Entah perasaan senang atau sedih, Delvin tak tau. Dia sekarang sedang dalam keadaan dilema, bingung antara harus menembak Dera atau malah mengikhlaskannya untuk Arza. Jika ia lebih memilih menjadikan Dera sebagai pacarnya, ia takut akan mengecewakan Arza.
Delvin sedang berjalan menuju kelasnya, pikirannya masih memikirkan keputusan apa yang akan ia pilih. Delvin menoleh kekanan saat melihat Arza sedang berjalan kearahnya, lalu kembali menatap kedepan. Pandangannya menangkap seorang cewek yang sedang membaca buku didepan kelas IPA 1.
Namun sebuah tangan yang kini merangkulnya membuatnya kembali menoleh pada samping kanan, dan mendapati Arza.
"gak biasanya lo datang sepagi ini" ucap Arza.
"gue kan rajin" balas Delvin.
Dera mendongak saat mendengar suara yang familiar, dan benar itu adalah suara Delvin, si cowok yang paling resek.
Entah kenapa, Dera merasa sikap Delvin berubah jika sedang dekat dengan Arza, Dera merasa jika Delvin tidak pernah menggodanya ataupun senyum padanya. Seperti sekarang, Delvin hanya melewatinya tanpa melirik ataupun menyapanya.
Dera menatap punggung Delvin yang mulai menjauh sampai tak terlihat lagi. Dera tersenyum kecut, ternyata benar, jika kita mencintai orang yang tak serius pada kita, maka kita juga yang akan sakit sendirian.
Dera menutup buku novelnya, kemudian beranjak dari duduknya kedala kelas. Mood nya jadi rusak dalam satu detik. Ia jadi malas untuk mengerjakan apapun.
***
Dera, Retta dan Pina sedang berjalan menuju kantin, mereka bertiga tak henti-hentinya tertawa saat Pina mulai tidak nyambung dalam bercerita. Dera jadi bisa menghilangkan pikiran tentang Delvin karena kedua sahabatnya yang selalu membuat mood nya kembali bagus.
"udah ah ketawanya, gue gak kuat" ucap Dera sambil menormalkan suaranya.
Dera dan kedua temannya masuk kedalam kantin, suasana yang sangat ramai membuat ketiganya langsung berhenti. Menyapu seluruh sudut kantin, namun tak ada satu meja pun yang kosong.
"tuh ada Delvin, kita kesana aja yuk, daripada lapar" ucap Retta lalu disusul anggukan oleh Pina.
Tanpa persetujuan Dera, Retta dan Pina berjalan menghampiri meja Delvin yang terletak dipojok kantin. Dengan sedikit malas Dera pun akhirnya mengekori kedua temannya.
"boleh duduk?" ucap Retta saat sampai di meja Delvin dan kedua temannya.
Merasa ada yang berbicara padanya, Delvin pun menoleh disusul oleh Aryo dan Arza. Delvin menyernyit saat melihat Retta, lalu pandangannya terkunci pada gadis cantik yang sedang menunduk dibelakang Retta dan Pina.
"boleh gak?" Tanya Retta lagi menyadarkan Delvin.
Delvin hanya mengangguk, seraya meminum jus jeruk dihadapannya.
Dan sialnya, Dera malah duduk disamping Delvin membuat Delvin semakin bingung saat melihat Arza sedang menatapnya. Bukannya takut, hanya saja Delvin tidak enak jika harus kembali merebut seseorang yang Arza suka.
Delvin menghela napas sebelum akhirnya ia memaksakan untuk berbicara pada Dera dengan nada yang bisa dibilang sedikit pedas. Belum apa-apa Delvin sudah merasa sakit duluan, namun demi sahabat Delvin akan melakukannya.
"ngapain duduk disini? Disamping Arza kan masih kosong" ucap Delvin pada Dera membuat Arza, Aryo, Retta dan Pina menatapnya heran. Bukan hanya mereka, bahkan Dera pun kini menoleh bingung pada Delvin.
"ganjen banget mau deket-deket gue" ucap Delvin lagi.
Dera hanya diam, ia menatap Delvin tanpa berkedip. Entah kenapa tiba-tiba hatinya sakit mendengar kata-kata pedas yang Delvin lontarkan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELVIN
Teen FictionBagaimana jika cowok tampan namun FUCKBOY seperti DELVIN menyukai DERA si Bidadarinya Sma Harapan yang terkenal dengan kepintaran dan kecantikan yang diatas rata-rata?