Satu pekan telah berlalu dan tidak ada satu pun kata yang diucapkan oleh Pak Rizal pada Leeandra. Entah apa yang sebenarnya terjadi tapi yang jelas, pria itu mendadak mengajukan cuti sebanyak jatahnya selama satu tahun.
Mengetahui hal itu, Mbak Ina beserta seluruh personil geng rumpita yang merupakan pendukung garis keras atas hubungan Leeandra-Pak Rizal pun ikut bersedih dan bahkan meminta maaf karena mereka tidak dapat membantu apa pun.
Jika seperti itulah yang dirasakan oleh Mbak-Mbak di prodi fisika, maka selama tujuh hari ini, Pak Tian yang tidak setuju dengan alasan atas perjodohan yang diinginkan oleh istrinya itu pun memilih untuk menginap di rumah menantunya saja. Daripada beradu pendapat hingga harus mengeluarkan energi yang cukup besar di setiap harinya, lebih baik dia pergi. Begitu pikir Pak Tian setelah sebelumnya berkata, "Jangan korbankan kebahagiaan Rizal hanya untuk menyelamatkan perusahaan retail kita. Toh, Hendratama Group masih punya lima hotel, tiga apartemen dan dua perumahan elite." Dan sayangnya tidak digubris sama sekali oleh sang nyonya.
Sementara itu, Bapak yang juga sudah mengetahui permasalahan ini pun terlihat begitu terpukul. Beliau ikut menitikkan air saat melihat putri semata wayangnya itu menangis pilu di hadapannya.
"Maafkan Bapak yang telah mempercayakan kebahagiaanmu pada orang yang salah, ya, Lee... Maafkan Bapak."
"Bapak sama sekali nggak salah kok," tanggap Leeandra sambil memeluk erat tubuh sang bapak.
*****
Hari demi hari berlalu dan tanpa terasa, satu pekan kembali terlewati. Semester baru menyapa dan sejumlah agenda penelitian pun sudah menunggu Leeandra. Di hari Senin ini, meskipun Pak Rizal belum juga menunjukkan batang hidungnya, Leeandra tetap merasa bahagia lantaran mendapat kabar kalau Bu Zetta akan menikah dengan seorang pria yang berasal dari keluarga pemegang saham terbesar sebuah perusahaan yang bergerak di bidang energi terbesar di negeri ini.
"Lo datang, kan, Lee?" tanya Mbak Ina setelah menyerahkan undangan berwarna merah itu pada sang asisten.
"Datang dong, Mbak! Kita jalan bareng-bareng ya, Mbak?" ujar Leeandra yang kembali bersandiwara agar terlihat baik-baik saja. Menyunggingkan senyum adalah caranya untuk menutupi duka dan menderaikan tawa adalah caranya untuk menyangkal luka.
"Oh, tentu saja! Eh, bagaimana kalau kita belanja baju? Biar cetar membahana bareng-bareng gitu..."
"Na, beliin gue dong," pinta Mbak Dewi setelah mendengar Leeandra mengiakan ide tersebut.
"Apa-apaan lo minta beliin sama gue? Laki lo tuh jauh lebih kaya yeee..." protes Mbak Ina yang membuat semua orang tertawa kecuali Leeandra yang hanya pura-pura tertawa.
Di tengah-tengah keributan yang diciptakan oleh Mbak Ina dengan sejumlah rencananya dalam membeli baju, intercom di meja Leeandra pun berbunyi. "Leeandra tolong ke ruangan saya," ucap sang Prof. Yanto yang langsung dilaksanakan oleh Leeandra.
"Ada yang bisa saya bantu, Prof?" tanya Leeandra begitu dipersilakan untuk masuk ke dalam ruangan sang kepala prodi.
Prof. Yanto menggelengkan kepala. "Saya hanya ingin tahu bagaimana keadaanmu saat ini," ucapnya dengan tenang.
"Alhamdulillah saya baik-baik saja, Prof," jawab Leeandra sembari menyakinkan dirinya sendiri.
"Saya sudah menandatangani surat izin tidak masuk yang kamu ajukan tempo hari," ucap sang guru besar seraya memberikan surat izin yang sudah bertanda tangannya dan juga dosen pembimbing Leeandra, Prof Rahmat. Bukan seperti Pak Rizal yang mengajukan cuti untuk menghilang dari peredarannya di prodi ini, tapi Leeandra melakukan itu lantaran di pekan depan, dirinya harus melakukan penelitian di Bandung.
"Sukses untuk penelitiannya, Leeandra." Leeandra mengucapkan terima kasih lengkap dengan senyum manisnya. "Jangan pernah mau kalah dengan keadaan dan kejarlah cita-citamu sampai dapat."
