"Takdir pertemuan itu sebenarnya indah, hanya tergantung dari cara kita menyikapinya."
Selepas tak ada lagi yang dikerjakan setelah melamar pekerjaan disini. Azzahra memilih langsung pulang saja daripada ngeluyur gak jelas. Padahal dulu, ia adalah anak easy going. Entahlah, semakin dewasa umur kamu, maka kamu akan semakin malas bepergian atau sekedar keluar rumah. True?Sesampainya di home sweet home.
"Lho, Umi gak ke butik?" Tanya Zahra sesampainya di rumah.
"Butik sedang sepi Ra, Umi bingung mau gimana lagi supaya customer datang." Uminya nampak begitu sedih.
"Gimana kalau Umi melakukan inovasi baru?" Saran Zahra yang disambut tatapan sedih dari Uminya.
"Kalau ada uangnya sih mudah Ra, butik kita lagi sepi dan kita hanya mengandalkan gaji Abimu. Umi gak tahu lagi mau bayar pegawai pakai apa" Ucap Umi sendu.
Zahra tak enak hati lalu menyentuh punggung tangan sang Umi berusaha menyemangatinya.
"Setelah kesulitan pasti ada kemudahan Mi, jangan mudah putus asa." Semangat Zahra. Umi Nadi menatap putri nomor satunya sambil tersenyum.
"Umi lagi butuh waktu sendiri Ra," ujar Umi. Zahra mencoba memahami.
"Kalau gitu aku mau ke butik Mi! Mau meninjau langsung dan memberi pengarahan kepada pegawai." Ucapan Zahra yang diangguki Uminya.
Zahra langsung bergegas dengan masih menggunakan baju hitam putihnya.
Ia mengendarai mobil menuju pinggiran kota. Butik dengan nama Nadina Boutique's adalah butik yang dulu terkenal disini. Awalnya, butik yang dirintis Umi sangat laris karena dulunya hanya ada satu butik di kota ini.
Namun sekarang banyak saingan butik baru, sehingga butik milik Umi Nadin sepi pengunjung karena trend pakaian yang dijual modelnya kuno, serta karena kurangnya pengelolaan serta dana.
Sekitar 20 menit ia mengendarai mobil, sekarang ia sampai di pelataran butik Uminya. Sudah satu bulan Zahra jarang kemari dan nampak perbedaan yang signifikan dari penampilan depan butiknya.
Butik itu nampak lusuh tak terawat, kaca jendelanya pun kusam. Zahra langsung masuk kedalam butik, lagi-lagi ia terkejut melihat banyak baju yang berdebu. Sontak ia memanggil Rima-- kepala kebersihan.
"Rimaa," panggil Zahra. Seorang yang dipanggil namanya pun datang.
"Iya, Mbak Zahra," jawab Rima tergopoh-gopoh.
"Panggil semua pegawai kebersihan kesini!" Perintah Zahra tegas. Ia tak akan membiarkan butik Uminya bangkrut hanya karena masalah kebersihan.
"Baik Mbak," angguk Rima lalu pergi memanggil para staff.
Zahra meneliti lagi suasana didalam butik uminya. Nanti ia juga akan memanggil perancang bajunya.
Para pegawai yang tadi dipanggil datang dan berbaris.
"Baik langsung saja!" Tegas Zahra. Para pegawai kebersihan nampak ketakutan melihat anak bos mereka yang tiba-tiba berkunjung kemari.
"Kenapa jendela depan, etalase, dan lantai masih kotor?" Tanya Zahra langsung pada mereka. Mereka diam seribu bahasa.
"Jawab saya!" Ucap Zahra tegas.
"Maaf Mbak, nanti kita bersihin." ucap Ririn-- Staff kebersihan dengan takut-takut.
"Nanti? Jadi kalau tidak ada saya, butik ini gak ada yang bersihin gitu?" Tanya Zahra tegas. Semua mendadak hening.
"Butik kita ini sedang sepi, kalian kan bisa berlomba-lomba membersihkan butik untuk menarik konsumen. Bukan malah dibiarkan begitu saja!" Ceramah Zahra mulai meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik [TERBIT]
Spiritual[Revisi] Siapa sih yang tidak ingin mempunyai pasangan hidup yang sempurna? Pasangan hidup yang tidak hanya beragama baik, tetapi juga sangat penyayang. Bagaimana jika kamu sudah mendapatkannya? Pasti kamu merasa sangat beruntung memilikinya. Namun...