Sudah semingguan ini, laci meja Fathan selalu di isi dengan susu kotak yang tak diketahui siapa pengirimnya.
Ini beneran Salsa yang ngasih?
•••
Fathan menghela nafas. "Kok masih hari kamis, sih. Kapan liburnya?" omel Fathan.
"Mukanya kusut banget, Than." Salsa tersenyum dan duduk di sebelah Fathan. Fathan menoleh. "Hai, Sal. Daritadi ke mana?"
"Tadi latihan basket. Capek banget. Tapi lumayan, bisa cabut pelajaran. Hehe." jawab Salsa sambil memasukkan barang barang nya yang berserakan ke dalam tas. "Ayo, ke gerbang depan bareng."
Fathan mengangguk, lalu berjalan mengiringi Fathan."Sal,"
Baru tersadar bahwa Fathan berhenti berjalan, Salsa pun berhenti juga. "Iya?"
"Gue-"
Gue cuma mau bilang seberapa sayang gue sama lo, seberapa pentingnya kehadiran lo di hidup gue. Gue suka ke bego an lo, gue suka sisi freak lo, gue cuma mau bilang itu semua, tapi-
-tapi gue gak tau gimana cara nya, gue takut tentang apa yang bakal lo pikirin tentang gue, gue takut mikirin kalo lo bakal nolak perasaan gue dan semuanya hilang, Sal. Lo hilang dari hidup gue, ngejauh.
"Than? Mau ngomong apa?" kata Salsa sambil melambaikan tangannnya di depan wajah Fathan. Fathan terdiam sejenak, lalu menggeleng. "Nggak, kok. Nanti aja, ya." jawab Fathan tersenyum, lalu menepuk kepala Salsa pelan.
Waktunya gak tepat, Sal.
"Auah. Serah lo."
"By the way, makasih ya Sal, susu kotaknya." kata Fathan sambil mulai berjalan lagi.
Salsa mengerutkan keningnya. "Ha? Susu apaan?"
Sekarang giliran Fathan yang bingung. "Kan lo yang ngasih gue susu semingguan ini, Sal."
"Tapi gue gak pernah ngasih lo susu, Than."
Belum sempat Fathan menjawab, dia terdiam lagi.
"Hai, Kak Fathan."
Fathan dan Salsa menoleh.
Fathan terdiam dan menyadari sesuatu. "Oh-"