"Jae sakit, Rin" gumam Alikha.
"Anjir, demi apa?!" Tanya Arin untuk memastikan. Alikha segera memperlihatkan sebuah pesan masuk, yang tertera nama 'Sungjin' disana.
Sungjin: Jae sakit, tadi abis berobat.
Arin segera mengerjapkan matanya, kemudian melirik kepada Alikha. "T..tunggu, sejak kapan lo deket sama Sungjin sepupunya Jae?" Tanya Arin.
Sekitar beberapa minggu lalu.
Alikha menghembuskan nafasnya perlahan, kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi. Gadis itu memang terlihat sangat stress sekali, ketika keluar dari sebuah gedung yang menjadi tempat les melukisnya. Bagaimana tidak stress, semalam baru saja Alikha pulang dari tempat les, mamanya sudah memarahinya, dan menyuruhnya untuk berhenti les.
Tentu saja Alikha yang mendengar itu langsung shock, mamanya bilang alasan kenapa ia menyuruh putrinya untuk berhenti les disana, karna saat ini Alikha sedang duduk dikelas tiga SMA. Saat dimana para seluruh siswa-siswi, yang berada ditingkat akhir, benar-benar harus bersungguh-sungguh agar mengejar nilai mereka, untuk lulus. Memang, kalau boleh jujur, Alikha lebih suka membuang waktunya disana, untuk menggambar sesuatu.
Apalagi, mamanya menyadari perubahan nilai Alikha yang turun drastis, setelah masuk ke tempat les melukis itu. Alikha yang biasanya menduduki peringkat kedua setelah Arin, dikelasnya, sekarang ia bisa menduduki peringkat lima dan enam. Makanya, mamanya Alikha ingin jika putrinya melupakan hal tidak penting seperti melukis itu, dan menyuruhnya untuk kembali fokus pada pelajaran, agar nilai Alikha sempurna lagi.
Mau tidak mau, Alikha harus melakukan perintah mamanya. Dengan berat hati, gadis itu mengatakan untuk mengundur diri dari tempat les-nya, kepada gurunya.
Rasanya, Alikha ingin menangis saja.
"Hai" Alikha terkejut ketika melihat sebuah kaki laki-laki berdiri dihadapannya. Gadis itu segera mendongak kepalanya, untuk melihat siapa orang pemilik kaki itu.
Park Sungjin.
Bukankah ia adalah sepupu Park Jaehyung, seorang mantan dari sahabatnya dikelas, Arin.
Sungjin tersenyum kecil kearah Alikha, sambil melambaikan tangannya. Bagaimana Sungjin itu bisa ada disini? Pikir Alikha."Lo" ujar Alikha.
"Ngobrol, yuk" ajak Sungjin dengan gugup.
Alun-alun kota memang jadi tempat yang pas untuk mengobrol. Sebenarnya Alikha yang memberitahu tempat ini, karna dari tadi Sungjin bingung ingin mengajaknya kemana.
Mereka duduk bersebelahan disebuah bangku yang sudah disediakan, atmosfir canggung menyelimuti mereka."L..lo kenapa?" Tanya Sungjin tiba-tiba. Alikha segera menoleh kearah Sungjin.
"Gue?" Alikha menunjuk dirinya sendiri, untuk memastikan bahwa Sungjin memang bertanya pada dirinya. Sungjin mengangguk. "Gue gak kenapa-napa, tuh" ucap Alikha.
"Gue liat lo frustasi banget, pas keluar dari gedung tempat les melukis itu" timpal Sungjin.
Alikha terkekeh, "Dari tadi lo merhatiin gue ya?" Tanya Alikha.
"Gak tuh," jawab Sungjin.
"Hm, gue cuma frustasi aja. Semalem, mama ngomelin gue pas gue baru aja pulang dari tempat les. Mama bilang, gue harus berhenti les ditempat itu, dan nyuruh gue buat fokus belajar, karna gue udah kelas tiga SMA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan
Fanfiction[1] The hardest thing in life is to let go of the person I love, to someone else who makes her happy. Karna gak selamanya yang jadi mantan bisa balikan. Copyright © 2017, mjoaxxi.