tujuh belas

213 11 2
                                    

     "Oh-" 

Cewek di hadapannya tersenyum lebar. "Kakak masih inget aku?" tanya Diba penuh harap. Fathan berdecak. "Iya, iya. Yang waktu itu numpang nelfon pake HP gue, kan?" jawabnya malas, sambil melirik segerombolon cewek cewek yang entah sejak kapan ada di belakang Diba. Mungkin temen temennya. 

Ah elah, ganggu aja si.

"Kak Fathan lagi nggak buru buru, kan?" kata Diba sambil tersenyum malu malu. Segerombolan teman temannya yang mengikuti dari belakang juga ikutan tersenyum. Fathan menghela nafas, lalu melirik Salsa yang masih setia berdiri di sampingnya. Salsa mengangkat alisnya, tak keberatan. Fathan kembali menghadap Diba, lalu menyilangkan tangannya di depan dada. "Yaudah. cepetan. Mau ngomongin apa?"

Diba lalu mencengkram erat ujung jaket maroon nya, lalu menahan nafas. "Aku suka sama kakak. Mau gak jadi pacar aku-"

"Tunggu." Fathan dengan cepat memotong perkataannya. "Lo? Suka? Sama gue?" tanyanya memastikan, sambil memasang ekspresi tak percaya. Diba mengangguk. "Lo yakin? Emang lo tau apa aja tentang gue?"

Suara Diba tertahan. Dia tidak menyangka akan ditanya seperti ini. "A-aku-"

"Pertanyaan yang paling simple, deh. Lo tau nama panjang gue?"

Diba menggeleng.

"Lo tau umur gue berapa?" tanyanya. Sekali lagi, Diba menggeleng.

"Lo tau warna kesukaan gue? Kapan gue ulang tahun? Makanan favorit gue?"

Diba menggeleng pelan. "Eng-enggak tau, Kak."

Fathan berdecak dan menggeleng. Salsa berdiri dengan canggung di belakang Fathan, dan menelan ludah. Firasatnya buruk.

"Eh, tunggu. Jangan jangan lo juga yang ngasih gue susu kotak setiap hari?"

Diba mengangguk. "Iya. Kak."

Fathan terdiam. Jadi, selama ini bukan Salsa yang ngasih?

Entah kenapa, Fathan merasa marah.

"Denger, ya. Kalo mau suka sukaan, gausah sok sok an. Setidaknya lo cari tau dikit kek, atau apa." kata Fathan. Tanpa sadar, intonasinya meninggi.

Fathan meremas ujung seragamnya. Dia bertanya pada dirinya sendiri.

Kok gue jadi kecewa gini, sih?

Dia kecewa, ternyata selama ini diia hanya berharap bahwa orang yang memberinya susu kotak setiap hari adalah Salsa. Pada kenyataannya, orang yang memberinya susu kotak setiap hari itu adalah Diba, adik kelasnya. Dia tau Diba tidak bersalah, tapi tetap saja, dia kecewa, marah, malu, dan putus asa pada dirinya sendiri.

"Gausah jadi cewe yang terlalu genit! Muak, gue. Kalo mau suka sama orang itu, ngaca dulu! Cari tau dulu muka lo itu gimana, pantes nggak-"

"Fathan!" Salsa setengah berteriak, sambil menepuk keras punggung Fathan. Fathan menoleh dengan cepat. "Diem dulu, Sal!"

     Diba yang berada di depannya mulai terisak sesaat setelah mendengar kata kata Fathan. Teman teman Diba yang berada di belakangnnya juga sedikit kaget dengan kata kata Fathan. Mereka mulai menarik Diba pergi, setelah menyadari bahwa suasana akan semakin kacau jika Diba masih di sini.

"Lo apa-apaa sih, Than ?" tanya Salsa heran bercampur kesal. Fathan meliriknya dengan malas. Tak peduli walaupun hujan mulai turun, membasahi mereka berdua.

"Apa? Emang gue ngelakuin apa? Dia aja yang cengeng. Dasar cewek drama."

Salsa mengerutkan dahinya tak percaya. "Fathan! Kok lo jadi kasar gini, sih? Tega banget lo, bikin cewek  nangis. Lo cowok atau banci, sih? Benci banget gue, orang yang suka bentak bentak cewek."

"Gak usah sok tau tentang urusan suka-sukaan. Lo aja milih doi gak bener-"

"Apa? Apa yang bikin lo mikir kalo Kak Dirga itu cowok gak bener, hah? Lo aja baru kenal Kak Dirga selama-"

"Gue emang gak cukup lama kenal dia, tapi gue gak sebodoh lo, yang udah setahun lebih kenal dia, masih belom nyadar kalo dia suka mainin cewek! Gue ingetin sekali lagi ya, Sal. Cowok macem Dirga itu dalemnya busuk!" bentak Fathan.

"Gak usah sok tau tentang semuanya, Fathan! Gue tau lo gak suka sama Kak Dirga, tapi gak gini caranya! Gak usah pake acara fitnah fitnah Kak Dirga segala!" balas Salsa. Dia menatap mata Fathan penuh kebencian. "Kenapa sih Than, lo pake nolak Diba segala-"

"Karna gue suka sama lo!"

Hening.

"Lo..suka sama gue?" kata Salsa pelan sambil mengerjapkan matanya berkali kali.

"Iya, gue suka sama lo,  gue jadi kayak orang bodoh gara gara lo, gue jadi kayak orang bego, berharap lo yang ngasih gue susu kotak setiap hari. Dan gue jadi orang bego, yang selalu berimajinasi gue bakal dapetin lo, padahal gue tau gue gak bakal ada kesempatan sama lo!"

Salsa masih menatap Fathan bimbang. Tak tau harus berbuat apa.

"Yaudah, lo sekarang udah benci gue, kan? Bagus. Biar gue sekalian gaausah dateng lagi ke lo. Bentar lagi juga lo jadian sama Dirga."

Fathan berbalik, lalu berlari pergi.

Satu hal yang Salsa tak sadari,

Fathan sedari tadi menangis.

Salsa tak menyadarinya karena mereka bertengkar di tengah hujan.

again.Where stories live. Discover now