Banyak jalan menuju Roma. Seperti itu pula, akan ada jalan menuju kepadamu. _Kanyadewi Sihandar_
※※※
"Dari mana aja lo, hampir kering gue nungguin lo di sini."
Belum juga mendudukkan pantatnya di kursi, Anya sudah mencecar Wendy dengan tudingan.
Sebenarnya wajar jika Anya sewot, dia sudah menunggu cowok itu satu jam di cafetaria dekat rumahnya. Anya hampir saja pergi kalau tidak berpikir pertemuan ini sangat penting dilakukan. Mengingat dia menggunakan jasa cowok berkepala plontos itu untuk mencari tahu mengenai seseorang.
Beruntungnya cafe ini punya tempat duduk outdoor bertenda yang membuat Anya tak terlalu bosan hingga menunggu Wendy muncul. Sambil menunggu, dia memperhatikan sekelilingnya, sesekali memotret dengan kamera polaroid miliknya.
Wendy mengabaikan wajah cemberut Anya, lalu melambai pada salah satu waiter yang berjaga.
"Flat white, satu," cowok itu menyebutkan pesanannya begitu waiter itu mendekati meja mereka.
Anya melihat Wendy melirikkan matanya pada kamera polaroid yang sedang dia pegang, lalu beralih ke atas meja pada tumpukan kertas hasil cetakan kamera instan itu.
"Lihat nih, udah berapa foto yang gue jepret, saking lamanya gue nungguin lo," tuding Anya pada cowok yang duduk di depannya.
"Sori, deh. Tadi urusan gue belum selesai, makanya gue telat."
Anya mengibas tangan. "Jadi gimana, informasi apa yang lo dapat tentang tu cowok?"
"Kemarin abis pulang sekolah, gue ke kampus cowok itu. Trus gue ikutin kegiatan dia setengah hari itu."
Wendy menyentuh layar ponselnya kemudian memperlihat sesuatu pada Anya. Seketika Anya terbelalak melihat foto seorang cowok yang sedang tersenyum. Bola matanya hampir mencuat keluar saking tidak percaya pada apa yang sekarang ditangkap oleh matanya.
"Gue nggak tahu apakah ini termasuk informasi penting yang lo cari atau nggak. Tapi berdasarkan cerita lo, soal sifat cowok itu yang datar dan dingin, gue pikir ini penting."
"Astaga, Wen! Tambah cakep aja dia kalo senyum," tak mengindahkan penjelasan Wendy, Anya terpesona pada gambar yang terpampang di layar ponsel Wendy. Wajah kagumnya sama sekali tak tersembunyikan.
"Ini asli kan, bukan editan?"
"Kurang kerjaan amat gue ngedit foto cowok," dengus Wendy. "Heran gue sama cewek-cewek kayak lo, memang segitu pentingnya kalo cowok itu harus ganteng?"
Anya berdecak. "Sama lah kayak lo cowok-cowok. Pertama kali kalo lihat cewek, selalu yang dilihat tampang dan bodynya. Kadang kami juga gitu, butuh cowok dengan visual yang mencerahkan mata."
Wendy mendengus.
"Sebenarnya informasi pentingnya bukan itu, geser fotonya."
Anya mengikuti perintah yang diberikan Wendy. Foto selanjutnya semakin membuat Anya tercengang, mulutnya tanpa sadar sampai terbuka. Kali ini cowok itu bukan hanya tersenyum, tapi tertawa. Matanya hampir hilang karena lebarnya dia tertawa. Anya seperti mimpi di siang bolong saja rasanya, bisa melihat cowok yang sudah dua bulan ini menarik perhatiannya itu tertawa begitu lepas. Walaupun tidak melihatnya secara langsung.
Ya ampun, Anya sampai meleleh dan saraf-saraf di kakinya langsung melemah. Kalau saja Anya melihat tawa itu secara langsung, dia yakin tubuhnya pasti akan terjerembab ke tanah.
Langsung saja Anya memuji-muji Wendy di dalam hati. Meski foto itu diambil secara diam-diam, tapi Wendy berhasil mendapatkan gambar Kei dengan angle yang tepat, memperlihatkan keseluruhan wajah Kei secara jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar hati (IGNORE) [END] TELAH TERBIT
Teen FictionKanyadewi Sihandar mencintai sahabatnya sejak kecil, Adrian Narayana. Tidak peduli perasaannya diabaikan, dan tak berbalas, Anya tetap menanti sampai Adrian mau membuka hati untuknya. Namun pertemuannya dengan Kemal Satyangkara, pelatih karate di...