Katanya, dia gadis sederhana.
Justru dia adalah gadis terumit yang pernah Kemal jumpai. _Kemal Satyangkara_
※※※
Tumbuh dan dibesarkan hanya oleh tangan seorang perempuan membuat Kei kadang merasa dirinya menjadi lebih sensitif. Di satu kala, rasa itu sangat menganggu, dan mungkin bisa berbalik menyerangnya. Seperti saat ini, setelah upaya untuk menyingkirkan seorang gadis telah dilakukan, yang datang kemudian adalah masalah baru.Awalnya dia sudah cukup lega, cara yang digunakannya akan membuka persepsi buruk tentang dirinya dikepala gadis itu. Lalu gadis itu akan mundur teratur, menjauhinya. Kei mencoba peruntungan saat ide ini terlintas dibenaknya.
Sampai beberapa menit yang lalu, Kei menganggap semua berjalan sesuai rencana. Dia hanya tinggal menegaskan pada Amara bahwa apa yang telah mereka lakulan di lorong toilet, terjadi karena mereka berdua berada di bawah pengaruh alkohol.
Bagi Kei menjauhkan diri dari jangkauan Amara terasa lebih mudah daripada menyingkirkan seorang Anya.
Tetapi apa yang terjadi kemudian?
Sikap dan wajah santai Anya, hanya melegakan di awal, tapi ketika menangkap kemarahan di wajah Anya, tanpa dia duga, semua itu menganggunya. Kei tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya saat tiba-tiba mengejar gadis itu dan mengucapkan satu kata janggal, yang terasa aneh bahkan di telinganya sendiri.
Seharusnya, permintaan maaf itu dia tujukan pada Amara, karena secara sengaja dia telah memanfaatkan gadis itu. Lalu kenapa dia justru mengatakannya pada Anya?
Kei merasa keningnya mulai berdenyut di saat matanya menatap Anya yang berdiri dengan wajah sarat kebingungan, setelah kata janggal itu dia lontarkan.
Kei menarik napas panjang, berusaha tetap tenang.
Beberapa puluh menit yang lalu, sebelum menangkap sosok Anya di antara keriuhan bar, Kei sedang memikirkan cara untuk keluar dari tempat ini. Sebelumnya kedatangannya ke sini karena paksaan ketiga temannya yang menyambanginya ke rumah. Sejak sore mereka terus merecoki Kei. Melancarkan segala bentuk gangguan berupa rayuan, paksaan, ancaman hingga hal-hal yang menjijikkan.
"Oke, lo nggak mau ke sana, karena lo nggak suka sama Amara. Tapi sebagai teman yang pro, coba dukung usaha Liam, biar nggak terancam jomblo seumur hidup. Dia bisa pedekate sama Rinka, itu bakal jadi cerita bersejarah dalam hidupnya, bro." Kei mulai memflashback kejadian beberapa jam yang lalu, dan kata-kata Tedy secara otomatis terngiang kembali.
Kei berdecak. Menatap Liam lalu Tedy dengan raut kesal. Kedua orang itu sangat getol mengajaknya ke pesta Amara karena ada kompensasi khusus ketika Liam yang satu kelas dengan Amara berhasil mengajaknya pergi ke sana. Amara akan memberikan cowok itu akses untuk mendekati Rinka. Merasa itu kesempatan langka Liam jelas tidak mau menyia-nyiakannya.
Kei mengembuskan napas pendek. Oke, meski dia tidak suka tapi demi hubungan pertemanan, dia akan mempertimbangkan. Tapi dia juga tidak mau membuatnya terlihat mudah bagi Liam.
"Kita adu panco. Lo menang, gue ikut," tantang Kei kemudian sambil menatap Liam.
Liam mengerang malas, sadar kalau tantangan itu terlalu sulit. Pasalnya di antara mereka berempat, tidak ada yang bisa mengalahkan Kei dalam adu panco.
"Ck, tantangan lain deh." Liam bernegosiasi.
Kei mengangkat alis, mengangkat sedikit bahunya. "Terserah. Gue juga nggak akan rugi kalo nggak ke sana."
"Sedaaapp!" Wira bergumam penuh minat. "Ayo buruan, Li. Gue wasitnya nih." sambut Wira penuh antusias.
"Udah jabanin aja." Tedy menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar hati (IGNORE) [END] TELAH TERBIT
Teen FictionKanyadewi Sihandar mencintai sahabatnya sejak kecil, Adrian Narayana. Tidak peduli perasaannya diabaikan, dan tak berbalas, Anya tetap menanti sampai Adrian mau membuka hati untuknya. Namun pertemuannya dengan Kemal Satyangkara, pelatih karate di...