Chapter 8

104K 5.3K 83
                                        

"Mahkota seorang perempuan adalah jilbab yang ia kenakan"

Part panjang! Sepanjang cintaku padamuu~

Azzahra Pov.

Hari ini hari Sabtu yang artinya besok adalah hari Minggu, iya kalian pasti tahu kalau besok tanggal merah.

Tapi hari ini aku merasa ada yang janggal, seperti ada sesuatu yang membuatku tidak tenang, aku tahu karena apa. Karena, BESOK AKU PERGI KE BALI GUYS!

Masalahnya adalah abi tercintaku belum memberiku izin untuk pergi bersama si boss. Aku tahu betul kekhawatirannya, abi takut ada apa-apa denganku. Abi membolehkanku dengan syarat si boss, alias Pak Refan mau minta izin langsung dari abi ke rumah. Hatiku mamang untuk memberitahunya, karena raut wajah Pak Refan hari ini mengerikan sekali seperti ingin memakan orang. Aku bertemu si boss satu kali dalam seharian ini, itupun karena aku mengumpulkan proposal perusahaan yang kemarin aku buat hingga mata pandaku terbentuk. Dan pak boss terlihat sama sekali tak peduli. Ah itu membuatku badmood kembali.

Kulihat jarum pendek di jam tanganku sudah berada di angka dua belas yang artinya sudah memasuki waktu dzuhur. Aku membawa mukena dan sajadah merahku untuk pergi ke masjid perusahaan yang sudah disediakan.

Hilir mudik para pegawai menghambat pergerakanku menuju masjid. Tak heran, karena ini memasuki jam makan siang dan juga sholat dzuhur. Terlihat banyak staff memilih ke jalur kantin daripada mendahulukan ibadah wajib mereka.

"Hai mba" sapa seseorang dengan lambaian tangannya dari arah depanku.

"Oh, kamu Put" jawabku setelah melihat orang itu.

"Mau sholat mba? Bareng yuk" ajak si Putri sinden ayu.

"Ayo, kamu tadi darimana?" Tanyaku sambil berjalan.

"Dari ruang percetakan mbak, tadinya mau ke kantin tapi ada si mbak, yaudah mau sholat dulu deh. Mumpung ada temannya, hehee" cengiran dari Putri membuatku menatap bingung.

"Teman kamu kan pasti banyak Put? Teman satu kubikel kamu dimana?" Tanyaku.

"Rata-rata mereka nonis mba, kalau yang lain sih biasanya ke kantin dulu. Biasa lah mba, perut semakin didepan" Jelasnya disertai tawa yang membuatku ikut tersenyum.

Setelah sampai di masjid aku dan Putri langsung saja menuju ruang wudhu lalu bergegas masuk masjid agar tidak tertinggal jamaah sholat dengan sang imam.

***

"Mba mau ke kantin?" Tanya Putri diluar masjid setelah sholat dzuhur berjamaah selesai.

"Boleh" jawabku sambil merapikan jilbab yang agak lebar menutupi area dada. Putri melihatku dengan tatapan tanda tanya.

"Mba, aku boleh tanya?" Tanya Putri padaku. Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Mba kenapa pilih berjilbab? Maaf mba, disini kan rata-rata terbuka dan jarang ada yang berjilbab, apalagi mbak yang notabennya sekretaris yang pastinya penampilan dan kecantikan itu penting" Ringisan tak enak dari Putri membuatku paham.

"Memangnya ada yang salah Put?" Tanyaku tenang.

"Gak ada sih mbak. Heran aja, soalnya rata-rata sekretaris Pak Refan itu sering memamerkan rambut dan tubuhnya, tapi ini si mbak tertutup banget" Jelas Putri membuatku mengangguk.

"Rata-rata belum berarti semuanya Put" Ucapku sambil berdiri setelah memakai kaus kaki kulit.

"Sebelum aku kerja disini aku memang sudah berhijab Put, tentang pekerjaan sebagai sekretaris, Pak Refan gak pernah sekalipun mengungkit penampilanku yang tertutup" jelasku pada Putri.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang