Saat semua terungkap
※※※
Satu-satunya yang ingin Kei lakukan setelah menjerumuskan diri dalam kerumitan masalah ini adalah bicara dengan Anya. Tapi beberapa hari ini usahanya itu tidak membuahkan hasil. Di sekolah, di rumah, gadis itu tak terlihat sama sekali.
Dan siang ini, di sinilah dia berdiri. Kembali ke sekolah gadis itu, menunggu.
Ketika bel pulang akhirnya berbunyi. Cowok itu menghela napas panjang sekaligus lega. Matanya menilik lekat-lekat ke arah koridor kelas yang terhubung dengan lobi. Mengamati satu per satu murid yang makin lama terlihat mirip seperti muntahan lahar.
Decakan samar keluar dari mulutnya, saat menyadari beberapa murid perempuan memperhatikannya dengan raut tertarik, bahkan beberapa dari mereka ada yang sengaja berhenti di sekitar lobi penghubung. Padahal Kei sudah mengenakan topi untuk menyamarkan keberadaannya. Murid-murid perempuan itu pasti akan mengundang perhatian. Tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan untuk meredam aksi itu.
Beberapa meter di depannya, Kei menangkap dua gadis yang dikenalinya sebagai teman Anya berjalan keluar dari koridor kelas. Matanya memindai sekitar dua gadis itu. Tidak tampak Anya bersama mereka.
Apakah gadis itu tidak masuk sekolah lagi? Kei berniat kembali menanyakan Anya pada mereka. Melihat dari cara mereka menatap Kei kemarin yang penuh kebencian bisa dipastikan kedua gadis itu juga sudah tahu kejadian malam itu.
Mata Kei sempat beradu tatap dengan salah satu diantaranya, Kei mengangkat sebelah tangan untuk meminta perhatian. Kedua gadis itu saling berbicara, lalu tiba-tiba berbalik arah, kembali menyusuri koridor kelas.
Kei berdecak samar. Pasti mereka sengaja menghindar. Sekarang apa yang harus dilakukannya?
Pandangannya lalu tertumpu pada gadis dengan badge kelas yang sama dengan lambang yang biasa ada di seragam Anya. Saat gadis itu melewatinya, Kei langsung menahan gadis itu.
Gadis itu tampak terkejut, lalu dengan cepat Kei bisa menangkap wajah terpesona menguar dari sana.
"Kamu teman sekelas Anya, kan?" tanya Kei tak terpengaruh oleh ekspresi gadis itu.
Gadis itu mengangguk patah-patah. "Iya, Kak."
"Hari ini Anya masuk sekolah?"
"Masuk, Kak," jawab gadis itu dengan suara yang lebih riang, lalu telunjuknya mengarah ke lapangan. "Tadi barusan gue lihat dia jalan ke sana."
"Oke, thanks." Kei tersenyum singkat lalu buru-buru meninggalkan lobi utama.
Kei menyusup di antara murid-murid yang berjejal di lobi utama. Benar saja, begitu kakinya menginjak lapangan, di kejauhan kelabat gadis berambut keriting spiral tampak berjalan terburu-buru menuju gerbang. Kei menyusul dengan langkahnya yang panjang dan cepat.
Anya menghindar, itu jelas.
Gadis mana yang masih bersikap ramah pada seseorang yang berniat melecehkan dirinya. Kei sadari itu. Tapi dia juga tidak bisa berpangku tangan saja, menerima nasib, tidak melakukan apa-apa. Tenggelam dalam rasa bersalah. Bagaimana pun jawaban yang dia dapatkan nanti, setidaknya dia harus bertemu langsung dengan gadis itu, untuk meminta maaf.
"Anya," Kei memanggil begitu jarak mereka tidak seberapa jauh.
Anya mendengar, tapi tidak menoleh, bahkan langkah terburu-burunya beralih menjadi berlari. Pada saat itu mereka hanya tinggal beberapa meter lagi menuju gerbang sekolah. Merasa yakin, Anya tidak akan sukarela berhenti, Kei mempercepat laju langkahnya. Dengan gerakan mulus dia memblok jalan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar hati (IGNORE) [END] TELAH TERBIT
Teen FictionKanyadewi Sihandar mencintai sahabatnya sejak kecil, Adrian Narayana. Tidak peduli perasaannya diabaikan, dan tak berbalas, Anya tetap menanti sampai Adrian mau membuka hati untuknya. Namun pertemuannya dengan Kemal Satyangkara, pelatih karate di...