"gue masih belum ngerti Za" rengek Zeeva.
Arza mendongak, mengalihkan pandangan dari buku catatannya.
"kerjain aja dulu soal yang mungkin lo ngerti, nanti kalo lo masih belum ngerti tanya ke gue" ucapnya lalu kembali pada catatannya.
Zeeva menghela napas, lalu mulai berpikir. Zeeva memang sangat lemot dalam pelajaran Matematika, bahkan Zeeva sangat membenci pelajaran ini.
Arza menyimpan pensilnya diatas buku catatannya, matanya beralih menatap Zeeva yang sedang serius berpikir. Dan tiba-tiba sebuah senyum tipis muncul dibibirnya, entah kenapa dirinya merasa nyaman saat didekat Zeeva.
Merasa diperhatikan, Zeeva pun menoleh kekanan, dan mengernyit bingung saat menangkap Arza sedang tersenyum padanya.
"Arza, hei" ucap Zeeva sambil melambaikan tangan didepan wajah Arza.
Refleks Arza tersadar, mengerjapkan matanya berkali-kali. Setelah kesadarannya kembali pulih, ia pun menoleh lagi pada Zeeva.
"iya apa Zeev? "tanya Arza
Zeeva tersenyum kemudian tertawa melihat wajah Arza yang seperti menahan malu.
Arza mengernyit bingung melihat Zeeva tertawa lepas "kenapa? " tanyanya pada Zeeva.
"gak pa-pa, lo lucu kalo lagi malu" ucap Zeeva terang-terangan.
Arza menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kenapa suasana menjadi canggung seperti ini.
"udah ngerti? " tanya Arza menutupi rasa canggungnya.
Zeeva menggeleng dengan bibir mengerucut.
"yaudah, istirahat aja dulu. Pasti lo laper kan? Mau makan dimana? " tanya Arza ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 12.35.
Zeeva membulatkan matanya, bibir tipisnya membentuk sebuah senyuman cantik yang sangat Arza sukai, kemudian mengangguk dengan cepat seperti anak kecil.
Arza terkekeh pelan sebelum akhirnya tangan kanannya terulur mengacak rambut Zeeva pelan.
"ayo" ucap Zeeva dengan girang lalu berjalan keluar dari rumah Arza yang bisa dibilang sangat luas.
Arza hanya tertawa pelan, kemudian pikirannya terganggu lagi oleh perasaan, entah apa yang sekarang ia rasakan, yang jelas Arza benar-benar sangat-sangat nyaman.
"Arza ayoo" teriak Zeeva saat melihat Arza masih diam ditempat tak mengikutinya.
Refleks, Arza tersadar dan langsung mengangguk, berjalan mendekati Zeeva.
****
Arza dan Zeeva sudah duduk disebuah kedai sate dipinggir jalan, Arza sangat menyukai satenya, biasanya tempat ini dinamakan sate bang nyong. Bagi Arza, makan itu tidak harus ditempat yang mahal, karna rasanya tak akan terlalu berbeda.
Zeeva melihat sekeliling, tidak menyangka jika Arza sering makan ditempat sederhana seperti ini. Zeeva kira Arza adalah seorang cowok dingin yang kaya raya dan pilih-pilih tempat, ternyata pikiran Zeeva salah.
Zeeva kembali menoleh pada Arza, menatap Arza dengan sedikit kagum bukan main.
"Za? Lo suka makan disini? " tanya Zeeva dengan nada sedikit pelan, bahkan Arza pun hanya sedikit mendengarnya.
"hm.. Suka, kenapa? Lo gak suka? " tanya Arza
"suka kok gue suka" ucap Zeeva dengan cepat membuat Arza tersenyum.
"terus kenapa tanya gitu? "
"mm.. Ya... Gue.. "
"gue apa? " ucap Arza memotong
KAMU SEDANG MEMBACA
DELVIN
Teen FictionBagaimana jika cowok tampan namun FUCKBOY seperti DELVIN menyukai DERA si Bidadarinya Sma Harapan yang terkenal dengan kepintaran dan kecantikan yang diatas rata-rata?