enjoy the 31st chapter!
Javeen memang pembohong.
Ia bilang jika Alana menciumnya, ia akan memaafkan Alana.
Tapi kenyataannya setelah bangun pagi, Javeen meninggalkannya begitu saja untuk pergi ke kampus.
Dan akhirnya Alana harus pergi bersama supir karena ia tidak ingin merepotkan sahabat-sahabatnya.
Alana sudah berulang kali menghubungi Javeen, tetapi tidak kunjung diangkat.
Apa Javeen berniat balas dendam pada Alana?
Awas saja, Alana tidak akan lagi mencium Javeen atau menerima ciuman dari Javeen. Biar tahu rasa.
Sebenarnya kemana perginya Javeen?
Javeen sudah selesai sidang dan tinggal menunggu wisuda saja, seharusnya Javeen bersantai di rumahnya.
Alana akhirnya memutuskan untuk menghubungi Evan.
Tadi pagi ia sudah mencoba menghubungi Kai, tetapi Kai tidak tau dimana Javeen.
"Halo?"
"Yo, what's up, Na?"
"Lagi sama Javeen?"
"To the point banget sih, Na. Basa-basi dulu, kek. Cipika cipiki..."
"Duh, cepetan!" sentak Alana tidak sabaran.
Evan segera diam dan berdeham sebentar sebelum menjawab pertanyaan Alana.
"Iya, lagi main basket kita di lapangan deket kampus. Jangan marah-marah ya, Na. Ntar cantiknya..."
Alana segera memutuskan sambungan teleponnya dan menyuruh sopir keluarganya untuk menuju lapangan basket yang berada dekat kampus.
***
Sedangkan disisi lain, Evan sedang mengomel-ngomel karena teleponnya diputus begitu saja dengan tidak hormat.
Ia segera menghampiri Javeen yang sedang men-dribble bola basket.
"Pin! Siap-siap lo!" teriaknya dari pinggir lapangan.
Javeen yang baru saja akan melompat untuk memasukkan bolanya ke dalam ring otomatis berhenti dan menoleh ke arah Evan dengan pandangan bertanya.
"Nyonya marah!" teriaknya lagi.
Javeen tersenyum dan segera memasukkan bolanya ke dalam ring.
Tepat saat bolanya masuk dan memantul di lapangan, Javeen langsung mendengar teriakan Alana.
"JAPIIIIIIN!" teriak Alana menggelegar.
Javeen mengabaikan Alana dan kembali men-dribble bola basketnya memutari lapangan.
Alana yang gemas dan kesal akhirnya melepas flatshoes-nya dan berlari ke tengah lapangan.
Ia merebut bola Javeen, men-dribblenya, dan memasukkannya dalam ring.
Javeen dan Evan langsung terkagum-kagum melihat aksi Alana. Mereka tidak menyangka jika Alana bisa bermain basket.
"Daebak!" teriak Evan dengan bahasa ibunya sambil bertepuk tangan saat Alana berhasil memasukkan bola dalam ring.
Javeen pun hanya bisa tersenyum bangga melihat calon tunangannya.
Alana lalu segera melemparkan bola basketnya asal lalu berjalan ke pinggir lapangan dan duduk di sebelah Evan.
"Gue nggak tau lo jago basket." kata Evan takjub.
"Biasa aja. Mana Jojo?" balas Alana acuh.
Javeen akhirnya menghampiri Alana dan duduk disebelahnya.
"Marah?" tanyanya sambil menyenggol bahu Alana manja.
Alana segera menggeser tempat duduknya hingga merapat ke arah Evan yang hanya memandang mereka berdua iri sekaligus jijik.
Javeen yang merasa Alana terlalu dekat dengan Evan segera menarik pinggang Alana mendekat.
"Apa sih." kata Alana galak.
"Nggak usah apa sih, apa sih, Na. Ketagihan lo ntar." celetuk Evan yang ingin mengganggu pasangan disampingnya.
"Apa lagi sih, Evan. Sana pergi sama yayang Jojo." sahut Alana tidak mau kalah.
"Yeee, bilang aja nggak mau diganggu."
"Kalian ribut banget sih." celetuk seseorang membuyarkan acara debat Alana dan Evan.
Mereka bertiga segere mendongak untuk melihat siapa gerangan yang menginterupsi debat panas Alana dan Evan.
"Eh, kak Helen sama bang Hose. Ngapain bang?" kata Evan setelah melihat siapa yang datang.
Alana diam-diam melirik Javeen yang menatap ke arah Hosea dan Helena santai. Tangannya masih betah berada di pinggang Alana.
Diam-diam Alana tersenyum.
Ia lalu menarik tangan Javeen dari pinggangnya dan menggenggamnya. Membuat Javeen menoleh dan menatap Alana.
![]()
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain. Tiba-tiba Javeen berdiri, dengan tangan yang masih menggenggam tangan Alana.
"Gue sama Lana pergi dulu ya, mau pacaran. Bye semua!" pamit Javeen lalu segera menarik Alana untuk pergi.
Alana yang bingung hanya bisa mengikuti Javeen dengan pasrah. Ada apa dengan Javeen?
Apa pikiran Alana salah?
Apa Javeen buru-buru pergi karena tidak ingin melihat Helena yang bersama Hosea?
Atau karena ia tidak ingin Helena melihat Alana menggenggam tangannya?
Tiba-tiba Alana memberhentikan langkahnya dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Javeen.
Hal itu membuat Javeen ikut berhenti dan menoleh bingung.
"Aku... pulang sendiri aja."
Kata Alana lalu segera berbalik dan berlari ke pinggir jalan, mencari taksi.
Javeen segera mengejar Alana kebingungan, ada apa dengannya?
"Lana, kamu kenapa?"
Javeen meraih kedua bahu dan membalikkan tubuh Alana kearahnya, menatap mata Alana. Berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada Alana.
Tiba-tiba setetes air mata mengalir dari mata Alana, mengejutkan Javeen.
Javeen segera memeluk Alana, namun Alana menolaknya.
Alana mendorong tubuh Javeen dan langsung memberhentikan taksi yang kebetulan lewat, lalu menaikinya.
Javeen hanya terbengong-bengong menatap kepergian taksi yang ditumpangi Alana.
Sedetik kemudian ia segera berbalik dan berlari ke arah mobilnya, berniat ingin mengejar Alana.
to be continued.
![](https://img.wattpad.com/cover/132597062-288-k261776.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Fate✔
General FictionI owe fate a thank you for giving me you. - gemma troy started at 22/12/2017 ended at 25/05/2020