Chapter 34

92.7K 4.3K 277
                                    

Stay safe untuk kalian dmanapun kalian berada. Tetap tenang, jgn panik. Jaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dr berbagai virus berbahaya, oke sayangg ❤

*Sepurane nembe saget update^^

"Sesama muslim, harus saling tolong menolong bukan?"

***

Jadi sejauh ini, bagaimana tanggapan menurut kalian? Semisal kamu berada di posisi yang sama sekali tak menguntungkan, namun kamu dipaksa untuk tetap bertahan.

Mungkin satu sisi kamu lebih memilih untuk mundur teratur, namun sisi lain kamu tak mampu dan tak layak untuk mundur. Lalu kamu harus apa? Make your right decision from now.

"Aku pergi dulu, Azz." Aku menoleh ke arah suamiku yang sudah siap dengan kemeja birunya.

Menutup novel yang aku baca, lalu aku berdiri menghampiri dan mencium tangannya

"Hati-hati ya mas," Ucapku dan dibalas deheman singkat.

Mas Refan mencium keningku yang sudah termasuk kewajiban setiap hari, semarah apapun, sekesal apapun, rutinitas kecil ini tak bisa ditinggalkan.

"Eumm, Mas-" Ujarku terpotong.

"Kenapa?"

"Mas nanti ke rumah sakit lagi?" Tanyaku langsung.

"Iya. Memang kenapa?" Aku menggeleng dan mengulas senyum tipis.

"Enggak kok. Gak apa-apa. Hati-hati di jalan, Mas. Pulangnya jangan larut!" Ujarku dengan sedikit senyum yang kupaksakan.

"Aku berangkat. Assalamualikum." Tuturnya.

"Waalaikumussalam warahmatullah." Aku melihat mobil putih itu sudah keluar dari pagar rumah.

Sudah 3 hari setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, Mas Refan bertingkah dingin dan seakan membuat benteng tinggi. Pembicaraan terakhir yang berujung pertengkaran dengan seorang dokter di rumah sakit tempat aku dirawat adalah salahsatu alasannya.

Aku masuk kembali ke dalam rumah, langkah kakiku menuntunku berjalan masuk kedalam kamar.

Pandanganku terhenti di laci ukir berwarna coklat bergradasi yang sangat cantik di pojok ruangan. Sudah beberapa hari aku sangat ingin tahu apa isi didalamnya. Secara seluruh rumah ini sudah kuobrak-abrik karena kekepoanku, hanya ini yang belum.

Greeek.

Laci itu seret, agak susah dibuka sehingga menimbulkan suara gesekan.

"Album foto?" Gumamku.

Aku membuka foto zaman 90-an yang nampak klasik itu. Kesan yang manis melihat sepasang anak lelaki dan perempuan itu tertawa senang dengan istana pasir buatannya.

"Apa ini Mas Refan dan Anisya?" Tanyaku kepada diri sendiri.

"Aigoo, mereka cocok sekali. Wajahnya benar-benar mirip." Salutku.

Aku melihat-lihat album itu dan tak terasa ada surat di akhir album tersebut. Dengan rasa kepo yang membumbung, akhirnya kubuka surat dengan tulisan rapih itu.

15 Juli 2018..

Hai istriku..
Kaget yaa? Surat ini kubuat waktu rumah impian kita baru berdiri loh. Aku bahagia sekali kamu mampu menemukan surat ini. Gimana? Apa aku cocok jadi peran misterius? Ahahaa.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang