(16)

877 53 0
                                    

Dera berjalan menuju parkiran dengan sedikit cemas. Ia merasa bersalah karena telah berbicra begitu kasar pada kakak kelasnya-Eca. Tapi jika Eca tak membuatnya kesal ia juga tak akan berkata kasar.

Dera celingak celinguk mencari keberadaan Delvin, karena Delvin sudah berjanji akan mengajarkannya alat musik hari ini sepulang sekolah. Namun setelah pertandingan berakhir, Delvin sudah tak terlihat, entah pulang terlebih dahulu, atau masih berada dihalaman sekolah.

Drrrtt drrrttt

Merasa ponselnya bergetar, Dera pun langsung mengambil ponselnya didalam tas ranselnya.

2 pesan masuk, Dera mengernyit heran ketika membaca pesan masuk tersebut.

Delvin : aku lagi dirumah

Delvin : latihannya dirumah aku, tenang aja dirumah ada Bi Wati kok. Janji deh gak bakalan ngapa-ngapain. Kecuali kalo godain kamu.

Dera menggigit bibir bawahnya, lagi-lagi Delvin membuatnya baper, dan sekarang Dera kembali diuji. Dera menghela nafas panjang seraya melangkahkan kakinya berjalan menuju mobilnya yang sudah terparkir dihadapannya.

****

Dera menghentikan mobilnya tepat dihalaman rumah besar berwarna putih. Namun Dera masih betah duduk dibangku pengemudi, entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat, dan lututnya terasa lemas.

"turun gak ya" gumamnya.

Dera menarik napas lalu mengeluarkannya perlahan. "demi nilai Ra". Setelah mengatakan itu Dera membuka pintu mobilnya, turun dari mobil lalu menutupnya. Dera menoleh pada pintu besar, kembali menarik napas seraya berjalan. Dengan sedikit keberanian Dera menekan bel.

"permisi" ujar Dera.

Tak lama pintu berwarna hitam itu pun terbuka lebar, terlihat sseorang wanita paruh baya dengan pundak kanan terlampir handuk kecil, tangan kiri yang sedang memegang sapu. Tanpa diberitahu pun Dera sudah tau jika itu adalah pembantu dirumah Delvin.

Dera mengulurkan tangannya, berlaku sopan lalu mencium punggung tangan bi Wati.

"sore Bi, Delvinnya ada?" ucap Dera dilengkapi dengan senyum cantiknya.

"oh ada. Ini teh neng Dera ya?" Tanya bi Wati.

Dera mengangguk. "iya Bi, kok Bibi tau".

"ya tau atuh Neng, tadi den Delvin ngasih tau Bibi, dia bilang kalo ada cewek yang cantik banget kaya bidadari suruh masuk aja, kata den Delvin neng namanya Dera"

Dera terkekeh pelan, dasar Delvin bisa saja jika menggoda orang.

"yaudah, ayo neng masuk, den Delvinnya sudah nunggu"

Dera mengangguk seraya mengekori Bi Wati dari belakang. Dera melirik kanan kiri, ia merasa sangat kagum dengan kerapihan dirumah Delvin, dekorasinya yang bisa dibilang bagus.

"langsung keruang musik aja, itu ruangannya" ucap Bi Wati sambil menunjuk pintu yang dekat dengan ruang keluarga seraya pergi dari hadapan Dera.

Dera menatap pintu itu dengan tatapan horornya, tiba-tiba I merasa tidak berani. Membayangkannya saja Dera sudah tidak berani.

Dera melangkahkan kakinya lalu berhenti tepat didepan pintu yang bertuliskan "YANG JELEK DILARANG MASUK".

Dera jadi merasa ingin tertawa ngakak sekarang juga, ternyata Delvin bukan hanya player tapi juga gila.

"masuk aja cantik"

Dera menoleh kanan kiri saat suara yang sangat familiar terdengar ditelinganya. Bukan familiar lagi, tapi Dera tau jika itu dalah suara Delvin.

DELVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang