Kalo saya minta kamu tetap disini, apa kamu tetap akan tinggal? _Kemal Satyangkara_
※※※
Mobil yang dikendarai Kei sampai di sebuah resort tempat acara pernikahan itu dilangsungkan, bersama dengan neneknya saat waktu menunjukkan pukul tujuh. Setelah memarkirkan mobil di tempat parkir khusus yang telah disediakan, mereka memasuki resort itu.
Nuansa berwarna putih dan dekorasi bertema rustic tampak di sepanjang pintu masuk hingga menuju lokasi yang dijadikan tempat pernikahan. Foto-foto kedua mempelai tersebar di beberapa tempat. Pekarangan berumput itu telah disulap begitu rupa selayaknya acara pernikahan pada umumnya.
Sentuhan alam terbuka yang dihiasi lampu-lampu berwarna kekuningan yang tergantung di sepanjang red carpet menambah hangat suasana yang ada di sana.
Kei memandang sekelilingnya. Dia tidak terlalu paham soal dekorasi, tapi dari yang terlihat, pernikahan ini dibuat dengan konsep sederhana dengan pendekatan alam terbuka. Tidak ada hal mewah di sini, semuanya seolah tampak seimbang dan alami. Ya, sangat Yogi sekali.
Kei tidak terlalu dekat dengan Yogi, tapi dia cukup tahu, sepupunya itu laki-laki yang sederhana.
Pandangan Kei tertuju ke sebuah tenda yang berada di areal depan, dekat dengan bangunan resort. Tenda itu dihias sedemikian rupa sehingga terlihat berbeda, ditambah penerangan yang tidak berlebihan. Di bawah tenda itu terdapat empat buah kursi dan sebuah meja yang juga telah dihias. Tiga kursi sudah terisi, salah satunya dihuni oleh Yogi yang mengenakan jas putih.
Di sanalah prosesi ijab qabul akan dilangsungkan.
Di depan tenda, berjejer kursi kayu memanjang yang diatur berbaris.
Gelda mengamit lengan Kei duduk di tempat yang masih kosong, menghentikan pengamatan matanya pada sekeliling. Sepertinya sebentar lagi acara akan dimulai.
Setelah mereka duduk, Gelda mencondongkan tubuh ke arah Kei. "Cantik dan romantis," gumamnya.
Kei membalas tersenyum tahu kemana penilaian neneknya itu tertuju.
"Tadinya nenek pikir, Asrul akan membuat pernikahan mewah, Yogi kan anak laki-laki satu-satunya."
Lagi-lagi Kei hanya menjawabnya dengan senyum kecil.
"Kalo kamu, mau seperti apa, Kei?"
"Seperti apa, apanya?"
"Pernikahan kamu."
Kei memandang neneknya sekilas. "Kenapa nenek berpikir sejauh itu?"
"Eh, eh, umur kamu sekarang sudah dua puluh tahun, paling nggak tiga atau empat tahun lagi juga akan menyusul."
"Buat apa dibahas sekarang?"
"Waktu berlalu dengan cepat, apalagi kamu nggak tinggal sama nenek. Tahu-tahu nanti kamu pulang dan minta dilamarkan seorang gadis."
Kei tertawa mendengus.
"Jadi mulai sekarang, nenek perlu tau apa yang kamu mau? Nenek nggak mau egois, gimana pun juga pendapatmu penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar hati (IGNORE) [END] TELAH TERBIT
Teen FictionKanyadewi Sihandar mencintai sahabatnya sejak kecil, Adrian Narayana. Tidak peduli perasaannya diabaikan, dan tak berbalas, Anya tetap menanti sampai Adrian mau membuka hati untuknya. Namun pertemuannya dengan Kemal Satyangkara, pelatih karate di...