"Lee, lo dipanggil Bu Yuli ke ruang BK," kata seorang siswi pada Leeandra yang sedang membaca sebuah buku di dalam kelasnya.
"Oke, Rizka. Thanks, ya," sahut Leeandra yang lantas beranjak menuju ke ruangan tersebut.
Sesampainya di sana, "Silakan masuk, Leeandra," sambut wanita yang tengah menjabat sebagai kepala Bimbingan Konseling di sekolah ini.
"Sebelumnya, Ibu mau tanya dulu nih sama kamu." Bu Yuli lantas mempertanyakan alasan mengapa Leeandra belum juga mengumpulkan formulir pendaftaran universitas. "Dua hari lagi pendaftarannya ditutup loh," ingatnya dengan wajah yang terlihat bingung dan juga khawatir.
"Sebenarnya saya sudah berkeputusan untuk bekerja saja, Bu." Leeandra lalu menundukkan wajahnya. "Pastinya, Bu Yuli tahu apa yang membuat saya berkeputusan seperti itu," tambahnya dengan kepala yang mendadak penuh dengan ingatan akan pertemuannya dengan kepala TU di pekan lalu. Menurut pria berusia kepala lima itu, Leeandra bisa mengikuti UN hanya jika dia bisa melunasi iuran sekolah yang sudah tidak dibayarkan selama empat bulan terakhir ini.
Melihat sang murid yang terkenal sangat cerdas dan juga berprestasi itu semakin menenggelamkan wajahnya, Bu Yuli pun mengusap pipi Leeandra. "Seingat Ibu, yang namanya Leeandra Kusuma Atmadja itu ingin sekali menjadi dosen fisika," ujarnya guna menggugah semangat Leeandra.
"Saat ini, keluarga saya lebih membutuhkan uang daripada gelar saya, Bu," sanggah Leeandra dengan butiran air mata yang sudah mulai berkumpul di kedua pelupuk bawah.
"Apakah keluargamu mengatakannya secara lugas?" Leeandra menggelengkan kepalanya dan beberapa butir air matanya pun jatuh.
"Berarti alasan yang kamu katakan tadi, hanyalah pemikiranmu, Leeandra." Bu Yuli kemudian menjelaskan bahwa pemerintah telah menyediakan beasiswa bagi mereka yang kurang mampu tapi memiliki tekad yang kuat untuk melanjutkan pendidikan hingga mendapat gelar sarjana.
"Selain pernah menyandang gelar siswi teladan dan juga berprestasi se-DKI Jakarta, kamu itu, kan peraih medali emas di olimpiade fisika tingkat nasional dan juga internasional," tambahnya dengan penuh semangat serta harapan agar siswi kesayangannya itu mau mempertimbangkan kata-katanya.
"Ibu hanya ingin kamu berani mengejar cita-citamu. Ayo, semangat dan jangan mau kalah dengan keadaan."
Tanpa disangka, Leeandra berdiri lalu memeluk tubuh dari guru yang telah membimbingnya selama dia bersekolah di sini. Seraya membalasnya, Bu Yuli pun berkata, "Ibu tunggu jawaban kamu besok." Masih dalam keadaan memeluk, Leeandra pun mengangguk mantap.
*****
Sesuai dengan harapan, di keesokan siangnya, Leeandra kembali mendatangi Bu Yuli dengan sebuah map yang sudah bisa ditebak apa isinya. "Saya sudah berkeputusan untuk mendaftarkan diri ke sebuah universitas negeri dengan jalur prestasi, Bu," terangnya yang tentu saja membuat Bu Yuli langsung mengucap syukur.
"Ibu senang sekali mendengar keputusan kamu, Leeandra." Bu Yuli berucap seraya menyerahkan sebuah formulir yang harus diisinya. Katanya, itu adalah bukti penyerahan yang harus Leeandra simpan.
Selesai dengan urusan administrasi, Leeandra memberanikan diri untuk bertanya pada Bu Yuli terkait pemanggilan kepala TU padanya tadi pagi. "Kata Pak Ikhlas, semua utang saya sudah lunas. Jadi, apakah Ibu tahu soal itu?"
Bu Yuli menganggukkan kepalanya. "Itu semua berkat usaha kerasmu," jawabnya sambil tersenyum lebar.
"Maksudnya, Bu?"
"Seperti yang sudah Ibu katakan, seorang siswi dengan segudang prestasi yang mengharumkan nama sekolah haruslah diganjar. Jadi, anggap saja, ini adalah ucapan terima kasih yang bisa kami berikan padamu," jelas Bu Yuli yang membuat Leeandra terharu. Sungguh, dia tidak menyangka akan seperti ini akhirnya.
"Terima kasih, Bu Yuli," ucap Leeandra yang kemudian bertekad untuk terus berjuang mengejar cita-citanya. Tidak boleh takut, apalagi kalah dengan keadaan.
*****
"Leeandraaaa!" Suara cempreng yang terdengar bersamaan dengan tepukan di depan wajahnya, membuyarkan lamunan Leeandra akan sebuah peristiwa penting dalam hidupnya.
"Sidangnya sudah lewat kemarin tapi ngelamunnya tetap saja khusuk. Ah, gue tahu nih. Lo pasti lagi mikirin Pak Rizal, kan?" tebak Mbak Ina seraya menaik-turunkan alisnya, menggoda Leeandra.
"Jangan buat isu deh, Mbak," protes Leeandra yang kemudian mengucek-ngucek matanya.
"Kalau itu isu, terus lo lagi ngelamunin apa, Leeandra?" Mbak Rahma bertanya lalu memasukan segenggam keripik singkong ke mulut.
Belum sempat Leeandra menanggapi, sebuah suara yang bukan berasal dari sang mercusuar gosip serta bukan pula dari dua kompor meleduk, Mbak Dewi-Mbak Vidya, terdengar menyela. "Eh, Mbak Rahma makan mulu nih. Nanti suaminya kabur sama perempuan lain loh."
"Eh, mulutnya Mas Nur sembarangan banget sih!" Mbak Rahma lalu mengetuk-ngetuk meja dengan hebohnya. "Amit-amit ya Allah! Amit-amit!" ucapnya berulang-ulang.
"Aku tuh nggak nyumpahin loh, Mbak. Tapi cuma mengingatkan. Apalagi sekarang lagi marak banget, suami yang selingkuh karena bentuk badan istrinya yang semakin bertambah ke samping," papar Mas Nur, karyawan di ruang ADM & BirPen yang paling pendiam menurut penilaian geng rumpita.
"Lo kerasukan jin apaan, sih, Nur? Sampai tiba-tiba kasih ceramah begini?" tanya Mbak Dewi yang langsung diangguk oleh semua orang, tak terkecuali Leeandra.
"Efek jadi korban kali, ya, Mbak." Wajah Mas Nur pun tampak sendu.
"Wah, lo jadi korban apaan nih? Korban copet atau begal motor?" Pertanyaan yang keluar dari mulut ceplas-ceplos milik Mbak Dewi pun membuat Mas Nur tersenyum getir.
"Pacarku direbut orang, Mbak," terangnya yang tentu saja membuat semua tercengang kaget.
"Kalau sudah direbut namanya mantan kali, Nur," timpal Mbak Ina yang semakin menambah kemurungan wajah Mas Nur.
"Eh, bukannya Mas Nur sama si Mbaknya ini sudah pacaran lama, ya?" Leeandra ikut bersuara.
"Memang sudah lama, tapi nyatanya durasi nggak bisa ngejamin langgengnya sebuah hubungan, Mbak Lee. Makanya tadi saya mengingatkan Mbak Rahma. Jangan sampai jadi saya yang keculunan dan kepolosannya dijadikan celah oleh pria tampan, tajir dan menarik untuk masuk dan merebut pacar saya."
"Mantan pacar," koreksi Mbak Ina.
"Iya, maksudnya mantan," sahut Mas Nur lesu.
Sementara para anggota geng rumpita sibuk memberikan nasihat dan semangat pada Mas Nur, Leeandra justru merenung di tempatnya. Jika aku mencurahkan isi hati seperti yang dilakukan Mas Nur, apakah beban-beban yang selama ini kupikul sendiri ini akan berkurang beratnya?
TBC...
Happy reading dear!💕😘
.
.
.
Kak Rurs with💎
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)
General Fiction[Daftar Bacaan Wattpad Romance - Januari 2022] Setelah berhasil mendapatkan beasiswa, Leeandra Kusuma Atmadja resmi menyandang status sebagai mahasiswi S2 dan juga asisten di program studi Fisika. Sebagai seorang asisten, tentu saja Leeandra tidak b...