Cerita 47 - Kesempatan Kedua dariNya

13.7K 1.7K 226
                                    

Dear Leeandra Kusuma Atmadja,

Aku sangat mencintaimu dan akan selalu begitu.

Silakan larang aku untuk berusaha mendapatkan kesempatan kedua darimu

tapi aku hanya akan berhenti saat Tuhan yang memanggilku pulang.

Tertanda,

Pria bodoh yang mencintaimu

Sembari menunggu kedatangan Mbak Nadine, Leeandra yang baru sampai di Indonesia kemarin sore, membaca lagi surat lecek yang tulisannya juga sudah mulai memudar. Tanpa terasa, dua tahun sudah dia tidak menginjakkan kaki di sini. Meski jaraknya dekat, Leeandra memilih untuk menenggelamkan dirinya ke dalam kesibukkan yang teramat sangat di sana. Selain menjadi salah satu asisten di laboratorium penelitian material semikonduktor, dia juga mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai pelayan kafe. Bukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi Leeandra ingin mengembalikkan uang Pak Rizal yang dulu digunakan untuk membayarkan utang keluarganya pada Tante Mala dengan hasil jerih payahnya sendiri.

"Non Lee, Mbak Nadine sudah nunggu di depan." Suara Mbok Sum terdengar di sela-sela ketukan pintu.

"Oh, iya, Mbok. Leeandra keluar sekarang," tanggap Leeandra seraya memasukkan surat itu ke dalam kotak besar yang akan diserahkannya pada Pak Rizal di hari ini.

Begitu melihat sosok cantik yang sedang mengobrol dengan Mbok Sum di ruang keluarga, Leeandra pun berlari menghampiri. "Mbak Nadine, Leeandra kangen banget sama Mbak..."

"Oh My, God! Aku juga kangeeeen banget sama kamuuu," pekik Mbak Nadine dan keduanya berpelukkan dengan sangat erat. Meski komunikasi keduanya tetap berjalan dengan sangat lancar, fisik yang tidak bersua tetap menjadi sebab timbulnya rasa rindu yang menggebu.

Usai berpelukkan, keduanya berpamitan pada Mbok Sum. "Leeandra berangkat dulu ya, Mbok." Gadis berwajah manis itu mencium tangan dari perempuan yang sudah dia anggap sebagai ibu kandungnya.

"Nadine cantik pamit juga, ya, Mbok," susul Mbak Nadine lalu melakukan hal yang sama dengan Leeandra. Semenjak sang mama meninggal karena sakit, Mbak Nadine juga ikut menganggap istri Pak Timin sebagai ibunya sendiri.

"Hati-hati, ya, Mbak Nadine dan Non Lee." Sebelum masuk ke dalam mobil, keduanya kompak mengucapkan terima kasih pada Mbok Sum.

Tanpa membuang waktu, Mbak Nadine langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Sesuai dengan agenda, dia akan mengantarkan Leeandra ke tempat di mana adiknya berada saat ini.

"Mbak, kok kita nggak keluar di pintu tol yang tadi, ya?" tanya Leeandra dengan alis yang terlihat menaut karena bingung.

"Kamu, kan, mau ketemu dengan Rizal. Jadi, yaa kita nggak pergi ke rumah papa," jawab Mbak Nadine dengan mata yang tetap mengarah ke depan.

Leeandra mengangguk dan sejumlah spekulasi mulai bermunculan di benaknya. Apakah Pak Rizal sudah menikah dan memiliki rumah sendiri? tanyanya di dalam hati. Tiba-tiba saja, Leeandra merasa harus menyiapkan mental jika pemikirannya itu benar.

Setelah setengah jam berlalu, mobil Mbak Nadine berbelok masuk ke pelataran rumah sakit terkenal di tengah ibu kota. Kebingungan Leeandra semakin bertambah tatkala Mbak Nadine menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar inap yang terletak di lantai lima belas.

Begitu pintu dibuka dari dalam oleh Pak Tian, tampaklah sosok Pak Rizal yang sedang tertidur tenang di sana. "Rizal sedang koma, Leeandra," ucap Pak Tian tanpa sempat menanyakan kabar Leeandra terlebih dahulu.

Sempat tercenung sejenak, akhirnya Leeandra menyuarakan pertanyaannya. "Sudah berapa lama, Om?"

"Enam bulan," jawab Mbak Nadine dan Pak Tian bersamaan.

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang