Delvin menghentikan motornya didepan Minimarket, melepas helmnya dengan kasar. Setelah itu ia turun dari motor dan memperhatikan Minimarket yang bisa dibilang cukup ramai.
Delvin meneguk ludahnya susah payah, matanya mengerjap 2 kali. Bagaimana bisa ia membeli pembalut sedangkan didalamnya banyak wanita."nggak.. masuk.. Nggak.. Masuk.. Nggak.. Masuk.. Nggak.. Masuk.. Nggak.. Ma.. Suk" gumamnya sambil terus menghitung jari-jari tangannya.
Delvin menghela napas, kemudian memberanikan diri berjalan mendorong pintu Minimarket dengan ragu. Matanya menyapu seluruh isi Minimarket, kemudian mengambil keranjang.
"dimana pembalut nya coba" gumam Delvin masih dengan berkeliling mencari pembalut.
"semoga aja gak ada yang lihat"
"bismillahirohmanirahim" ucapnya kemudian kembali mencari.
Beberapa pasang mata menatap dirinya, membuat Delvin malu sekaligus kesal. Biasanya ia akan senang jika banyak wanita yang menatapnya, tapi kali ini tidak.
Setelah hampir 10 menit ia mencari pembalut, Delvin pun menemukannya diujung Minimarket. Ia menghela napas lega, kemudian matanya melirik sana-sini, jaga-jaga jika ada yang melihatnya.
"Seila pake yang mana ya? Yang ada sayapnya apa nggak" gumam Delvin frustasi. Melihat pembalut yang cukup banyak berbagai merek membuatnya pusing bukan main.
"yang ini kali" ia pun mengambil pembalut yang ukurannya bisa dibilang kecil. Dengan cepat Delvin menyimpan pembalut itu kedalam ranjang. Kemudian kembali berjalan, namun langkahnya terhenti ketika jalannya terhalang oleh seorang gadis.
"permisi" ucap Delvin membuat sang gadis menoleh dan sedikit terkejut, sama hal nya dengan Delvin.
"Delvin, ngapain lo disini? " tanya Dera menatap Delvin dengan tanda tanya, kemudian tatapannya menurun pada ranjang yang sedang Delvin pegang.
Kedua mata Dera membulat, ingin sekali Dera tertawa sekarang juga. Namun ia tahan karena wajah Delvin sudah memelas membuatnya kasihan.
"pembalut buat siapa? " tanya Dera.
"buat kakak gue" jawab Delvin dengan pelan.
"kakak lo? Dasar bego! " umpat Dera kemudian tawanya meledak membuat Delvin berdecak kesal.
"kenapa ketawa? "
Dera menghentikan tawanya, kemudian mengambil pembalut yang ada diranjang Delvin menuju tempatnya membuat Delvin memandang Dera dengan heran.
Dera kembali dengan tangan memegang pembalut, namun bukan pembalut yang tadi diambil Delvin.
"nih, buat kakak lo tuh yang ini. Kalo yang tadi itu ukuran kecil, gak akan pas buat kakak lo" ucap Dera seraya menyimpannya didalam ranjang dirinya.
"biar gue yang bayar dulu, lo tunggu diluar" ucap Dera kemudian berjalan kekasir.
Delvin mengangguk samar, masih dengan bibir tertutup rapat ia berjalan keluar Minimarket.
"untung ada Dera, kalau enggak bisa mati gue" gumamnya seraya duduk dimotor besarnya menunggu Dera keluar.
Setelah hampir 2 menit menunggu, sebuah kresek terulur didepan wajahnya. Delvin menoleh lalu mengambil kresek tersebut.
"makasih cantik" godanya membuat Dera malu.
"yaudah, gue pulang duluan" ucap Dera lalu berjalan meninggalkan Delvin.
"lo pulang bareng gue" teriak Delvin membuat Dera berhenti melangkah dan membalikan badannya.
"gak usah, gue bisa sendiri. Lagian rumah gue gak jauh-jauh amat kok" jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELVIN
Teen FictionBagaimana jika cowok tampan namun FUCKBOY seperti DELVIN menyukai DERA si Bidadarinya Sma Harapan yang terkenal dengan kepintaran dan kecantikan yang diatas rata-rata?