IGNORE - Lima

5.1K 477 7
                                    

Aku tahu kapan waktunya untuk berhenti, karena semua berada dalam kendaliku. _Kanyadewi Sihandar_

※※※


Istirahat kedua, Anya dan Fira duduk di pinggir lapangan di depan kelas mereka XI IPA 3, menonton murid-murid cowok dari berbagai kelas membaur menggunakan waktu senggang itu untuk bermain sepakbola. Mereka menonton pertandingan amatir itu sambil menikmati keripik singkong di tangan masing-masing. Sesekali membahas soal pelajaran dan guru Biologi mereka yang akan cuti karena akan melakukan persalinan.

Sebenarnya Fira yang lebih banyak berbicara, sementara Anya hanya menanggapi sekadarnya. Meskipun tubuhnya berada di tempat itu, tetapi pikirannya tidak sedang berada di tempat yang sama. Sejak kemarin ada yang mengusik pikirannya.

Tidak lama Juli—yang berbeda kelas dengan Anya dan Fira—muncul sambil membawa seplastik keripik singkong. Beberapa hari ini tiga cewek itu memang lagi doyan makan keripik singkong pedas yang dijual di kantin. Berawal dari Juli yang tiba-tiba pengin nyemil, pilihan cewek itu lalu jatuh ke keripik singkong itu, di luar dugaan, ternyata rasanya bikin ketagihan.

"Buset, lo borong semua keripik singkong di kantin, Nyuk?" tanya Fira setelah menengok isi kantung kresek yang dibawa Juli.

"Kalo cuma beli sebungkus, cuma jadi kotoran digigi doang, nggak berasa, Nyuk," sahut Juli.

"Gue minta ya," Fira menyomot dua bungkus dan memasukkannya ke saku kemeja. Ukuran bungkus keripik singkong itu tidak terlalu besar, kira-kira seukuran genggaman tangan.

"Mungkin nggak sih ni keripik singkong dikasih narkoba, nagih banget soalnya. Hampir tiap hari kan kita beli ni keripik, nggak tanggung-tanggung pula belinya." Cerocos Juli panjang lebar.

"Ngaco!" sergah Fira langsung.

Juli melirik Anya, yang sedang memperhatikan murid-murid cowok yang bermain bola di lapangan, tapi sorot matanya menerawang.

"Kenapa ni bocah?" tanya Juli menunjuk Anya dengan dagu pada Fira.

"Nggak tahu. Dari tadi ngomongnya irit banget," Fira menyahut.

"Nyuk, kenapa lo?" Juli menyenggol Anya dengan sikunya.

Anya terkesiap, menatap Juli dengan wajah bingung. "Apa?"

"Ngefly lo, abis makan keripik singkong bernarkoba?"

"Hus!" Fira mengibaskan tangan di depan Juli. "Bacot direm bisa kali, Jul. Kalo ada guru yang dengar, salah-salah dikira ngembat beneran kita." Fila berdesis memperingatkan. Juli meringis.

"Kenapa bengong lo, biasanya tiap hari Selasa, Jumat, Sabtu, muka lo cerah kaya bohlam 100 watt."

Hari-hari yang disebutkan Juli barusan adalah jadwal eskul karate di sekolah mereka. Hari dimana Anya bisa bertemu dan menikmati keberadaan Kei di sekolahnya.

"Tegangannya lagi menurun drastis," kata Anya setengah mengeluh.

"Wah, ada apa gerangan?" Juli memasukkan keripik singkong ke dalam mulut dengan tatapan penasaran ke arah Anya.

"Mulai hari ini gue nggak akan nyamperin Senpai Kei di aula."

Sebenarnya sejak tadi Anya sedang memikirkan kembali keputusannya untuk berhenti menonton Senpai Kei melatih karate. Dia kembali mempertimbangkan perubahan rencana yang sempat tercetus beberapa hari lalu untuk menarik perhatian Kei. Ada kecemasan jika keputusan baru itu justru akan membuat Kei semakin menjauh. Selama ini yang Anya tangkap, cowok itu begitu terganggu dengan keberadaannya. Hilangnya gangguan itu jelas akan membuat Kei merasa merdeka banget.

Mengejar hati (IGNORE) [END] TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang