Cerita 5 - Kondangan Ke Bandung

20.4K 2.2K 89
                                    

Tanpa terasa, akhir pekan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Agenda kondangan yang dicanangkan Leeandra sebagai ajangnya melepas penat dan stres pun akan dia tunaikan dalam hitungan jam. Meski harus bangun jauh lebih pagi dari biasanya, perempuan berkulit putih dan bermata agak sipit itu tampak begitu bersemangat menjalani hari Minggunya kali ini.

Setelah sepuluh menit berdiri di lobi fakultasnya, Leeandra akhirnya melihat sebuah mobil dengan nomor plat berakhiran RLH berhenti tepat di depannya. Sedetik kemudian, kaca mobil bagian depan terbuka, menampilkan Kak Halim yang tengan menyunggingkan manis padanya.

"Hai, Lee! Yuk, buruan masuk," ucap Kak Halim menyilakan.

Menuruti ajakan Kak Halim, Leeandra pun membuka pintu mobil bagian belakang sambil berkata di dalam hatinya. Bukannya ini tuh mobilnya...

"Pak Rizal?"

"Iya, ini saya. Rizaldi Leonard Hendratama," jawab dosen dingin itu dengan nada ketus.

Setelah menutup pintu dan memajukan posisi tubuhnya, "Kak Halim kok bisa bareng dengan Pak Rizal?" Leeandra langsung bertanya pada pria yang sudah mengajaknya pergi kondangan bersama itu.

Saat mobil yang dikendarai oleh Pak Rizal itu sudah meninggalkan area fakultas MIPA, "Mas Rizal ajak aku bareng juga, Lee." Kak Halim menjawab pertanyaan itu apa adanya.

"Ya, kalau Kak Halim sudah diajak bareng dengan Pak Rizal, kenapa malah ajak Leeandra juga?" tanya Leeandra dengan wajah kesalnya.

"Menciptakan keributan di dalam mobil adalah tindakan yang sangat mengganggu konsentrasi pengemudi dan tentunya berisiko kecelakaan." Sindiran pertama pun keluar dari mulut Pak Rizal.

Usai meminta maaf atas keributan yang diciptakan, Leendra lantas menyandarkan punggungnya pada jok mobil. Guna meredakan rasa dongkol yang bercokol di hatinya, dia memilih untuk mengamati keadaan jalan dari jendela sebelah kirinya. Di tengah-tengah kediamannya, Leeandra berpikir. Sebenarnya aku jadi kesal begini karena gagal pergi berdua dengan Kak Halim atau dengar sindiran Pak Rizal, ya?

Sementara Leeandra sedang menenggelamkan diri dalam pemikirannya, suara Pak Rizal kembali terdengar. "Calon kamu nggak diajak, Lim?"

"Hahaha... Mas Rizal sendiri bagaimana?"

Awalnya, percakapan yang terjadi di antara dua pria berwajah tampan serta berotak cerdas itu tidaklah menarik perhatian Leeandra. Namun, saat Pak Rizal mengatakan sebuah kalimat berisi informasi yang cukup penting, Leeandra langsung menajamkan indera pendengarannya.

"Kalau sudah punya calon itu jangan lupa untuk diajak-ajak ke kondangan begini, Lim. Apalagi katanya kamu sudah yakin sama dia dan dalam hitungan hari kamu akan melamarnya."

Jadi, Kak Halim sudah punya calon?

"Seperinya di mobil ini ada yang sedang beralih profesi menjadi repoter gosip deh, Lim." Mendengar sindiran kedua yang keluar dari mulut Pak Rizal, Leeandra pun tersadar kalau tubuhnya tengah dicondongkan ke arah depan.

"Kamu ingin saya ajak berbicara juga, Leeandra?" tanya Pak Rizal yang kali ini membuat Leeandra harus mengusap dada, menahan emosinya.

Mendengar kata 'tidak' dari bibir sang asisten, "Tapi firasat saya kok berkata kalau kamu sedang melakoni peran sebagai reporter gosip yang sedang mencari informasi tentang kehidupan pribadinya Halim, ya?" Pak Rizal melontarkan tuduhannya hingga Kak Halim tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Menuduh adalah tindakan tidak terpuji dan bernilai dosa loh, Pak," balas Leeandra yang sudah tidak bisa lagi menahan rasa kesalnya.

"Nyatanya kamu lebih berdosa dibanding saya, Leeandra." Pak Rizal pun mengatakan bahwa Leeandra tidak mengucapkan terima kasih atas tumpangan gratis yang telah diberikannya ini.

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang