Chapter 18

97K 4.7K 111
                                    

Edisi liburan panjang ~

"Kenapa kamu harus hadir dan membuatku rindu kembali? Kenapa kamu harus pergi dan membuatku merasakan kerinduan ini sendiri?"

-Azzahra-

Azzahra Pov.

Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu. Hari pernikahanku telah tiba hari ini. Wara-wiri para keluarga dan kerabat dekat semakin riuh. Ditambah teman-teman zaman masih sekolah sampai kuliah turut hadir menghadiri pernikahanku.

"Wah elu ya Ra, bilangnya nggak sesuai kriteria tapi lu embat juga kan?" Perkataan Tuyul kesayanganku membuatku mendengus.

Aku kini tengah didandani sedemikian rupa oleh perias di kamarku dan Yully masuk dan mengajakku berbincang.

"Ah elu gak tau sikonnya Yul!" Ucapku disela tatanan perias cantik itu.

"Nah sudah selesai mbak!" Sorak perias itu.

"Mbaknya ini sudah cantik ya! Di make up natural saja sudah nampak sempurna" Aku tersipu mendengar pujian mbak tata rias itu. Bersyukurlah diriku yang mendapat wajah Jawa ayu turunan dari umiku.

"Ini memang gak mau ditambah make up lagi mbak? Alis sama bulu mata palsunya gak mau dipasang sekalian?" Aku menggeleng tak mau.

Aku tahu betul ada hadis riwayat Muslim yang mengatakan bahwa "Allah melaknat wanita yang membuat tato dan yang meminta dibuatkan tato, yang mencukur alis dan yang meminta dicukurkan" Biasanya para pengantin wanita akan mencukur alisnya demi nampak cantik dan lebih sedap dipandang di hari pernikahannya, tanpa ia tahu ada hadis yang melarangnya.

"Ya sudah mbak, sudah selesaikan? Saya keluar dulu ya! Mau bantu merias Putri Domas" Pamit Risa-- periasku. Aku menganggukkan kepala dan dia keluar dari kamarku.

"Gua gak nyangka yang kawin elo duluan Ra, dari dulu kan yang sering pacaran aku" Ucap Yully.

"Makanya Yul, jangan suka pacaran! Mengikat hubungan itu dengan melamar lalu berujung ke pernikahan, bukan yang cuma pacar-pacaran!" Ujarku dan dia mendengus.

"Iyadeh. Hawa-hawa pengantin baru tuh beda ya?" Yully mengibaskan tangannya. Aku tertawa.

Dari ambang pintu aku melihat abi yang hendak masuk namun melihat ada Si Yully temanki membuatnya tak jadi melangkah.

"Abi!" Panggilku. Abi tersenyum melihatku dan masuk ke kamarku. Sorotnya terlihat hangat di setiap langkah tegasnya.

"Ra, aku keluar dulu ya!" Aku mengangguk karena Yully peka denganku. Ia pun keluar dari kamar.

"Anak abi akan meninggalkan abi nih, sini peluk dulu" Aku tersenyum dan memeluk abi erat seakan tak ingin melepasnya.

"Nanti sering-sering kesini ya nak!" Aku mengangguk dalam pelukannya. Umi yang tidak sengaja lewat melihatku dan abi berpelukan. Ia pun menghampiri kami.

"Abi" Panggil umiku.

"Eh umi" Abi melepas pelukanku dan menatap umi.

"Sedih ya bi! Padahal seharusnya kita bahagia" Aku mengernyit mendengar ucapan umi.

"Maafkan umi ya nak telah memaksamu menikah! Umi tahu kamu masih canggung dengan Nak Refan!" Aku sebenarnya tidak mengkhawatirkan pernikahan kami. Aku merasa pernikahan ini biasa saja, datar tanpa ada hal yang menarik.

"Umi takut kamu tertekan setelah mengetahui suamimu yang sesungguhnya!" Aku bingung dengan maksud umi. Tak ingin berkepanjangan aku ingin meringankan beban pikiran mereka.

Jodoh Terbaik [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang