"Aduh, anak mama mau kemana sih kok dandanannya cantik banget," mamanya Arin terus mengamati penampilan Arin, yang saat ini mengenakan sebuah baju lengan panjang polos berwarna putih yang dipadukan sebuah tank top dress berwarna merah muda.
Arin yang sedang menatap dirinya di cermin langsung tersenyum kecil, "Arin mau ketemu Brian, ma" ujar Arin.
"Brian?" tanya mamanya yang ikut menatap Arin dipantulan cermin. Arin mengangguk sebagai balasan. "Tumben banget kamu ketemu Brian tampil kayak gini, biasanya cuma pake kaos longgar yang dimasukkin kecelana" ledek mamanya.
Gadis itu mengembungkan pipinya, sambil memberikan tatapan sinis ke mamanya. Mamanya terkekeh, kemudian menghelus kedua bahu Arin dari belakang. "Sebenernya, Brian yang minta Arin pake baju kayak gini. Nggak tau deh kenapa" ucap Arin pada akhirnya.
"Woah, pasti bakal ada apa-apa nih" ujar mamanya, membuat Arin seketika menoleh kearah mamanya.
"Maksud mama apa?" tanya Arin yang tidak paham.
Mamanya segera menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap Arin canggung. "Ah engga kok, mama cuma asal ngomong aja" ucap mamanya.
Arin hanya berdeham, kemudian menatap kembali dirinya di cermin. Ia mengambil sebuah lip tint berwarna peach untuk dioleskan ke bibirnya itu, dan setelah itu Arin pun memakaikan sedikit bedak tabur ke wajahnya.
"Kok kamu cantik banget sih, Rin" puji mamanya. Gadis itu segera terkekeh pelan mendengar sebuah pujian itu. "Mama lupa dulu waktu ngehamilin kamu ngidam apa, kenapa bisa secantik ini ya" puji mamanya lagi.
"Mama apaan deh, kok tumben muji Arin kayak gini" kata Arin.
"Serius loh. Beruntung banget mama punya anak satu-satunya kayak kamu" tatapan mamanya masih saja tersorot pada wajah Arin.
"Arin dong yang beruntung punya mama kayak mama ini, mama itu hebat karna udah ngelahirin Arin, terus ngerawat dan ngejaga Arin sampe dewasa kayak gini, sendirian pula. Karna papa 'kan dari dulu selalu sibuk kerja diluar kota" gumam Arin yang ikut menatap mamanya.
Mamanya tersenyum tipis kemudian menghelus perlahan rambut Arin yang halus itu.
"Kamu emang anak mama yang paling baik" kata mamanya. Arin tersenyum lebar.
Ting! Handphone Arin tiba-tiba berdenting. Membuat pandangan Arin langsung tersorot pada handphone-nya yang tergeletak diatas meja riasnya, gadis itu segera mengambilnya kemudian membuka sebuah notifikasi masuk dari sana. Dan ternyata, itu adalah sebuah pesan, dari Brian.
Brian: Gue udah ada didepan rumah lo nih, keluar dong sayang, wkwk.
Arin mengernyitkan dahinya kemudian tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia melangkah menuju balkon, untuk memastikan apakah Brian benar-benar sudah ada di depan rumahnya. Dan yang benar saja, sekarang Brian sudah ada disana. Cowok itu sedang bersender dimobil silver-nya, yang terparkir didepan gerbang rumahnya.
"Brian udah jemput, Arin berangkat dulu ya, ma. Assalamualaikum" ucap Arin yang segera menyalami mamanya, kemudian akhirnya gadis itu segera buru-buru kebawah untuk bertemu dengan Brian yang sudah menunggunya.
"Eh iya, Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya sayang" ucap mamanya.
***
"Kita mau kemana?" tanya Arin.
"Ke suatu tempat yang bagus," jawab Brian yang tak berkutik sama sekali pada stir mobilnya.
"Memangnya ada?" tanya Arin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan
Fanfiction[1] The hardest thing in life is to let go of the person I love, to someone else who makes her happy. Karna gak selamanya yang jadi mantan bisa balikan. Copyright © 2017, mjoaxxi.