Cerita 10 - Kembali ke Kampus

17.3K 2.1K 114
                                    

"Lee! Makasih loh almond crispy-nya!" teriak Mbak Wati dari meja kerjanya.

"Bilangnya sama Pak Rizal ya, Mbak. Soalnya beliau yang beli itu semua," jawab Leeandra dengan mata yang tak lepas dari komputer. Tiga hari meninggalkan kampus, berarti dia harus bekerja bagai kuda agar bisa cepat menyelesaikan semua pekerjaan yang sudah menumpuk cukup tinggi di atas mejanya.

Berbeda dengan sang asisten prodi, Mbak Ina yang biasanya sibuk menjawab telepon atau menerima tamu prodi, justru masuk ke dalam ruang ADM dan BirPen.

"Jadi, yang beliin semua oleh-oleh itu Pak Rizal, Lee?"

"Iya, Mbak Ina." Leendra menjawab dengan mata yang tetap terarah lurus pada layar.

"Tapi yang gue denger, Pak Rizal bilangnya 'ini oleh-oleh dari kami', kok, Lee. Ceilaaah... sudah jadi 'kami' nih, ceritanya?" goda Mbak Vidya dari mejanya.

"Kenapa jadi pada gosipin aku sama Pak Rizal, sih?"

"Memangnya lo mau digosipin sama Mas CaDosGan?" tanya Mbak Ina balik.

"Ya, nggak juga sih," jawab Leeandra yang akhirnya melihat wajah sang resepsionis prodi.

"Eh, ngomong-ngomong soal Mas CaDosGan, dia sudah bener-bener jadi calon lakinya orang loh, Lee." Leeandra pun membelalakan matanya. Meskipun dia sendiri yang mendengar bahwa Kak Halim sudah memiliki calon, tetap saja dirinya kaget dengan informasi yang baru saja diucapkan oleh Mbak Ina tersebut.

Tidak sampai di situ, Mbak Ina kemudian menunjukkan sebuah foto yang didapatkannya dari media sosial milik Kak Halim. Setelah dipaksa-paksa, akhirnya Leeandra pun melihatnya. Wajah Kak Halim dan perempuan yang berada di sampingnya tampak begitu berseri hingga rasanya, kilau dari cincin pertunangan yang sedang mereka pamerkan itu menjadi tidak ada apa-apanya.

Melihat Leeandra bergeming, "Lee, lo nggak apa-apa, kan?" Mbak Vidya pun bertanya sambil bergerak mendekat ke arah Leeandra.

"Ya, nggak apa-apa, dong, Mbak," jawab Leeandra yang lantas kembali menekuni pekerjaannya.

"Baguslah kalau lo nggak kenapa-kenapa. Lagipula, ya, Lee. Ngapain sih lo nyari calon di prodi lain kalau di sini saja ada yang masih available." Ucapan Mbak Vidya sontak membuat Leeandra membelalakan matanya.

"Ya Allah, jangan bilang kalau maksud Mbak Vidya itu Pak Rizal?" Leeandra mengusap-usap dadanya sambil menggelengkan kepala.

"Memangnya di prodi ini cuma Pak Rizal yang masih single?" Mbak Ina melontarkan pertanyaan telaknya.

Menghela napas panjang, "Sudah, ya, Mbak Ina, Mbak Vidya. Kita kembali bekerja, yuk. Kalau ketahuan Prof. Yanto kita lagi ngerumpi begini, bisa berabe loh." Leeandra memilih untuk menghentikan ucapan dengan mengingatkan keduanya dengan kebiasaan kepala prodi mereka.

"Memang paling pinter menghentikan obrolanlah Leeandra ini," tanggap Mbak Ina yang kemudian mengajak Mbak Vidya untuk kembali bekerja di meja masing-masing.

*****

Saat jam makan siang tiba, "Leeandra, lo mau makan siang apa dan di mana?" Mbak Wati yang biasanya selalu membawa bekal itu pun bertanya pada sang asisten prodi yang masih saja terpaku di depan layarnya.

"Mau makan ayam mentega sih, Mbak," jawab Leeandra yang kemudian mengatakan bahwa dirinya baru akan makan siang setelah pekerjaannya selesai.

"Jadi, lo nggak makan bareng kita-kita, nih?" Mbak Rahma bertanya seraya mematikan komputernya.

"Kayaknya nggak deh, Mbak."

"Lo nggak laper?"

Saat Leeandra akan menggelengkan kepalanya, "Mbak Lee mau nitip dibelikan makan siang, nggak?" Pak Man pun bertanyanya padanya.

