chapter 2 - javeen

1.3K 225 7
                                    

enjoy the second chapter!

"Lo nggak bakalan laporin gue sama Alana ke papi kan?" tanya Javeen memastikan Evan, cowok keturunan Korea itu tidak melaporkan tindak-tanduknya dan Alana ke papinya.

"Gue sih ga masalah, gue juga kasian sama kalian. The problem is, I heard that your dad asked another person to look after you two."

"What? Duh, dasar bokap gue."

"Udahlah, tandanya lo harus move on ke Alana, Pin." kata Kai menepuk bahu sahabatnya yang lebar itu.

Javeen hanya mendesis kesal.

"I thank om Jack for jodohin lo sama Alana. Jadi gue bisa deketin kak Helen sepuasnya." kata Evan sambil bertepuk tangan bahagia, membuat Javeen menoyor kepala sahabatnya itu.

"Tuh liat tunangan lo. Kalo gue dijodohin sama Lana, gue nggak masalah, sumpah. Gue bakal bahagia. Liat deh, cantik bener." kata Kai setelah menunjuk meja Alana dan kawan-kawan.

"Heh! Inget Ital, bego!" sentak Javeen ke Kai karena masih sempat-sempatnya mengagumi Alana padahal dia sudah punya Krystal. Dasar playboy.

"Ya kan gue cuma bilang 'kalo'. Kalo dijodohin sama Ital mah gue bakal jadi the happiest man on earth." jawab Kai membela diri, membayangkan dia dan Krystal menikah.

Setelah sampai ke meja Alana and the gank, Javeen memulai aksi sandiwaranya. Berjaga-jaga kalau orang suruhan papinya ada di kantin juga.


Javeen segera duduk di samping Alana dan memeluk pinggang Alana mesra, membuat Alana tersentak kaget.

"Eh! Ngagetin aja." kata Alana setelah tau kalau orang hang memeluknya adalah Javeen, tunangannya.

Javeen langsung mendekatkan wajahnya ke arah Alana dan membuat Alana memundurkan wajahnya.

"Apaan sih?" kata Alana kesal, "Ini di kantin."

"Oh, kalo nggak di kantin nggak apa?" goda Javeen sebentar.

Dia lalu mengkode Alana agar mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu yang membuat Alana melotot.

"Kata Evan, ada orang lain yang disuruh papi buat mata-matain kita. Tapi gue sama Evan belom tau orangnya. Jadi kita harus jaga-jaga dan berakting mesra di publik." bisik Javeen sambil memainkan peran agar terlihat mesra dengan Alana.

Alana yang paham lalu bergabung dengan Javeen dalam sandiwaranya.

"Oh, okay. Gue ngerti." jawab Alana akhirnya sambil tersenyum manis seolah-olah dia senang dengan apa yang dibisikkan oleh tunangannya itu.

Walaupun dalam hati dia sedang merutuk siapapun yang dijadikan mata-mata oleh papi Javeen.

"Aduh, yang baru dijodohin mah beda. Kaya ada manis-manisnya gitu." sahut Gita yang duduk di hadapan mereka dan menonton interaksi mereka gemas.

"Lo kira le-mineral*?" sahut Evan yang duduk di sebelahnya.

"Eh, cowok Korea, ngerti juga lo iklan itu."

"Ya kali gue ngga ngerti, gue udah di Indonesia dari kecil, ogeb." jawab Evan menoyor Gita.

"Eh! Siapa yang ngajarin lo ngomong kaya gitu? Pasti si Kai nih! Heh! Lo jangan racunin cowok Korea dong, entar ke-oppa-oppa-annya menghilang!" protes Gita yang ditanggapi oleh semua orang di meja itu.

"Kok nggak makan?" tanya Javeen tiba-tiba ke Alana, yang disambut dengan cie-an dari semua orang di meja itu.

"Males gue." jawab Alana singkat.

Javeen mencubit pipi Alana lembut dan berkata, "Panggilnya aku-kamu dong."

Semua orang yang ada di meja itu terkagum-kagum dengan tingkah laku seorang Javeen Willisky yang terkenal dengan keangkuhan dan ketidakpeduliannya mendadak bertingkah seperti itu.

Orang-orang, khususnya gadis-gadis fans Javeen, pun terkaget-kaget dengan perilakunya kepada Alana. Mereka mulai membahas tentang hubungan Javeen dan Alana.

"Harus gitu banget ya?" tanya Alana yang pipinya masih dicubit halus oleh Javeen.

Alana tidak pernah sekalipun punya pacar, dan walaupun dia punya satu sahabat baik yang sangat dekat dengannya, Alana masih asing dengan kedekatannya dengan Javeen.

Selama ini, yang memperlakukannya seperti itu adalah sahabatnya, Julian dan ayahnya.

Her skinship with Javeen is a new thing.






And she can feel her heart beat when Javeen look at her and pinch her cheek softly.

It's dangerous.

to be continued.

Beautiful Fate✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang