"Ih than apaan sih, serem banget daritadi senyum senyum sendiri ngeliatin gue," kata Salsa canggung sambil bergeser sedikit ke kanan, menambah jarak antara dia dan Fathan.
"Hehehe. Gakpapa kok sehat."
Fathan masih menatapnya dengan senyuman yang mengembang. Dia sudah memikirkan berbagai cara pendekatan diri dengan Salsa. Ngasih coklat? Halah terlalu normal. Ngasih bunga? Terlalu romantis. Fathan geli sendiri. Ngasih baju? Nanti dikira mesum gak, ya?
"Than mikirin apaan sih? Dari tadi muka lo kayak orang mesum--"
"Brisalsa Dilasya sini gantiin ibu ngajarin IPS di depan kelas."
Salsa tersentak kaget saat nama lengkapnya dipanggil. "Hah? Eh iya kenapa bu?"
"Daritadi kamu ngajak ngobrol si Fathan terus, lama lama saya nikahin kalian berdua, ya!"
"Yah, jangan bu."
"Sana, ke halaman belakang, siram tanaman!"
"Lah kan tanaman nya gundul semua, bu."
"Salsa! Tambah nyikat toilet, kamu! Dasar. Cepetan, keluar!"
"Fathan kan juga--"
"Gak usah banyak omong!"
"Iya, bu."
Dengan berat hati, Salsa keluar kelas, dan menahan hati untuk tidak berkata kasar, menyumpahi Fathan.
Dasar Fathan jahannam kurang ajar.
••
Salsa mengerang kesakitan saat dirasakannya tulang punggungnya nyaris rapuh, hasil dari 1 jam menunduk untuk menyiram tanaman.
"Apa coba faedahnya nyiram 'tanaman' gundul yang sampe ingus warnanya pelangi pun juga gak akan tumbuh? Ah gila ya." Oceh Salsa sambil sekali lagi mengumpat dalam hati.
"Maaf deh, Sal. Punggung lo encok, ya? Sini gue bantu. Hehe,"
Salsa terlonjak kaget saat tiba tiba didengarnya suara seseorang. "Than sumpah kok yang dihukum cuma gue, sih? Kan lo juga ngobrol ih--"
"Saaaaalsaaaaa"
Fathan dan Salsa sama sama menoleh ke sumber suara. Fathan menatap cowok itu dari atas sampai bawah. Alis tebal, hidung mancung, kulit putih, ganteng. Wah tipe idaman para wanita. Fathan menoleh ke Salsa, menunggu reaksinya.
Salsa tipe cowoknya gak yang kayak begitu, kan? Halah kemana mana juga gantengan gue--
"Kak Dirga! Eh yaampun kak kapan masuk? Kok gak bilang bilang aku?" Salsa berlari kecil menghampiri cowok itu, dan mulai mengobrol dengan nyaman, seperti teman dekat. Sangat dekat.
Fathan cemberut, dan menatap cowok itu dengan iri. Memangnya cowok itu siapanya Salsa, sih? Sampai sampai Salsa rela ninggalin Fathan.
Beberapa menit kemudian, Salsa kembali, dan cowok tadi sudah pergi. "Tadi siapa?" Tanya Fathan, berusaha terdengar secuek mungkin.
"Oh.. cuma temen deket.. kok"
Fathan melirik Salsa. Dia menyadari sesuatu.
Dia yakin, barusan pipi Salsa menjadi merah.