Prof. Yanto benar. Aku berada di sini untuk mengejar cita. Bukan cinta. Untuk menjadi seorang dosen. Bukan untuk menjadi istri dari seorang dosen.
*****
Di siang harinya, Mbak Nadine kembali mengajak Leeandra untuk makan siang bersama. "Selama di Bandung, kamu jadi tinggal di villanya Mbak, kan, Lee?"
"Sepertinya nggak jadi, deh, Mbak."
"Loh, kenapa nggak jadi?" tanya Mbak Nadine dengan dahi yang berkerut nyata.
"Leeandra nggak mau ngerepotin, Mbak Nadine."
"Nggak ada kata merepotkan di antara kita." Mbak Nadine kemudian menetapkan bahwa Leeandra akan tetap tinggal di villanya.
"Terima kasih ya, Mbak Nadine. Terima kasih untuk semuanya."
"Selain tidak ada kata merepotkan, tidak boleh ada juga kata terima kasih di antara kita. Please, deh. Kamu itu adik aku. Jadi atau tidaknya kamu sama si pengecut cap kancut itu, kamu tetap adikku."
"Baiklah, Mbak Nadine," tanggap Leeandra seraya mengucapkan syukur di dalam hatinya.
*****
Saat hari kondangan tiba, kehebohan yang diciptakan oleh Mbak-Mbak Prodi Fisika pun membuat Leeandra tertawa bahagia. Selain kain songket milik Mbak Ina terinjak oleh Mbak Rahma, rumbai pada kerudung Mbak Dewi juga menyangkut di tas Mbak Vidya. Sungguh heboh kondangannya kali ini.
Begitu mendapat giliran untuk mengucapkan selamat pada pengantin, "Selamat untuk pernikahannya, Bu. Zeeta Bahagia selalu ya, Bu" ucap Leeandra dengan dada yang terasa sesak lantaran melihat Pak Rizal yang datang bersama dengan seorang perempuan cantik nan seksi.
"Semoga malam pertamanya langsung cetak gol, ya, Pak, Bu! Oh, satu lagi. Olahraganya tuh di ranjang. Bukan berlari mengelilingi lintasan atom." Bukan hanya Bu Zetta, tapi pria yang kini sudah resmi menjadi suami Bu Zetta pun tertawa terbahak-bahak karena mendengar ucapan Mbak Ina.
Setelah foto bersama, Leeandra pun bertemu dengan sosok yang biasa dia temui di rumah sakit. "Dokter Yotta?" panggilnya yang membuat sang dokter menoleh padanya.
"Dokter kerabatnya Bu Zetta atau suaminya?" tanya Leeandra.
"Zetta itu adik saya." Leeandra yang baru sadar kalau nama belakang dari Bu Zetta dan Dokter Yotta sama-sama Rosidin pun menepuk jidatnya. Ternyata, dokter baik hati ini adalah kakak dari dosen idolanya.
Setelah berbasa-basi sedikit, Leeandra pamit undur diri pada Dokter Yotta lalu mencari di mana geng rumpitanya berada. "Ah, itu dia mereka sedang di depan stand siomay," gumam Leeandra sembari melangkahkan kakinya ke sana.
"Itu model panas yang baru balik ke Indonesia bukan, sih? Yang namanya Tita-Tita itu..." Mbak Vidya bertanya dengan mata yang menatap sengit ke arah perempuan yang tengah di rangkul mesra oleh Pak Rizal.
"Iya, itu dia si Tifany Tanjung. Oh, jadi nitrogen cair sekarang mainannya sama yang bamper palsu begitu? Asli, gue dosa banget sudah ikut nyomblangin Leeandra sama laki modelan begitu," tanggap Mbak Dewi yang diakan semua orang.
Mendengar sekaligus melihat apa yang dilakukan oleh objek pembicaraan dari geng rumpita, Leeandra yang baru saja bergabung pun terdiam. Tidak ada satu kata pun yang dapat keluar dari bibirnya. Dengan langkah sedikit gontai, dia bergerak mendekat ke stand di mana jus sirsak berada. Setelah puas menghabiskan dua gelas penuh, dia izin untuk pergi ke toilet, tempatnya bebas menumpahkan air mata.
Hai, Semuanya!💞💞
Terima kasih sudah mengikuti kisahnya #RizaLee ini!
Semoga aku bisa merepost setiap hari yaa... atau paling telatnya tiga hari sekali.
Happy reading dan ditunggu komentar2nya😘😘😉
.
.
.
Kak Rurs with💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)
Fiksi Umum[Daftar Bacaan Wattpad Romance - Januari 2022] Setelah berhasil mendapatkan beasiswa, Leeandra Kusuma Atmadja resmi menyandang status sebagai mahasiswi S2 dan juga asisten di program studi Fisika. Sebagai seorang asisten, tentu saja Leeandra tidak b...