnya.
Selama sepuluh menit kami hanya keliling - keliling komplek doang. Sambil menikmati suasana sore liburan yang hangat. Sehangat hati ku saat ini.
"Tadi mau kemana?" akhirnya dia bertanya. Mungkin bosan juga sedari tadi cuma muter - muter terus di komplek.

"Mau beli ketoprak," jawabku. Harus agak sedikit berteriak, takutnya dia salah denger ; beli kapak. Kan gak lucu di bawa ke toko peralatan kerja.

Seputaran komplek ke bagian blok C akhirnya kami menemukan abang tukang bubur ayam. Habis, kayaknya abang tukang ketopraknya nggak jualan deh. Di pinggir jalan yang rame banyak anak - anak main damprak, kita berdua mencari tempat yang enak untuk nongkrong. Setelah selesai memesan kami pun duduk di trotoar bersebelahan.

Dunia NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang