Cerita 39 - Kedatangan Pak Rizal

13.1K 1.7K 247
                                    

Setelah dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang oleh dokter, Leeandra langsung kembali ke Jakarta. Tentu saja, kedatangannya disambut meriah oleh Pak Tian dan seluruh anggota keluarga Mas Bagas. Mereka semua merasa senang karena selain bisa berkumpul lagi, Pak Ferdian juga berhasil dibujuk untuk menempati salah satu rumah Pak Tian yang masih kosong.

"Terimalah rumah itu. Demi Leeandra." Begitulah kalimat pamungkas yang pada akhirnya membuat Pak Ferdian akhirnya berada di sini. Di sebuah rumah berlantai tiga dengan dinding luar bercat warna putih gading.

Seiring dengan kakinya yang melangkah memasuki rumah tersebut, air mata Leeandra pun meluruh tak tertahankan. Hatinya merasa sangat bahagia melihat bangunan yang besar dan luasnya tak jauh berbeda dengan rumahnya yang dulu. Sayangnya, sang ibu sudah tidak ada di sisinya lagi.

"Tante Leeeee!" teriak Karen yang kemudian memeluk kaki Leeandra. "Karen kangen banget sama Tante..."

"Tante juga kangen banget sama Karen," balas Leeandra seraya berlutut lalu memeluk Karen dengan tak kalah eratnya.

"Tante Lee sudah sehat?" tanya Karen dengan mata berbinar bahagia.

"Sudah, Sayangku."

"Oh, berarti Karen sudah boleh ngejemput semua little pony, kan?" Tidak hanya Leeandra, seluruh orang yang ada di ruang keluarga itu pun tertawa keras.

"Boleh dong, Sayang," jawab Leeandra seraya minta tolong kepada Mbok Sum untuk mengambil tas besar yang berisi enam boneka kuda bersayap yang tidak juga bisa diingat nama-namanya itu.

Sementara Karen sibuk berbicara dengan boneka-bonekanya, Leeandra pun diajak oleh Mbak Nadine untuk melihat kamarnya yang berada di lantai dua. Begitu melihat semua benda-bendanya sudah tersusun rapi di kamar ini, dia langsung memeluk tubuh Mbak Nadine dan berucap terima kasih tiada henti.

"Berterima kasihlah pada Allah, Sayang."

Mendengar itu, sebuah pengakuan tercipta di benak Leeandra. Yang dikatakan oleh Mbak Nadine itu benar. Semua beban hidupku diangkat oleh Allah dan bukanlah karena Mbak Nadine apalagi dia yang dulu pernah mengatakan akan menjadi pengurang bebanku itu.

Belum sempat percakapan keduanya berlanjut, keributan yang berasal dari lantai satu pun menyapa pendengaran mereka. "Wah, kok mereka bisa tahu Leeandra tinggal di sini, Mbak?" tanya Leeandra begitu melihat seluruh karyawan dan kepala prodi Fisika berada di rumah ini tanpa terkecuali.

"Oh, tentu saja! Selama ada Mbak Ina dan Mbak Nadine, maka semua informasi pasti akan tersebar dengan lancar jaya, Sayang." Leeandra pun tertawa dan mengiakan pernyataan itu dengan anggukkan.

"Haloooo, Asdos Cantikkuu! Ya ampun, prodi tuh sepi kayak kuburan loh karena nggak ada lo," ujar Mbak Ina sesaat sebelum memeluk Leeandra.

"Leeandraaa! Sumpah gue kangen sama lo! Saking kangennya gue sampe nangis setiap malem tahu, nggak?" Mbak Rahma ikut memeluk.

"Asli deh. Lo kurus banget sekarang. Pokoknya kita semua nggak mau tahu! Setelah lo masuk lagi ke kampus, lo wajib jadi gemuk!" Mbak Dewi kemudian mengatakan bahwa saat ini Mbak Ina sedang banyak uang.

"Yaelah.. Duit panas itu! Nanti kalau Leeandra sakit lagi, bagaimana?"" Mbak Ina kemudian menjelaskan bahwa akibat dari dirinya yang sering dimintai keterangan oleh para pemburu berita tentang hubungan Tifany dan Pak Rizal, maka pundi-pundi itu pun berdatangan tanpa diminta.

"Lee, jangan sakit-sakit lagi, yaa... Lo kalau lagi sakit, serem-serem banget soalnya.Yang kepala bocorlah, yang komalah.." Kali ini Mbak Watilah yang bersuara.

"Aamiin ya Allah," balas Leeandra yang kemudian disusul oleh komentar serta doa yang disampaikan oleh Mas Yudi, Mang Idin, Mas Didit, Mas Nur dan Pak Man. Melihat bagaimana cinta kasih yang berikan oleh para karyawan prodi, Leeandra menitikkan air mata bahagianya lagi.

Cerita Ci(n)ta Sang Asdos ✔ (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang