Dunia Naura

6. Kebersamaan

🎶 Crush : Beautiful life

Sudah seminggu berlalu semenjak aku dan arka jadian, nggak pernah lagi aku melihat bang kevin datang kerumah. Kata bang yogi, bang kevin sudah balik ke thailand sehari sebelum aku benaran jadian sama arka. Dia bahkan tidak berpamitan padaku, tapi untuk apa juga sih aku kan hanya sebatas adek dari temannya. Wajar saja dia nggak menganggap aku ada, aku juga nggak ingin menjadikan arka sebagai pelarian.

Dengan menerima arka setelah bang kevin pergi, nyatanya dia sudah pergi duluan sebelum aku menerima arka. Sudahlah mending aku milih baju yang tepat karena hari ini real kencan pertama kami setelah seminggu jadian.

Agak telat ya, emm seminggu setelah jadian arka ikut lomba basket dan lomba band antar sekolah. Wajar aja dia laki - laki dengan segudang bakat dengan prestasi bagus dibidang non-akademik. Tapi aku bangga pada arka saat lomba band kemarin di SMA Purnama dapat juara satu padahal bukan di kandang sendiri.

Kalau basket mereka hanya juara dua, karena tim lawan bertindak curang di kandang sendiri. Sempet kasian sama arka, sesibuknya arka masih bisa ngehubungi aku untuk nanya kabar atau sekolah. Seminggu juga jarang ketemu dan sekarang bukannya dia gunakan waktu istirahatnya dengan bobo ganteng dirumahnya, malah ngajak jalan memang si arka nih bandel.

Setelah setengah jam bongkar isi lemari, akhirnya pilihan ku jatuh pada dress sederhana selutut berwarna putih dan sedikit bercorak biru tanpa lengan. Dress yang baru sekali ku pakai saat acara pernikahan kakak pertama ku, sudah lama memang sekarang anak kak karin yang kembar itu saja sudah berumur 3 tahun.

Bayangkan saja berapa lamanya tersimpan di dalam lemari, dulu memang aku tidak suka modelnya karena menurutku ketuaan di akunya kalau pakai baju ini. Makanya setelah nikahan kak karin ku biarkan dalam lemari berharap suatu saat nanti bisa di pakai lagi, akhirnya kesampaian deh ternyata hari ini memang jodohnya itu baju buat ku pakai.

Aku melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 2 siang, akupun bergegas menuju kamar mandi untuk mandi. Setiap jalan aku selalu begini mau itu jalan sama siapapun, aku pasti selalu mandi sampai bunda pernah bilang begini "nggak usah mandilah ra, ini masih siang kita juga jalan sebentar. Nanti sore kamu malah harus mandi lagi karena keringet habis jalan." seperti biasa aku hanya menanggapi dengan senyuman.

Risihlah jalan kita ketemu banyak orang terus kita bau keringet, biar aja di bilang ribet nanti pulang jalan mandi lagi. Yang penting aku nggak malu berada di dekat orang banyak sekalipun.

Selesai mandi dan pakai lagi baju ku sebelum mandi tadi, aku turun sambil bawa alat pengeriting rambut dan sprei pengeras rambut menuju bunda yang sedang duduk sambil membaca majalah.

"Mmm.. Anak bunda udah wangi, mau jalan kemana ra?" tanya bunda lembut
"Mau jalan bun sama arka," bunda emang sudah tau hubungan ku dengan arka,
"Terus?" tanya bunda lagi saat melihat ku menyodorkan alat yang ku pegang ke tangan bunda.

"Bunda bantuin ra, ya bun" ucap ku sedikit memohon,
"Iyaiya sudah sini, bunda bantuin di kamar bunda sama ayah aja ya" ajak bunda yang ku turuti dengan senang hati. Aku mengikuti bunda dari belakang masuk ke dalam kamar lalu duduk di depan meja rias bunda yang penuh dengan berbagai macam parfum dan alat make up.

"Arka ngajak jalan kemana ra?" tanya bunda sambil mulai melilit rambutku pada alat tadi,
"Kurang tau bun, paling nonton di bioskop" ucapku sambil memoles muka ku dengan bedak
"Oh gitu, masih setengah 3 loh kmu udah mandi aja"
"Bunda kayak nggak tau ra aja gimana,"

"Menurut bunda arka itu baik nggak?"
"Dari yang bunda liat sih dia sopan, baik, dan ramah."
"Dia emang gitu bun kalau di sekolah, ketemu sama guru aja dia kasih salam"
"Berarti dia anak yang baik, nggak bandel ra"
"Tapi sama ra, arka tuh suka usil bun."
"Ya nggak apa ra, dulu ayah juga gitu sama bunda." bunda pun menceritakan cerita bunda bersama ayah saat masih duduk di bangku SMA sambil tersenyum berseri - seri mengingat memori dan aku sebagai pendengar.