Cerita 11 - Melewatkan Pak Rizal

16.8K 2.1K 117
                                    

Sebenarnya tidak hanya mahasiswa yang heboh saat ujian tengah semester sudah di depan mata, tapi para dosen dan karyawan pun demikian. Seperti yang diperintahkan Pak Rizal kemarin, hari ini Leeandra pun sibuk mengejar dosen untuk mengisi borang dan juga mengumpulkan soal ujian demi kelancaran UTS di pekan depan.

Bisa dikatakan, para pengajar yang rata-ratanya sudah bergelar doktor itu, tidaklah berbeda dengan para mahasiswa dalam hal menunda pekerjaan. Janganlah heran karena sikap yang seperti itu sangatlah tidak dipengaruhi oleh gelar apa yang tertulis di depan dan di belakang namanya. Buktinya saja, saat Leeandra menemui satu per satu dosennya, maka seperti ragam dari jawaban mereka.

"Saya akan segera isi dan juga cetak soal-soal UTS-nya. Kamu tunggu di sini saja," ucap profesor yang bernama lengkap Daryanto tersebut.

"Saya suka dengan borang yang tahun ini. Tidak bertele-tele." Bu Zetta lantas menyerahkan borang yang sudah diisinya lengkap dengan semua soal ujian untuk semua mata kuliah yang diampunya.

"Saya akan kumpulkan setelah jam makan siang, ya, Leeandra," ucap Prof. Eka.

"Hari ini saya ada meeting dengan LIPI. Besok pun demikian. Mungkin lusa saya kirimkan padamu, bagaimana?" ujar Prof. Bhadrika.

"Dua hari ke depan ini saya sibuk di luar. Tidak bisa isi dan kirim-kirim," jawab Prof. Basari yang memang sedang menjadi konsultan dari kegiatan eksplorasi areal geothermal di ujung pulau Jawa.

"Deadline-nya kapan? Saya sedang sibuk dan belum buat soal UTS juga soalnya," tanggap Pak Ryan.

"Kenapa tidak pakai yang tahun lalu saja, sih? Ribet," ucap Pak Darren dengan kesal, seakan Leeandralah yang membuat borang-borang isian tersebut.

"Kalau saya kasih sekarang, soalnya bisa bocor, dong?" tanya Pak Mario balik yang tentu saja membuat Leeandra harus mengerahkan kemampuan berdiplomasinya.

Beruntungnya, prodi ini mempunyai asisten sesabar dan juga tidak mudah menyerah seperti Leeandra. Meski sering terkena marah oleh para dosen yang merasa dikejar-kejar, dirinya tetap bisa tersenyum dan menjalankan semua tugasnya dengan baik.

*****

Saat jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, Leeandra yang akhirnya berhasil mengumpulkan semua borang dan juga soal-soal UTS di hari Jumat ini, lantas pergi menemui Pak Rizal.

Usai menyilakan Leeandra masuk, Pak Rizal yang sudah menggunakan peci dan menebar sajadahnya di lantai pun berkata, "Saya mau salat dulu. Jadi, kamu tunggu dan duduk di sofa itu saja."

"Baik, Pak," jawab Leeandra yang kemudian malah memperhatikan dosennya tersebut menunaikan beribadah. Saat hatinya mulai hanyut dengan pemandangan surgawi yang tersaji di depan matanya, dewi batinnya pun menegurnya dengan keras.

Ingatlah bahwa tugasmu hanyalah memberikan semua borang ini. Bukan untuk melihat-lihat Pak Rizal apalagi merasa damai saat melihatnya berdoa dengan khusuknya.

Leeandra menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Membuat Pak Rizal yang baru saja selesai dan akan melipat sajadahnya, mengerutkan dahi. Kenapa Leeandra menggeleng-geleng seperti itu? tanyanya di dalam hati.

Saat Leeandra sudah tidak menggerakan kepalanya, "Sudah mengocok kepalanya?" Pak Rizal lantas bertanya dengan gaya khasnya.

"Eh, Pak Rizal sudah selesai salat toh?" Leeandra kemudian bangkit lalu menyerahkan sebuah map berwarna cokelat pada sang dosen.

"Kenapa kamu melewatkan saya, Leeandra?" tanya Pak Rizal tepat setelah dia memeriksa semua borang milik rekan sejawatnya.

"Melewatkan bagaimana, ya, Pak?" tanya Leeandra yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh pria di depannya.

"Semua dosen kamu datangi dan mintai untuk mengisi borang ini, tapi saya tidak."

"Bukannya saya mau melewatkan Bapak, tapi saya berkeyakinan kalau Pak Rizal pasti akan mengerjakannya. Toh, semua borang-borang ini, kan, dikumpulkannya di Bapak."

"Mengapa kamu membedakan saya? Apakah di mata kamu, saya ini bukan dosen di prodi ini?" Jika biasanya Leeandra merasa kelas, maka kali ini, rasa takutlah yang lebih menguasai dirinya.

"Saya tidak pernah membedakan siapa pun di pro--"

"Kamu membedakan saya, Leeandra!"

Mendapat bentakan seperti itu, Leeandra pun segera mengambil sebuah borang yang masih kosong lalu menyerahkannya pada Pak Rizal. "Sebelumnya saya minta maaf karena telah melewatkan Bapak. Sekarang, silakan diisi borangnya, Pak. Leeandra tunggu."

Tanpa diketahui Leeandra, sebenarnya drama yang baru saja terjadi di ruangan ini hanyalah akal-akalan Pak Rizal agar dia mendapatkan perhatian lebih dari Leeandra.

Di saat jutaan perempuan di luar sana sibuk menarik perhatian saya, mengapa kamu selalu mengabaikan saya? Mengapa, Leeandra?

TBC...

Selamat membaca dan semoga cerita ini mengisi hari-hari liburmu atau yang masih kerja, pun bisa terhibur💕😘💞
.
.
.
Kak Rurs with💎

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang