Fathan menyenderkan kepalanya di jendela mobil. Beberapa menit lagi dia akan sampai di depan sekolahnya.
"Fathan, kamu kapan mau pulang? Papa sama Mama--"
"Bentar Tan."
Fathan memicingkan matanya. Beberapa meter di depan mobilnya, dia melihat sosok seseorang yang mirip dengan Salsa.
"Kok mirip Salsa-- eh emang Salsa deng. Tante, aku turun di sini aja ya, mau jalan bareng Salsa aja. Hehe."
Fathan bergegas turun, dan menghampiri Salsa.
"Ekhem, sendirian aja neng."
Salsa tersentak kaget dengan kemunculan Fathan yang tiba tiba. "Than bisa gak sih, sekali aja gitu ya, munculnya itu pake cara normal dikit gitu, yaampun. Kayak tuyul tau gak sih."
"Hehe. Kan gue anti mainstream."
"Kok tumben lo gak pake mobil? Biasanya dianter Tante lo, kan?"
Wah doi perhatian.
"Iya, tadi--"
"Pagi, Salsa."
Salsa dan Fathan menoleh ke cowok yang dengan santai nya menyenderkan tangannya di bahu Salsa. Si Dirga apapun itu namanya.
"E-eh Kak Dirga. Pagi, Kak."
"Kok gak pake jaket? Hari ini dingin loh, Sal."
Mata Fathan memanas, dan melirik cowok itu malas.
"Ekhemdisiniadaguelohguys." kata Fathan cepat untuk menarik perhatian Salsa.
Dirga menoleh. "Eh, hai. Nama gue--"
"Sejak kapan gue kepo sama nama lo?" ucap Fathan santai.
Mata Dirga melebar karna kaget. Wah lawan gue berat nih. Baru ketemu udah ngajak ribut.
Dirga berdehem tenang. "Gue sama Salsa--"
"Eh aduh Sal itu bahu lo gak rabies, kena tangan dia?" potong Fathan sambil menyingkirkan tangan Dirga dari bahu Salsa.
"Hah? Oh, ini.."
"Salsa, duluan aja, ya?" kata Dirga, sambil melirik Fathan tak suka. Merasa situasi makin memburuk jika dia tak pergi, Salsa pun pergi. "Duluan, ya."
Setelah Salsa pergi, Dirga berbalik. "Wah, wah. Ini ada apa, ya. Dateng dateng udah nge gas."
Fathan memutar bola matanya. Dia mengulurkan tangannya. "Kenalin, gue Fathan. Kelas 11B. Calon pacarnya Brisalsa Dilasya."
Dirga melirik tangan Fathan tanpa meraihnya. "Well, bukan salah gue kalo setelah ini, 'kompetisi' kita kayaknya gak akan sehat."
Fathan tersenyum. "Kita liat aja, siapa yang menang."