"Terima kasih banyak, Pak Man. Biar nanti Leeandra yang beli sendiri saja," tanggap Leeandra lalu tersenyum manis pada karyawan paling senior di sini.

Mbak Ina yang berdiri di ambang pintu pun menggelengkan kepalanya. Sebagai sesama karyawan, jelas dia tahu segila kerja apa juniornya itu. "Ya, sudah kalau lo belum mau makan siang. Kita cus duluan ya, Lee!" ucapnya yang kemudian mengajak seluruh karyawati di ruangan itu untuk bergegas mengisi perut mereka.

Sepeninggal semuanya, Leeandra kembali menekuni pekerjaannya. Selain dituntut untuk menyelesaikan tiga borang evaluasi, dia juga harus datang ke perpustakaan pusat di hari ini. Ada referensi yang harus Leeandra dapatkan untuk menyempurnakan proposal penelitiannya.

Saat dirinya tengah menyalin data-data, interkom yang berada di atas mejanya pun berbunyi. Tanpa mengecek siapa yang menghubunginya, "Halo, selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Leeandra langsung menyapa sang penelepon.

"Kamu ke ruangan saya. Sekarang." Suara yang dikenalinya sebagai milik Pak Rizal pun terdengar dari seberang.

"Saya se.... Eh, baik, Pak," jawab Leeandra yang langsung memutus sambungan telepon, mengambil buku agenda lalu pergi meninggalkan mejanya.

Begitu sampai di depan pintu yang tertutup setengah, suara dingin Pak Rizal yang menyilakannya masuk pun terdengar.

"Ada dua tugas baru untuk kamu. Pertama tolong carikan dokumen-dokumen ini di ruang arsip dan yang kedua, ada borang isian terkait persiapan prodi kita dalam menghadapi ujian tengah semester di pekan depan. Ya, kalau sudah begini, mau tidak mau, kamu harus kejar satu per satu dosen untuk mengisinya lengkap dengan soal ujian." Selain tanpa jeda, Pak Rizal juga berkata tanpa melihat wajah Leeandra. Kebiasaan!

"Baik, Pak. Ada lagi yang harus saya lakukan?" tanya Leeandra setelah dia selesai mencatat semuanya.

Pak Rizal menggelengkan kepala. "Oh, iya. Ini untuk kamu." Dia kemudian menyerahkan sebuah bungkusan pada Leeandra. "Kalau kamu tanya itu apa, itu adalah konsumsi yang saya dapatkan dari rapat di dekanat tadi pagi. Dikarenakan lemak tidak baik untuk otot, jadi, saya berikan saja padamu. Keberatan untuk menerimanya?"

"Tidak, kok, Pak. Terima kasih dan saya permisi dulu." Leeandra lantas meninggalkan ruangan dosen tersebut sambil mengucapkan rasa syukurnya di dalam hati.

Sesampainya di mejanya, Leeandra langsung membuka bungkusan tersebut dan ternyata isinya adalah.... ayam mentega! Sebuah kebetulan yang sangat menyenangkan hatiku, ucap Leeandra yang langsung menyantapnya dengan lahap.

Dalam waktu singkat, asisten yang sedang dikejar banyak deadline itu pun berhasil menyelesaikan makan siangnya. Saat masuk ke dalam pantri prodi untuk membuang sampah dan mengambil minum, "Eh ada, Mas Yudi! Sudah makan siang, Mas?" Leeandra menyapa OB prodi yang tampak baru selesai salat Zuhur.

"Sudah kok, Mbak Lee," jawab Mas Yudi seraya memperhatikan bungkusan yang dibuang oleh Leeandra ke dalam tempat sampah. "Oh, Mbak Leeandra beli makan siang di Restoran Amanda juga, ya?" tanyanya kemudian.

"Maksudnya juga, Mas?"

"Baru saja, saya disuruh sama Pak Rizal untuk beli ayam mentega di sana, Mbak. Katanya Pak Rizal sedang ingin makan siang dengan itu," jawab Mas Yudi apa adanya.

Mendengar itu, Leeandra pun hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala, mengambil air minum dengan secepat mungkin lalu kembali ke mejanya.

Setelah menyogokku dengan es krim, sekarang ayam mentega, begitu, Pak? Pasti semua ini dilakukannya agar bisa mengetahui alasanku yang tiba-tiba menangis itu, deh! Duh, dasar ceroboh dan bodoh kamu, Leeandra! 

TBC...

Happy monday all! Komentarnya ditunggu😘💞
.
.
.
Kak Rurs with💎

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang