IGNORE - Sebelas (Revisi)

3.9K 386 7
                                    

Siapa yang menjamin hati itu tetap akan utuh sedia kala, setelah mengenal kata cinta?_Kanyadewi Sihandar_

※※※


Anya memperhatikan ayahnya yang sedang memasak di dapur untuk makan malam. Syukurlah dia sudah pulang sebelum ayahnya sampai di rumah. Jika tidak Anya pasti akan mendapat intogerasi dari laki-laki itu bila melihat Anya pulang diantar oleh Kei.

Sebenarnya sejak tinggal dengan ayahnya, laki-laki itu tidak pernah mengekang Anya, selama Anya menaati rambu-rambu yang telah diberikan ayahnya, laki-laki itu tidak pernah melarang. Kecuali satu, berhubungan dengan lawan jenis.

Sampai saat ini, Anya memang belum pernah punya hubungan spesial dengan cowok. Sejauh ini hanya sebatas flirting, tidak lebih. Satu-satunya cowok yang berhubungan dekat dengan Anya dengan seizin ayahnya, hanya satu orang, Adrian.

Lagipula Anya heran, ayahnya itu seperti tidak pernah muda saja. Emangnya dulu sebelum menikah dengan bunda, mereka tidak pacaran untuk pendekatan dulu gitu?

Anya masih memperhatikan ayahnya yang sedang memasak tuna fillet saus teriyaki.

"Yah, masih lama?" tanya Anya.

"Kenapa, kamu udah lapar?"

Anya bangkit dari kursi, menyusul ayahnya yang berdiri di depan kompor. "Perlu bantuan?"

"Kamu duduk aja, bentar lagi selesai. Tinggal nunggu ikannya matang."

Anya menyandarkan bagian belakang tubuhnya di tepian meja makan.

Begitulah ayahnya, tidak pernah ingin dibantu saat memasak. Takut rasanya jadi tidak karuan, katanya.

Tatapannya kemudian beralih ke jendela dapur yang terbuka, memperlihatkan langsung garasi sebelah rumahnya.

Dia teringat lagi saat Kei mengantarkannya pulang. Seandainya saja, dia memang punya pacar, pasti akan setiap hari diantar jemput, tidak perlu repot lagi berangkat dan pulang naik motor seorang diri.

Tapi siapa yang akan menjadi pacarnya? Senpai Kei? Anya terkekeh. Cowok itu saja ogah dekat-dekat dengannya.

Di bawah tekanan ayahnya yang tidak mengijinkan dia pacaran, bisa dipastikan ucapan Juli di sekolah tentang status jomblo yang akan disandangnya hingga lulus SMA akan benar-benar terjadi.

"Yah."

"Hm?"

"Mm... aku mau tanya, ini seandainya ya, Yah. Seandainya lho... Kalo aku dianter jemput sama temen cowok, ayah marah?"

Ayah menatap Anya sekilas.

"Apa kamu punya pacar?"

Pertanyaan itu membuat Anya tertawa canggung, berusaha menyembunyikan ekspresinya.

"Ah, nggak, ini aku cuma tanya." Anya membuang pandangannya ke bak pencucian piring. "Itu, Fira, baru aja ada cowok yang bilang suka ke dia. Aku jadi mikir, pengin deh sekali-kali rasain perhatian lebih dari seseorang, dianter jemput ke sekolah, terus dikirimin bunga, diapelin tiap malam minggu. Seru, kayaknya."

Bayu mengangkat alis. "Memang perhatian Ayah sama Bunda selama ini ke kamu kurang?"

Anya melirik ayahnya dengan wajah cemberut.

"Kalo kamu mau Ayah juga bisa lakuin itu semua buat kamu. Mau dianter jemput dan dikirimin bunga tiap hari kan? Gampang. Mau dikirimin bunga apa?"

"Ish," Anya mencebik. Wajahnya semakin cemberut. "Rasanya beda lah, Yah. Ayah nih, kayak nggak pernah muda aja."

Mengejar hati (IGNORE) [END] TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang