Cerita 32 - Surga Di Bawah Kaki Mirantika

12.4K 1.5K 141
                                    

Entah karena sedang dalam periode libur semester atau karena perihal lain, sudah dua hari ini Pak Rizal tidak juga menunjukkan batang hidungnya di kampus. Tidak hanya itu, dia juga tidak memberikan kabar apa pun pada Leeandra. "Lo nggak lagi ribut, kan?" tanya Mbak Ina yang entah sudah keberapa kalinya itu.

Melihat Leeandra menggelengkan kepala tanpa mau menatapnya, Mbak Ina tersenyum miring dan kembali berkata. "Kalau memang tidak ada masalah, terus kenapa Mbak Nadine bilang sedang dalam perjalanan ke sini?"

Tanpa kata, asisten dosen itu memeluk tubuh Mbak Ina. "Apa pun masalahnya, gue cuma bisa berdoa semua semua cepat selesai. Ya, namanya juga hubungan. Pasti ada saja konfliknya, Lee. Bahkan kalau gue bilang, hal-hal yang kayak gitulah yang menguatkan ikatan di antara kalian." Sembari membalas pelukan itu, Mbak Ina memberikan nasihatnya.

"Terima kasih, Mbak Ina," ucap Leeandra lengkap dengan senyum yang terlihat tak seceria biasanya.

Tepat di saat jam menunjukkan pukul 11:44, Mbak Nadine pun tiba di prodi dan langsung mengajak Leeandra untuk pergi ke restoran yang terdekat.

"Kemarin aku berantem hebat sama Mama. Aku jelas nggak terima denger Mas Bagas dan kamu dihina begitu," ungkap Mbak Nadine begitu keduanya sudah duduk berhadapan di sebuah restoran yang khusus menyajikan makanan khas Jawa Barat.

Saat tangannya digenggam oleh Mbak Nadine yang kemudian meminta maaf atas kelakuan Bu Mira, Leeandra pun memberikan tanggapannya. "Yang salah di sini adalah Leeandra, Mbak. Leeandra yang tidak tahu diri dan juga lupa dengan perbedaan derajat hidup kami."

"Tapi Rizal sayang dan cinta sama kamu Lee," ucap Mbak Nadine sembari memajukkan tubuhnnya.

"Kalau Mas Rizal memang sayang dan cinta, seharusnya dia tidak menghilang tanpa kabar begini, Mbak."

"Maafin Rizal, ya, Lee... Meski apa yang dilakukannya ini tidaklah benar, tapi Mbak yakin dia mempunyai alasan yang logis atas semua ini." Nadine kemudian menceritakan pada Leeandra tentang siapa dan juga apa hubungan Pak Rizal dengan perempuan yang bernama Tifany Tanjung itu.

Dari cerita Mbak Nadine, Leeandra pun menjadi tahu kalau Lita Tanjung–-seorang dosen yang ditemuinya dahulu di Surabaya—adalah Mami dari perempuan tersebut. Pantas saja, wajah Pak Rizal langsung berubah muram saat berjumpa dengannya.

"Sejak kecil, Rizal dan Tifany itu sudah dijodohkan oleh Mama dan Tante Lita. Setahu Mbak, keduanya baru mulai pacaran sejak sama-sama menjadi mahasiswa. Sejujurnya Mbak nggak suka sama anak itu. Selain berwajah dempulan, otaknya juga kopong." Nadine lalu bercerita bahwa perempuan tersebut bermain serong saat adiknya sedang berada di Amerika.

"Waku itu, Mbaklah yang mergokin mereka sedang hahahihi di sebuah supermarket. Karena tidak mau membawa fitnah, Mbak pun menggunakan nama Hendratama untuk mendapatkan rekaman CCTV yang kemudian Mbak kirim ke Rizal."

Semakin mendengar cerita Mbak Nadine, Leeandra pun semakin terpukul. Bagaimana tidak merasa seperti itu, jika informasi-informasi seperti ini saja dia dapatkan dari Mbak Nadine. Bukan dari pria yang pernah berjanji menjadi peringan beban hidupnya.

*****

Setelah menghilang bak ditelan Bumi, di Jumat pagi ini, akhirnya Pak Rizal datang. Dengan aura yang membuat bulu kuduk semua orang meremang, pria itu lantas berpesan pada Mbak Ina bahwa dirinya sedang tidak ingin ditemui oleh siapa pun.

Setelah mengiakannya dan memastikan bahwa sosok dosen itu sudah naik ke lantai dua, Mbak Ina pun mengelus dadanya. "Berasa habis ketemu genderuwo deh gue," celetuknya sembari mengetikkan sebuah pesan yang berisikan laporan pada Mbak Nadine.

Beberapa menit kemudian, sesosok wanita pun terlihat berjalan mendekat ke arah meja resepsionis. Tanpa mengucap salam, dia langsung melontarkan pertanyaannya. "Apakah benar Leeandra bekerja di sini?"

. "Benar, Ibu."

"Kalau begitu, cepat panggilkan Leeandra. Saya tidak punya banyak waktu soalnya," perintahnya.

"Silakan tunggu di ruang tamu dulu, ya, Bu," balas Mbak Ina yang kemudian memanggil sang asisten.

Tanpa membuang waktu, Leeandra segera menemui tamu yang kata Mbak Ina super duper somboh itu di ruang tamu prodi fisika. Begitu membuka pintu, sosok Mirantika Sasongko yang sedang sibuk dengan ponselnya pun tertangkap oleh retina matanya.

"Selamat pagi, Bu," sapa Leeandra dengan senyum yang dia buat selebar mungkin. Berharap sosok angkuh di depannya itu bisa melunak sedikit.

"Kamu kasih apa sama Rizal sampai dia mengeluarkan uang sebanyak ini?" tanya Bu Mira tanpa mau membalas sapaan itu.

"Maksudnya, Bu?"

"Ini!" Sebuah kertas pun dilemparkannya ke arah wajah Leeandra.

Bukan main kagetnya Leeandra saat mendapati sebuah bukti pembayaran dengan nominal sebesar utangnya pada Tante Mala dan tanggal yang tertera di sana adalah tanggal saat dia berulang tahun.

"Kamu jual keperawanan kan?"

Dikarenakan tuduhan itu sudah sangat keterlaluan, Leeandra yang tahu bahwa hari ini Pak Rizal sudah masuk ke kampus itu pun lantas mengajak sang nyonya untuk langsung mengkonfirmasi pada anaknya sendiri.

Mbak Ina yang sejak tadi menguping pembicaraan Leeandra dengan tamu itu pun kembali memberikan laporan pada Mbak Nadine. Setelah menyebutkan ciri-ciri sang tamu dengan rinci, dia pun tahu kalau wanita itu adalah istri dari Sebastian Hendratama.

Sementara Mbak Nadine masih dalam perjalanan menuju kampus, saat ini Leeandra dan Bu Mira sudah berada di ruangan Pak Rizal. "Tolong jelaskan soal ini, Pak." Leeandra menyerahkan bukti pembayaran yang tadi dilemparkan padanya oleh sang nyonya.

Pak Rizal yang selama ini menghindar dari Leeandra lantaran sedang menenangkan diri, terlihat begitu kaget saat melihat kedatangan Mamanya yang ternyata mengetahui perihal pembayaran yang dia lakukan untuk Leeandra.

"Ini, kan, dokumen pribadinya Rizal, Ma!" protes Pak Rizal dengan nada tinggi.

"Jangan lupa bahwa Mama punya hak untuk tahu ke mana saja harta keluarga kita pergi." Bu Mira menjawab lalu memicingkan matanya ke arah Leeandra. "Apalagi kalau perginya ke kantong perempuan murahan seperti dia. Cih, jelas-jelas Mama tidak sudi."

"Saya memang miskin, tapi saya tidaklah murahan seperti yang Nyonya tuduhkan pada saya! Lagipula, kalau memang Pak Rizal harus menikah dengan jodoh pilihan Nyonya, saya ikhlas. Saya ikhlas asalkan Nyonya tidak merendahkan saya seperti ini."

"Rizal, kamu dengar sendiri, kan? Perempuan ini melepaskanmu begitu saja setelah mendapatkan sejumlah uang darimu, Nak." Bu Mira sengaja mengompori sang putra.

Baru saja Pak Rizal akan bersuara, Bu Mira sudah kembali berkata. "Surgamu ada di bawah telapak kaki Mama, ya, Zal. Dan kalau memang kamu tidak mau menjadi anak durhaka, tunjukkan pada Mama dengan cara meminang Tifani." Usai mengatakan demikian, Bu Mira lantas pergi meninggalkan Pak Rizal yang bergeming di tempatnya.

Melihathal itu, Leeandra pun memutuskan untuk keluar tanpa pamit dari ruangan itu. Manajanjimu untuk menghapus air mataku, Mas? Mana janjimu? batin Leeandra sembariberlari menuju ruangannya. 

Terima kasih untuk 200K viewersnya, Gengs! 💞💕💞💜💜
Superluv Kak Rurs untuk kalian
Ini hadiah yang bisa kuberikan untuk kalian..😘😘😘
Happy reading and enjoy your day!
.
.
.
Kak Rurs with💎

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang