Arin menangis bahagia, ketika ia mendapat kabar dari Sungjin tentang Jaehyung yang sudah sadar sekitar dua hari lalu. Arin yang saat itu sedang bercanda dengan Brian, dan juga Zach di kamar inapnya Brian, langsung berlari meninggalkan mereka dengan sekejap, dan pergi ke kamar inap Jaehyung.
Dan yang benar saja, saat Arin sampai disana, Jaehyung sudah membuka matanya sedikit. Terlihat Sungjin juga yang terus berterima kasih pada Tuhan karna menyadarkan sepupunya ini. Arin juga tidak bisa menahan air matanya yang ingin tumpah lagi, hingga membasahi kedua pipinya. Tanpa basa-basi gadis itu langsung memeluk Jaehyung, kemudian menangis.
Sekarang, posisi Arin ada di kamar inap Jaehyung, ia sedang menemani Jaehyung saat baru saja menemani dan menyuapi Brian di kamar inapnya sendiri. Seperti biasa Arin bolak-balik kamar, untuk memastikan kedua orang yang ia sayang itu baik-baik saja. Padahal Jaehyung sudah ditunggu oleh Sungjin, dan Sungjin juga menyuruh Arin agar menjaga Brian saja. Tapi Arin keukeuh, ia tetap bersikeras ingin menjaga dua orang sekaligus.
Dari malam sampai pagi pukul sembilan, Arin menemani Brian, menyuapinya, dan yang lainnya. Sedangkan setelah Brian ingin kembali istirahat, Arin segera pergi ke kamar inap Jaehyung untuk mengajaknya mengobrol. Sekarang, mengobrol dengan Jaehyung pun tidak perlu was-was seperti dulu. Arin merasa tenang, dan bebas.
"Jae, kamu mau buah gak? Biar aku kupas" tawar Arin sambil mengambil sebuah apel merah diatas nakas. Jaehyung mengangguk perlahan, seraya tersenyum. Arin segera mengambil pisau kecil, kemudian berbalik badan agar Jaehyung tidak melihat benda tajam itu. Beberapa menit Arin selesai memotong apel itu menjadi beberapa bagian, ia segera menyuapi Jaehyung perlahan agar cowok itu memakannya.
Tidak dilupa sebelumnya Arin juga langsung meletakkan pisau kecilnya kembali secara diam-diam, dan tidak dilihat oleh Jaehyung.
Jaehyung menguyah perlahan apel yang Arin berikan.Arin tersenyum sumringah. Meskipun keadaan Jaehyung saat ini masih sedikit lemas, dan belum boleh banyak gerak, tapi cowok itu kadang selalu banyak tingkah, padahal baru saja sadar dua hari lalu.
"Rin, aku kangen" perkataan itu selalu saja Jaehyung katakan dua hari ini, ketika Arin sedang bersamanya. Namun, Arin hanya mengangguk untuk mengiyakan semua perkataan Jaehyung. "Kamu nggak kangen aku, emangnya?" Ini juga pertanyaan yang selalu Jaehyung telontarkan.
Arin itu sudah sangat gemas sekali pada Jaehyung yang selalu bertanya seperti itu, andai saja Jaehyung sedang sehat, mungkin sekarang, Arin tak segan-segan untuk menjitak kepala Jaehyung. Kemudian setelahnya misuh-misuh nggak jelas pada Jaehyung.
"Kangen kangen kangennnn" jawab Arin dengan gemas.
Jaehyung terkekeh pelan, "Lucunya masih kayak dulu, ya" timpalnya. Gadis itu segera mengembungkan pipinya yang sekarang terlihat merah itu, kemudian ia segera menunduk untuk menyembunyikan pipinya dari Jaehyung. "Oh iya, gimana sama keadaan pacar kamu?" Tanya Jaehyung tiba-tiba.
Arin mendongakkan kepalanya, kemudian menatap Jaehyung yang saat ini juga sedang menatapnya. "B...baik sih, cuma Brian masih suka ngeluh soal sakit diarea perutnya itu, mungkin karna luka jahitnya belum kering" jawabnya.
"Aku berhutang nyawa sama dia, loh. Dan, gimana ya caranya aku lunasin hutang itu, ke Brian?" Arin hanya terdiam.
Jaehyung juga terdiam sejenak, sambil mengarahkan pandangannya pada langit-langit kamar inapnya, tanda berpikir.
"Aha!" Ujar Jaehyung yang sepertinya mendapat ide. Arin hanya menoleh kearah Jaehyung, kemudian seperti bertanya-tanya pada cowok itu, apa yang baru saja ia dapat setelah melamun beberapa menit. "Kamu bakal tau, kok" ucapan Jaehyung sekarang sukses membuat sebelah alis Arin terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan
Fanfiction[1] The hardest thing in life is to let go of the person I love, to someone else who makes her happy. Karna gak selamanya yang jadi mantan bisa balikan. Copyright © 2017, mjoaxxi.