Mereka bisa bicara apa saja. Dan aku akan melakukan apa yang kumau. Tak perduli ini pengabaian yang kesekian kali. Aku mau karena aku menyukainya _Kanyadewi Sihandar_
※※※
Anya mengenakan seragamnya dengan tergesa saat mendengar suara mesin motor ninja milik tetangga sebelah rumahnya. Anya memasukkan serampangan kemejanya ke dalam rok. Setelah urusan dengan seragamnya selesai, gadis itu bercermin sekilas dan menyisir rambut keriting spiralnya yang melewati bahu dengan jari, lalu menyambar tas selempangnya yang tergeletak di atas meja belajar.
Anya hanya punya waktu beberapa menit sebelum motor itu melaju pergi meninggalkan garasi rumah, jadi setengah berlari dia keluar dari kamar. Gadis itu melewati dapur tanpa berniat sarapan karena ayahnya yang biasa menyiapkan sarapan untuknya sedang tidak berada di rumah. Ayahnya menginap di studio sejak semalam karena harus menyelesaikan pekerjaan.
Setelah memakai sepatu, gadis itu berlari ke pintu. Suara mesin motor masih terdengar di garasi rumah tetangganya itu.
"Yan, tunggu!" serunya sambil mengunci pintu rumah. Walaupun dia yakin seruannya itu tidak akan sampai ke telinga orang yang dimaksud karena raungan mesin motor cowok itu membahana dimana-mana.
Beberapa saat kemudian, dengan gesit gadis itu sudah berada di halaman rumah tetangganya. Berdiri di depan motor ninja berwarna hitam yang mesinnya meraung-raung kencang. Seorang cowok dengan jaket kulit yang duduk di atas motor tidak menyadari kedatangannya karena sibuk memperhatikan asap yang mengepul keluar dari knalpot.
Anya mendengus sekilas. Begitulah tabiat cowok itu setiap pagi saat akan memanaskan motor. Menggas sedemikian rupa, seolah-olah cowok itu tinggal di hutan, tidak ada telinga lain yang mungkin akan merasa terganggu dengan suara mesinnya yang berisik. Cowok di depannya ini, teramat bangga dengan motor hitamnya itu. Jadi wajar, jika sudah berhubungan dengan si hitam, perhatiannya hanya fokus pada satu hal.
"Rian, nebeng ya!" Anya perlu berteriak di telinga cowok itu saat bicara.
Cowok itu tampak terkejut. Sesaat memandangi Anya sampai kemudian mulutnya mengeluarkan decakan.
"Ck, motor lo mana?"
"Mogok."
"Punya motor itu jangan tau make doang, dirawat makanya."
"Khotbahnya ntar aja deh. Gue nebeng, ya?" sanggah Anya cepat.
"Yaelah, pagi-pagi nyusahin aja lo. Keburu telat gue kalo nganter lo dulu."
"Ish! Trus gue berangkat sama siapa dong? Udah siang nih."
Mereka berdua memang tidak satu sekolah dan jalur yang ditempuh pun tidak searah.
"Bareng Fira kenapa?"
"Udah berangkat dari tadi."
"Naik angkot sana."
"Tega ya." Anya memasang mimik merajuk, yang biasanya selalu berhasil meluluhkan cowok di depannya itu.
Cowok bernama Adrian itu mengamati Anya sejenak, lalu kemudian berdecak. "Ya udah, naik. Eeehhh... stop!" tiba-tiba cowok itu berseru membuat Anya tidak jadi menginjak sedel. "Ck, sepatu lo tuh."
Anya menunduk, menatap alas sepatunya yang dipenuhi lumpur kering. Dia meringis. "Kemaren abis dari lapangan outdoor gue lupa bersihin."
"Peraturan pertama kalo mau naik motor gue? Sepatu lo harus bersih. Kalo lo pake sepatu kotor, jangan harap gue mau nebengin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar hati (IGNORE) [END] TELAH TERBIT
Teen FictionKanyadewi Sihandar mencintai sahabatnya sejak kecil, Adrian Narayana. Tidak peduli perasaannya diabaikan, dan tak berbalas, Anya tetap menanti sampai Adrian mau membuka hati untuknya. Namun pertemuannya dengan Kemal Satyangkara, pelatih karate di...